Dishub

Strategi Pelabuhan Ulee Lheue Layani ‘Lautan’ Pemudik

Aceh TRANSit – Bagi kebanyakan orang, mudik merupakan momen sakral yang selalu dinanti. Selain momen kehangatan dan kebersamaannya, mudik juga menjadi kesempatan recharged energy setelah lama di perantauan. Pelabuhan menjadi salah satu infrastruktur guna mengakomodir kebutuhan tersebut. Salah satunya Pelabuhan Penyeberangan Ulee Lheu Kota Banda Aceh. Sebagai masterpiece pelabuhan penyeberangan di Aceh, Pelabuhan Ulee Lheue terus melakukan berbagai persiapan dalam melayani lonjakan pengunjung. Tak hanya pemudik, lonjakan juga bersinggungan dengan momen pergerakan wisatawan yang hendak rehat sejenak ke Pulau Weh, Kota Sabang setelah lebaran usai. Data yang terpantau pada laman informasi Pergerakan Penumpang Libur Lebaran Idulfitri 1446H dari tanggal 24 Maret hingga 8 April 2025 (H-7 sampai dengan H+7 lebaran) menunjukkan bahwa sebanyak 198.850 pengguna jasa transportasi melakukan perjalanan di masa libur tahun ini. Nah, khusus data produksi angkutan penyeberangan di lintasan Ulee Lheue – Balohan pada tahun ini mengalami peningkatan sebesar 1,79 persen dibandingkan periode lalu. Sejak periode 24 Maret sampai dengan 8 April 2025, tercatat sebanyak 56.648 pergerakan pemudik dan wisatawan yang menyeberang pada lintasan favorit ini. Sedangkan pada periode lalu hanya sebanyak 55.650 pergerakan penumpang. Puncak lonjakan pergerakan arus pengunjung terjadi pada tanggal 4 April 2025 (H+4) lebaran yang mencapai 7.300 penumpang. Banyak usaha yang diupayakan oleh Dinas Perhubungan (Dishub) Aceh dan pemangku kepentingan terkait agar grafik pengunjung terus meningkat. Salah satunya sistem e-ticketing yang sudah diberlakukan di Pelabuhan Ulee Lheue. Tujuannya sudah pasti memberikan pelayanan terbaik, kenyamanan dan keterbukaan transparansi publik. Masyarakat juga menyambut baik inovasi ini, karena dengannya kepastian waktu keberangkatan dan antrean panjang dapat dielakkan. Prosesnya juga mudah hanya dengan mengakses langsung situs resmi atau aplikasi Ferizy melalui ponsel pintar, masyarakat dari daerah mana pun dan di waktu kapan pun dapat langsung memesan tiket tanpa perlu bertatap muka di pelabuhan. PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) cabang Banda Aceh dan PT Sakti Inti Makmur (SIM) juga tak mau kalah dalam mengakomodir kebutuhan pengunjung. Terdapat 7 armada kapal feri dengan keberangkatan mencapai 20 trip PP (pulang – pergi) perhari yang beroperasi periode lebaran 1446 H. Rekor keberangkatan kapal terbanyak terjadi pada hari Kamis, 3 April 2025 yang mencapai 23 trip sehari, dengan rincian 9 trip kapal cepat dan 14 trip kapal feri Ro-Ro. Kadishub Aceh, Teuku Faisal sangat mengapresiasi setiap pemangku kepentingan transportasi di Aceh yang sudah bekerja maksimal, baik pada moda darat, laut dan udara, yang turut menyukseskan penyelenggaraan transportasi selama masa mudik lebaran ini. Pelabuhan Penyeberangan Ulee Lheue telah berupaya menunjukkan kesiapan yang optimal dalam menghadapi arus mudik Lebaran 1446 H. Berbagai langkah antisipatif, seperti penambahan frekuensi trip kapal, peningkatan jumlah personel, serta inovasi yang dihadirkan demi kelancaran arus penumpang. Selain itu, koordinasi yang solid antar lembaga terus ditingkatkan agar arus mudik dapat berlangsung dengan aman dan lancar. Dengan langkah tersebut diharapkan masyarakat dapat merasakan momen kehangatan dan kenyamanan yang terus diupayakan disetiap sarana prasarana perhubungan.(Rahmi Caesaria Nazir) Baca Selengkap Tulisan Aceh TRANSit lainnya klik di bawah ini:

Kelayakan Armada Jadi Faktor Krusial Tekan Kecelakaan Lalu Lintas

Aceh TRANSit – Gema takbir menyambut Idulfitri 1446 Hijriah kian dekat, menandai dimulainya rutinitas tradisi mudik lebaran jadi aman dan nyaman. Para perantau bersiap kembali ke kampung halaman tak terkecuali masyarakat yang ada di Bumi Serambi Mekkah ini, dan angkutan umum, menjadi pilihan utama, menjadikan aspek keselamatan penumpang merupakan prioritas mutlak. Menjawab tantangan ini, Dinas Perhubungan (Dishub) Aceh menggencarkan inspeksi keselamatan (rampcheck) armada bus di sejumlah Terminal Tipe B di Aceh. Pelaksanaan Inspeksi Serentak di Tiga Terminal Sebagai langkah konkret, Dishub Aceh menggelar rampcheck serentak di beberapa titik strategis. Selama periode 8 hingga 12 Maret 2025, kegiatan difokuskan pada tiga Terminal Tipe B, yaitu Terminal Tipe B Bireuen, Aceh Tamiang, dan Aceh Selatan. Kegiatan ini melibatkan sinergi sejumlah pihak, termasuk Tim LLAJ Dishub Aceh, Petugas Terminal Tipe B, Dishub Kabupaten/Kota terkait, BPTD Kelas II Aceh, Ditlantas Polda Aceh, DPMPTSP Aceh, dan Jasa Raharja. Kelaikan armada menjadi faktor krusial dalam menekan potensi kecelakaan lalu lintas, terlebih di tengah lonjakan penumpang saat musim mudik. Kadishub Aceh, Teuku Faisal, melalui Kabid Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ), Deddy Lesmana, menekankan bahwa rampcheck adalah kegiatan rutin yang krusial. “Rampcheck merupakan pemeriksaan kendaraan rutin yang dilaksanakan guna memastikan kelaikan kendaraan dan keselamatannya dalam mengantisipasi potensi kecelakaan lalu lintas,” ujar Deddy. Ia menambahkan, petugas rampcheck di lapangan melakukan pemeriksaan yang mencakup dua aspek utama administrasi dan fisik kendaraan seperti SIM, STNK, Hasil Uji KIR, Izin Trayek dan sebagainya termasuk memastikan fisik angkutan umum demi memastikan angkutan umum memenuhi aturan standar keselamatan. Tercatat sebanyak 306 unit kendaraan AKDP telah menjalani rampcheck di tiga terminal tersebut, dengan rincian 167 kendaraan di Terminal Bireuen, 119 kendaraan di Terminal Aceh Tamiang, dan 20 kendaraan di Terminal Aceh Selatan. Inspeksi serupa juga menyasar Terminal Lueng Bata di Banda Aceh, yang notabene melayani trayek AKDP terbanyak di provinsi ini. Digitalisasi Mempermudah Pengawasan Inovasi turut mewarnai pelaksanaan rampcheck tahun ini. Sekretaris Dinas Perhubungan Aceh, Teuku Rizki Fadhil, mengungkapkan bahwa proses inspeksi kini telah berbasis digital. “Kegiatan rampcheck tahun ini sudah berbasis digital yang langsung terintegrasi dengan sistem perizinan dan data pengujian KIR (BLU-e),” paparnya. Integrasi ini, yang terhubung dengan sistem Online Single Submission (OSS) untuk perizinan dan Bukti Lulus Uji Elektronik (BLU-e) untuk data KIR, memberikan kemudahan signifikan. “Ini memudahkan petugas untuk mengecek status izin penyelenggaraan, izin trayek, data perusahaan maupun data KIR kendaraan masih berlaku atau sudah kadaluarsa hanya dengan memasukkan nomor plat kendaraan,” tambahnya. Dedikasi para petugas di lapangan layak mendapat apresiasi tinggi. “Terima kasih kepada seluruh personil atas dedikasi yang tinggi dalam kegiatan ini, bekerja siang malam di bulan puasa demi memastikan masyarakat bisa selamat dalam perjalanan saat mudik nantinya,” ungkap Rizki saat memberikan arahan kepada petugas di Terminal Tipe B Bireuen. Dedikasi para petugas di lapangan layak mendapat apresiasi tinggi. “Terima kasih kepada seluruh personil atas dedikasi yang tinggi dalam kegiatan ini, bekerja siang malam di bulan puasa demi memastikan masyarakat bisa selamat dalam perjalanan saat mudik nantinya,” ungkap Rizki saat memberikan arahan kepada petugas di Terminal Tipe B Bireuen. Upaya intensif melalui rampcheck yang terdigitalisasi ini menjadi wujud komitmen Dishub Aceh dan instansi terkait dalam menghadirkan layanan transportasi yang berkeselamatan di Bumi Serambi Mekkah. Di sisi lain, para pengusaha angkutan umum diimbau untuk terus proaktif dalam melengkapi segala aspek legalitas administrasi dan memastikan kelayakan kendaraan demi memberikan rasa aman, nyaman, dan selamat bagi pengguna jasa angkutan umum. Tak lupa, partisipasi masyarakat pemudik untuk cermat memilih jasa transportasi tentu diperlukan demi keselamatan bersama.(Reza Ali Ma’sum) Baca Selengkap Tulisan Aceh TRANSit lainnya klik di bawah ini:

Rampcheck Jelang Mudik: Aman di Jalan, Tenang di Kampung

Aceh TRANSit – Anda tentunya sudah familiar dengan kata mudik. Tahukah bahwa, mudik sebenarnya memiliki berbagai pemaknaan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), mudik memiliki dua arti: pertama, (berlayar, pergi) ke udik (hulu sungai, pedalaman), dan kedua, pulang ke kampung halaman (kata kerja percakapan). Konon, istilah mudik sendiri berasal dari Bahasa Jawa, mulih disik yang berarti pulang dahulu, kini jadi sebuah tradisi tahunan di Indonesia. Khususnya menjelang hari raya keagamaan seperti Lebaran Idulfitri, di mana orang-orang yang merantau kembali ke kampung halaman untuk berkumpul dengan sanak saudara. Setiap tahunnya, mudik lebaran menjadi momen arus pergerakan orang secara besar-besaran, baik melalui jalur darat, laut, maupun udara. Lonjakan penumpang yang signifikan ini menuntut kesiapan berbagai moda transportasi untuk memastikan keselamatan dan kenyamanan selama perjalanan. Kecelakaan lalu lintas oleh moda transportasi, baik angkutan umum maupun barang memiliki risiko yang sama serta dapat berakibat dan berimplikasi menimbulkan korban jiwa. Untuk menekan angka fatalitas kecelakaan lalu lintas maupun menekan terjadinya musibah yang disebabkan oleh faktor teknis dan human error di moda transportasi darat, transportasi laut, transportasi udara, upaya pencegahan secara periodik berupa inspeksi dan penegakan hukum harus terus dilakukan. Dalam konteks inilah, rampcheck atau inspeksi kelayakan kendaraan dan armada menjadi langkah krusial yang tak bisa diabaikan. Pemeriksaan ini bertujuan untuk menekan potensi kecelakaan akibat kondisi teknis kendaraan yang tidak layak, sekaligus sebagai bentuk pengawasan terhadap penyelenggara transportasi agar tetap mematuhi standar operasional. Menjelang libur Lebaran 1446 H yang lalu misalnya, Terminal Tipe B Bireuen tidak hanya diramaikan oleh calon penumpang yang hendak balik kampung, namun juga oleh petugas Dinas Perhubungan Aceh yang tengah melakukan pemeriksaan kelayakan kendaraan atau yang dikenal dengan rampcheck. Kegiatan ini berguna untuk memastikan perjalanan masyarakat khususnya pemudik, aman dan nyaman. Selain di lintasan Barat – Selatan Aceh, Dishub Aceh juga melakukan rampcheck kendaraan serentak di Terminal Tipe B Aceh Tamiang, dan Terminal Tipe B Bireuen. Terakhir, Dinas Perhubungan Aceh telah melakukan rampcheck kendaraan di Terminal Lueng Bata yang melayani trayek AKDP terbanyak di Aceh. Lalu, Apa itu Rampcheck? Rampcheck adalah pemeriksaan menyeluruh terhadap kendaraan angkutan umum untuk memastikan bahwa kendaraan tersebut layak jalan dan memenuhi standar keselamatan. Pemeriksaan ini dilakukan secara rutin, terutama menjelang musim mudik, guna mencegah kecelakaan akibat kendaraan yang tidak memenuhi standar operasional. Dengan adanya pemeriksaan ini, kendaraan yang tidak layak jalan bisa segera diperbaiki atau dilarang beroperasi demi keselamatan bersama. Dalam rampcheck, petugas akan mengecek beberapa aspek penting, seperti kondisi fisik kendaraan, administrasi kendaraan meliputi SIM, STNK, hasil Uji KIR, izin penyelengaraan angkutan, dan izin trayek yang masih berlaku, lalu kelengkapan keselamatan pada kendaraan seperti dongkrak, segitiga pengaman, palu pemecah kaca, sabuk keselamatan, dan sebagainya. Dengan adanya rampcheck yang dilakukan secara menyeluruh dan berkelanjutan, diharapkan seluruh armada angkutan umum yang digunakan selama mudik lebaran berada dalam kondisi prima dan sesuai dengan standar keselamatan, sehingga masyarakat dapat menikmati perjalanan yang aman, selamat, dan nyaman hingga tiba di kampung halaman.(Ireane Putri Masdha) Baca Selengkap Tulisan Aceh TRANSit lainnya klik di bawah ini:

Strategi Pemerintah Aceh Wujudkan Mudik Aman dan Nyaman

Aceh TRANSit – Mudik lebaran adalah tradisi tahunan yang selalu dinantikan oleh masyarakat. Perjalanan pulang kampung untuk merayakan Idulfitri bersama keluarga sering kali diwarnai dengan tantangan besar bagi pemerintah daerah dalam memastikan kelancaran dan keselamatan perjalanan masyarakat. Pemerintah Aceh dalam hal ini Dinas Perhubungan (Dishub) Aceh memiliki peran penting dalam mengelola transportasi selama masa mudik dengan melakukan berbagai persiapan guna menghadapi lonjakan. Pemerintah Aceh melalui Dishub Aceh telah melakukan berbagai langkah strategis, seperti menggelar rapat koordinasi bersama seluruh Kepala Dinas Perhubungan (Kadishub) Kabupaten/Kota dan stakeholder, program mudik gratis, survei mudik, inspeksi kendaraan atau rampcheck, serta penyelenggaraan posko terpadu. Dengan adanya kebijakan ini, diharapkan arus mudik tahun ini dapat berjalan lebih aman, nyaman, dan terkendali. Kadishub Aceh, Teuku Faisal dalam Rapat Koordinasi Kesiapan Pengendalian Transportasi selama libur lebaran tahun 2025 bersama seluruh Kadishub Kabupaten/Kota di Aula Multimoda pada Senin, 17 Maret 2025 menyebutkan bahwa rapat koordinasi ini dilakukan guna memastikan kesiapan setiap daerah di Aceh dalam menyukseskan pelayanan transportasi selama periode libur lebaran tahun 2025. Pada pertemuan tersebut, Faisal juga menekankan pentingnya menjalin koordinasi yang telah berjalan baik selama ini, agar lebih intens lagi supaya permasalahan yang ada di lapangan bisa segera ditindaklanjuti. Pemerintah Aceh juga menyelenggarakan program mudik gratis sebagai solusi transportasi untuk membantu masyarakat yang ingin pulang kampung tanpa harus mengeluarkan biaya tinggi. Program ini merupakan tindak lanjut dari arahan Menteri Dalam Negeri dan Menteri Perhubungan terkait Program Mudik Gratis tahun 2025 dan Surat Gubernur Aceh tentang Dukungan dan Partisipasi Terhadap Kegiatan Mudik Bersama Tahun 2025 bertujuan tidak hanya untuk meringankan beban masyarakat, tetapi juga untuk mengurangi kepadatan lalu lintas dengan mendorong pemudik menggunakan moda transportasi umum seperti bus dan kapal penyeberangan. Salah satu fokus utama pemerintah dalam menghadapi arus mudik adalah keselamatan perjalanan. Oleh karena itu, Dishub Aceh mengadakan inspeksi kendaraan atau rampcheck bagi bus dan angkutan umum yang digunakan dalam program mudik bertujuan untuk memastikan bahwa kendaraan yang beroperasi dalam kondisi laik jalan dan memenuhi standar keselamatan. Survei mudik lebaran juga dilakukan guna memprediksi pola pergerakan pemudik, mengidentifikasi jalur yang berpotensi mengalami kepadatan, serta mengevaluasi efektivitas kebijakan mudik dari tahun ke tahun. Ini menjadi dasar bagi pemerintah dalam melakukan berbagai penyesuaian kebijakan, termasuk pengaturan jadwal keberangkatan, penambahan armada transportasi, serta pembentukan jalur alternatif guna menghindari kemacetan. Untuk memberikan pelayanan maksimal bagi pemudik, Dishub Aceh juga membangun posko terpadu angkutan lebaran dengan menyediakan berbagai fasilitas untuk kenyamanan pemudik, termasuk area istirahat serta masyarakat dapat memantau langsung terhadap pergerakan arus penumpang di seluruh simpul moda transportasi, baik darat, udara, maupun laut. Posko ini telah tersebar di 49 lokasi yang berbeda di seluruh Aceh dengan melibatkan 579 personil yang telah membantu kelancaran arus mudik. Melalui koordinasi yang solid antara pemerintah, operator transportasi, masyarakat, dan persiapan yang matang, perjalanan mudik bukan hanya menjadi tradisi, tetapi juga pengalaman yang lebih nyaman dan selamat bagi semua pemudik.(Munardi) Baca Tulisan Aceh TRANSit lainnya klik di bawah ini:

28.863 Pergerakan Orang di Pelabuhan Penyeberangan Ulee Lheue

BANDA ACEH – Jumlah wisatawan yang memilih berlibur di Sabang pada masa libur panjang 24 – 29 Januari 2025 mengalami lonjakan signifikan. Tercatat ada sebanyak 28.863 pergerakan orang di Pelabuhan Penyeberangan Ulee Lheue selama periode tersebut. Lonjakan penumpang yang menyeberang ke Pulau Weh itu mulai terjadi pada hari Sabtu (25/1) yang mencapai 2.622 orang, dan mulai melandai turun pada hari Selasa (28/1) dengan jumlah wisatawan yang berangkat sebanyak 1.881 orang. Peningkatan ini dipengaruhi oleh promosi pariwisata yang gencar dilakukan oleh pemerintah daerah serta berbagai festival dan acara yang menarik minat wisatawan lokal maupun mancanegara. Selain itu, kemudahan akses transportasi serta keindahan alam Pulau Weh menjadi daya tarik utama bagi para wisatawan untuk menghabiskan liburan di sana. Di sisi lain, pihak otoritas pelabuhan telah melakukan berbagai persiapan untuk mengantisipasi lonjakan penumpang dengan menambah jadwal keberangkatan kapal dan meningkatkan fasilitas pelayanan di pelabuhan. Langkah ini bertujuan untuk memberikan kenyamanan dan keamanan bagi para wisatawan yang berkunjung ke Sabang.(MR)

Dalops, Di Balik Layar PKA

Seharusnya kita memberikan penghargaan tinggi terhadap penyelenggaraan Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) ke-8 yang bisa dibilang berlangsung sukses. Keberhasilan itu dapat dilihat dari antusiasme masyarakat yang berbondong-bondong ke lokasi PKA, serta keterlibatan daerah kabupaten/kota yang secara serius mempersiapkan diri untuk berpartisipasi dalam berbagai lomba dan mendirikan stan di berbagai lokasi. Kekhawatiran sebelumnya terkait potensi ketidakmeriahan PKA akibat cuaca hujan ternyata tidak terwujud. Hal ini tentu menjadi keberuntungan bagi panitia, sehingga hampir semua rangkaian perlombaan dapat berjalan sesuai jadwal yang telah ditetapkan. Secara keseluruhan, PKA ke-8 berjalan sukses sesuai rencana dan memenuhi harapan banyak masyarakat. Pada acara penutupan PKA-8 di Taman Sulthanah Safiatuddin dan Lapangan Blang Padang, suasana berubah menjadi kerumunan manusia yang begitu padat. Pengunjung sudah memadati kedua area tersebut sejak sore hari. Para pengunjung datang dari berbagai daerah di Aceh untuk menyaksikan ajang lima tahunan tersebut satu kali lagi sebelum ditutup. Keberhasilan penyelenggaraan event ini juga tidak terlepas dari koordinasi yang baik dari panitia dalam melayani kebutuhan pengunjung PKA. Baik yang bertugas mengamankan lokasi acara maupun yang mengatur kelancaran lalu lintas di sekitarnya berkolaborasi secara harmonis. Kerjasama yang baik ini benar-benar menghasilkan pencapaian maksimal, termasuk dalam mengatasi insiden-insiden kecil seperti tindakan pencopetan yang segera ditangani. Di balik gemerlapnya Pekan Kebudayaan Aceh, ada orang-orang belakang layar yang menjadi pahlawan tak terlihat, Diantara ramainya aktor dibalik layar tersebut, salah satunya adalah rekan-rekan dari Dinas Perhubungan yang bertugas sebagai tim pengendalian dan operasional (Dalops). Hadirnya petugas Dalops pada event tersebut jadi kunci lancarnya arus perparkiran di tengah lautan pengunjung PKA.Selain melakukan kegiatan Pengaturan, Pengawasan dan Pengendalian Lalu Lintas (P3L) dan perparkiran, tugas dari Dalops sendiri meliputi menyiapkan sistem informasi dan penanggulangan kecelakaan lalu lintas, menyiapkan bahan serta bimbingan/ penyuluhan di bidang lalu lintas sesuai peraturan perundangan yang berlaku. Lalu pengumpulan dan analisis data kecelakaan lalu lintas serta membuat usulan penanggulangannya. Kemudian juga menyiapkan bahan bimbingan teknis perparkiran. Hari-hari saat PKA digelar, beriringan dengan matahari yang menyapa kota Banda Aceh, lalu lintas di sekitar lokasi Pekan Kebudayaan semakin menjadi hiruk-pikuk yang tak terkendali. Ratusan kendaraan memadati jalan-jalan sekitar acara, menciptakan simpul kemacetan yang menantang. Rahmad Satriawan, atau yang biasa disapa dengan panggilan Wawan, bersama tim Dalops lainnya, tidak hanya melihat kemacetan sebagai masalah, tetapi sebagai tantangan yang harus dipecahkan dengan strategi dan kehati-hatian. Dengan peta lalu lintas yang rinci, mereka merencanakan alur yang optimal, mengarahkan pengendara ke tempat parkir yang telah ditentukan. Komunikasi yang efektif dan sinkronisasi yang apik antarpetugas Dalops menjadi kunci mengurai simpul kemacetan tersebut. Sementara itu, suasana keramaian di sekitar lokasi acara semakin terasa. Pengunjung dari berbagai penjuru mulai berdatangan, membawa semangat kebudayaan yang membara. Wawan dan rekan tidak hanya menjadi pengatur lalu lintas, tetapi juga jadi wajah-wajah ramah yang menyambut pengunjung. Dengan senyum di wajah dan isyarat tangan yang terampil, mereka memberikan arahan kepada pengendara, menciptakan suasana yang lebih teratur dan aman. Tantangan sebenarnya dapat muncul ketika beberapa kendaraan mendadak mogok di tengah jalan, menciptakan hambatan tambahan. Wawan dengan cepat merespon, memanggil bantuan untuk mengevakuasi kendaraan yang macet dan mengarahkan lalu lintas di sekitarnya. Keahlian tim Dalops dalam menangani situasi kritis seperti ini menjadi penentu dalam menjaga kelancaran acara.“Ada begitu banyak kesan saat bertugas, misalnya ya adu argumen dengan pengendara. Biasanya itu karena nggak mau diatur, maunya menang sendiri, “ ujarnya. Wawan yang telah bertugas di Dinas Perhubungan Aceh sejak tahun 2003 ini mulai bertugas di Bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan sejak tahun 2010. Sudah banyak suka dan duka yang dialami selama masa bertugas tersebut. “Pekerjaan pengamanan lalu lintas itu kan kadang berjalan 24 jam, jadi otomatis waktu sama keluarga jadi berkurang kalau sedang bertugas. Jadi, hari liburnya ya kadang nggak ada. Misal, kalau ada acara keluarga juga ya harus ditinggalkan kalau tugas,” tambahnya. Bertugas sebagai Dalops pada Pekan Kebudayaan Aceh bukan hanya pekerjaan, tetapi sebuah perjalanan penuh makna yang mengajarkan nilai-nilai kekompakan, tanggung jawab, dan cinta terhadap kebudayaan lokal. Dari setiap pengalaman, Wawan membawa pulang pesan dan kesan yang melekat dalam hatinya, menjadikannya pribadi yang lebih kuat dan bermakna dalam menjalani tugas.“Bertugas jadi dalops itu, kawan dan relasi jadi bertambah banyak. Karena saat tugas itu, kita kan kerjasama, koordinasi dengan stakeholder lainnya,” tutup Wawan.(*) Versi cetak digital Tabloid Aceh TRANSit Edisi 15 dapat diakses di laman:

Masjid Kubah Peninggalan Tsunami Tidak Sekadar Tempat Wisata Religi

Tsunami Aceh meninggalkan duka yang mendalam bagi masyarakat Aceh, peristiwa yang merenggut ribuan nyawa tersebut seakan tidak lekang oleh waktu. Peninggalan sejarah tsunami dapat kita jumpai di beberapa lokasi sehingga mengingatkan kita akan bencana dahsyat yang telah terjadi di bumi Aceh. Dari sekian banyak peninggalan sejarah tersebut, salah satu yang menarik adalah sebuah kubah masjid yang terdampar di persawahan. Kubah masjid yang terseret ombak tersebut dijuluki Kubah Tsunami Aceh, atau Kubah Al-Tsunami. Kubah yang berukuran 4×4 meter dan berbobot 80 ton tersebut kini berada di Gampung Gurah, sebuah kecamatan di Peukan Bada, Kabupaten Aceh Besar. Awalnya Kubah tersebut merupakan kubah Masjid Lamteungoh, yang berasal dari desa Lamteungoh, sebuah wilayah kecamatan Peukan Bada, yang terseret ombak sekitar 2,5km. Pada saat tsunami menghantam Lamteungoh, bangunan Masjid Lamteungoh hancur namun kubahnya terseret ombak di area persawahan yang dikelilingi bukit. Setelah bencana Tsunami Aceh, Kubah Al-tsunami dijadikan tempat wisata religi. Saat ini, wilayah kubah tersebut telah dikelilingi komplek berlantai yang dilengkapi dengan wilayah parkir, tempat wisata, tempat penjualan produk UMKM penduduk lokal, dan juga sebuah masjid yang terletak di sebelah kubah agar para pengunjung dapat lebih leluasa untuk beribadah sekaligus berwisata. Untuk menuju lokasi kubah peninggalan tsunami, dari Masjid Raya Baiturrahman jalan yang harus dilalui yaitu jalan menuju ke bundaran Masjid Baiturrahim Ulele, setelah itu belok ke kiri dengan melewati Jl. Banda Aceh – Calang menuju Jl. Gurah yang letaknya berada dekat Polsek Peukan bada. Dari Polsek Peukan Bada menuju lokasi berjarak kurang lebih 1,5 km dengan waktu tempuh rata-rata sekitar 5 menit. Angkutan umum memang tidak bisa langsung ke lokasi kubah, namun dari Masjid raya masyarakat bisa pergi ke halte kuburan massal dengan menaiki Trans Kutaradja koridor 2B, setelah itu untuk menuju Jl. Gurah bisa menggunakan feeder 5 Trans Kutaradja. Setelah melewati perumahan warga dan jalan menuju persawahan, kita akan menemukan kubah tersebut dikelilingi oleh pemandangan alam yang begitu cantik berupa bukit dan persawahann yang asri dan hijau. Hal yang menarik pada wilayah tersebut, pelancong bisa membeli cinderamata kerajinan aceh berupa pin, hiasan kayu, kain, tas, dan sebagainya yang dijajakan oleh masyarakat sekitar pada area khusus. Walaupun akses jalan agak sempit sehingga bus besar tidak dapat langsung ke lokasi kubah, telah disediakan alternatif solusi berupa ojek khusus mesjid kubah yang dapat dikendarai wisatawan itu sendiri atau dikemudikan oleh pemilik motor untuk ke Masjid Kubah atau keliling Kampung Gurah dengan biaya Rp.20.000,-, seperti yang diungkapkan oleh Ibu Sri, pemandu lokal Masjid Kubah. Uniknya, para pengemudi ojek memiliki gantungan kunci khusus. Ketika wisatawan bus besar sampai, maka pemandu wisata akan menyodorkan nampan berisi kumpulan gantungan kunci yang dapat dipilih acak oleh para wisatawan, untuk menghindari adanya konflik sesama pengemudi ojek mesjid kubah. Wisatawan yang mengunjungi masjid kubah bukan hanya berasal dari Aceh atau Indonesia saja, namun juga berasal dari negara tetangga seperti Malaysia untuk mempelajari sejarah tsunami dan melihat kebesaran Kuasa Allah SWT. Masjid Kubah ini bukan hanya menjadi lokasi wisata religi namun juga sebagai tempat yang dapat memajukan UMKM lokal agar barang-barang khas Aceh dapat dikenal wisatawan lokal maupun internasional. Masyarakat berharap perbaikan fasilitas, akses lokasi jalan dan transportasi lebih baik agar lebih menarik wisatawan lokal maupun internasional untuk lebih banyak mengunjungi tempat wisata religi tersebut.(*) Versi cetak digital Tabloid Aceh TRANSit Edisi 15 dapat diakses di laman:

Pawai Kapal Hias, Impresi Kemahsyuran Maritim Aceh

Kerajaan Aceh adalah salah satu kerajaan di nusantara yang bercorak islam. Kerajaan ini awalnya ialah sebuah pelabuhan transit yang kemudian yang berkembang pesat menjadi kota pelabuhan hingga akhirnya berubah menjadi sebuah kerajaan. Kerajaan Aceh didirikan oleh raja pertamanya yaitu Ali Mughayat Syah (1514-1530 M). Adapun kerajaan ini dapat berubah menjadi kerajaan besar sendiri tidak lepas dari pengaruh jatuhnya Malaka ke tangan Portugis pada tahun 1511. Karena hal tersebut, Aceh yang wilayahnya sangat strategis terletak di Selat Malaka pun menjadi pelabuhan alternatif bagi para pedagang, khususnya pedagang muslim yang enggan berbisnis di Malaka karena telah dikuasai oleh Portugis.Kehidupan ekonomi masyarakat Aceh adalah dalam bidang pelayaran dan perdagangan. Dalam perdagangan Kerajaan Aceh memiliki komuditas meliputi lada, emas, minyak tanah, kapur, sutera, kapas, kapur barus, menyan dan belerang. Hasil bumi dan alam yang banyak menjadi bahan ekspor dan komiditas perdagangan yang penting bagi Aceh, sehingga perekonomian Aceh maju dengan pesat. Dalam bidang pelayaran, Aceh yang letaknya sangat strategis di selat malaka pun sangat diuntungkan sehingga menjadi kota pelabuhan. Dari kota pelabuhan tersebut, Aceh mengadakan hubungan dengan pihak asing. komoditas utama atau bisa dikatakan unggulan di Kesultanan Aceh yang diekspor ke luar adalah lada. Adapun kapal yang dimiliki oleh Kerajaan Aceh yang digunakan untuk perdagangan dan pelayaran pada masa keemasan dibawah pimpinan Sultan Iskandar Muda sendiri adalah Kapal Galleon. Pawai Kapal Hias dari Krueng Aceh hingga pendopo Gubernur Aceh yang diselenggarakan dalam rangka memeriahkan PKA 8 Tahun 2023 bertepatan di Hari Minggu (5/11/2023) menjadi suatu peristiwa yang memvisualisasikan dan merayakan kejayaan maritim Aceh. Perjalanan pawai ini tidak sekadar perayaan visual, tetapi juga merangkum sejarah dan warisan keberlanjutan tradisi maritim Aceh. Krueng Aceh sebagai Landasan Sejarah Pawai Kapal Hias dimulai dari Krueng Aceh, yang merupakan simbolisasi landasan sejarah kejayaan maritim Aceh. Krueng Aceh, sebagai jalur air yang mengalir melalui sejarah perdagangan dan perlawanan, menjadi awal perjalanan pawai yang sarat makna. Kapal Hias sebagai Warisan Budaya Kapal Hias yang dihias dengan megah bukan hanya perwujudan seni, tetapi juga warisan budaya yang memperkaya kekayaan maritim Aceh. Setiap kapal membawa cerita tentang perdagangan rempah-rempah, keberanian panglima laut, dan kejayaan maritim Kesultanan Aceh. Perjalanan Menuju Pendopo Gubernur Perjalanan kapal hias menuju pendopo Gubernur Aceh mencerminkan peran penting Aceh dalam konteks regional dan nasional. Pendopo Gubernur, sebagai tempat pertemuan dan pengambilan keputusan, menjadi saksi kejayaan maritim Aceh yang turut membentuk nasionalisme dan identitas bangsa. Simbol Keberlanjutan Tradisi Pawai Kapal Hias tidak hanya merayakan masa lalu, tetapi juga menunjukkan keberlanjutan tradisi maritim Aceh. Melibatkan generasi muda dalam pawai ini memberikan pesan bahwa warisan maritim harus dijaga dan dilestarikan untuk masa depan sekaligus dapat menyaksikan, merasakan kebanggaan akan kejayaan maritim Aceh. Pawai Kapal Hias menjadi peristiwa yang mencerminkan keberagaman dan kekayaan budaya maritim Aceh. Lebih dari sekadar perayaan, ini adalah suatu bentuk penghormatan terhadap warisan sejarah yang melibatkan masyarakat dalam merawat dan melestarikannya. Dalam pawai ini juga, mengingatkan kembali kita pada seorang laksamana wanita yang begitu tangguh dan ditakuti di samudera nan luas ini.Ialah Panglima Malahayati terkenal karena strategi militernya yang cerdas dan berhasil memimpin pasukan laut Aceh dalam melawan pasukan kolonial Belanda pada abad ke-17. Namun, dampak dan ketenaran strateginya tidak hanya terbatas di wilayah Aceh, tetapi juga mencapai Eropa. Inilah tujuannya, pawai kapal hias menjadi visualisasi Sejarah bagi generasi sekarang, sehingga penerus bangsa ini tidak lupa dengan kejayaan yang dulu bersanding dengan nama Aceh ini.(*) Versi cetak digital Tabloid Aceh TRANSit Edisi 15 dapat diakses di laman:

Layanan Trans Koetaradja Gratis, Kemenhub Beri Penghargaan Kepada Pemerintah Aceh

Kepala Dinas Perhubungan Aceh, Teuku Faisal menerima penghargaan sebagai Pemerintah Daerah dengan Kontribusi Pemberian Subsidi Penyelenggaraan Angkutan Terbaik dari Kementerian Perhubungan Republik Indonesia di Kota Bandung, Rabu, 8 November 2023. Penghargaan ini diserahkan langsung oleh Direktur Jenderal Perhubungan Darat, Hendro Sugiatno dalam acara Rapat Koordinasi Teknis (RAKORNIS) Bidang Perhubungan Darat Tahun 2023 yang mengambil tema ‘Kolaborasi Kebijakan untuk Transportasi Darat yang Inklusif dan Berkelanjutan’. Selepas menerima penghargaan pada Rakornis yang dibuka oleh Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi ini, Teuku Faisal menyebutkan bahwa terpilihnya Pemerintah Aceh untuk mendapatkan penghargaan ini dikarenakan komitmen yang tinggi dalam penyelenggaraan angkutan umum perkotaan.Upaya ini, tambah Teuku Faisal, dilakukan melalui subsidi operasional bus Trans Koetaradja yang telah beroperasi melayani kawasan Kota Banda Aceh dan Kabupaten Aceh Besar sejak tahun 2016 hingga saat ini dan masih gratis. “Alhamdulillah, penghargaan ini merupakan wujud apresiasi Kemenhub atas upaya Pemerintah Aceh dalam membenahi pelayanan angkutan perkotaan di Aceh, melalui pemberian subsidi Transkoetaradja,” sebut Teuku Faisal. Melalui apresiasi ini, dilanjutkan Teuku Faisal menjadi penyemangat untuk selalu dan kontinyu menghadirkan pelayanan yang maksimal dan profesional. “Sesuai arahan Pj. Gubernur Aceh, Dishub Aceh akan terus meningkatkan pelayanan Trans Koetaradja sehingga masyaraka dapat menikmati angkutan yang nyaman dan murah dalam melakukan aktivitasnya,” kata Faisal. Kehadiran bus Trans Koetaradja sebagai transportasi umum bagi masyarakat perkotaan menjadi bukti keseriusan Pemerintah Aceh sebagai langkah peningkatan tata kelola transportasi perkotaan, aksesibilitas, dan percepatan pertumbuhan ekonomi masyarakat. Pemerintah Aceh merupakan salah satu pemerintah daerah yang concern terhadap layanan angkutan umum perkotaan di Indonesia. Hal itu tercermin dari penyediaan anggaran untuk subsidi operasional Trans Koetaradja yang telah berjalan sejak tahun 2016. Di mana Masyarakat maupun pengguna jasa angkutan massal ini tidak dikenai tarif alias gratis. Pada tahun 2016, Direktorat Bina Sistem Transportasi Perkotaan, Direktorat Jenderal Perhubungan Darat memberikan dukungan bus kepada Pemerintah Aceh untuk menyelenggarakan angkutan masal perkotaan bertipe BRT (Bus Rapid Transit) di Kota Banda Aceh dan Kabupaten Aceh Besar. Kemenhub RI memberikan dukungan berupa penyediaan bus dan Pemerintah Aceh menyediakan prasarana serta biaya operasionalnya. Angkutan massal perkotaan Trans Koetaradja sebagai solusi tranportasi perkotaan juga diharapkan mampu meningkatkan antusiasme masyarakat untuk beralih dari penggunaan kendaraan pribadi ke angkutan umum. Sementara itu, Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kemenhub RI, Hendro Sugiatno mengucapkan selamat atas raihan penghargaan ini dan mengharapkan pemerintah daerah lainnya untuk ikut memberikan kontribusi bagi terselenggaranya angkutan perkotaan di wilayah masing-masing.Pada kesempatan tersebut, Hendro menyebutkan bahwa Direktorat Jenderal Perhubungan Darat (Ditjen Hubdat) Kementerian Perhubungan terus melakukan perbaharuan informasi dan peningkatan kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) yang dimiliki karena teknologi transportasi berkembang begitu pesat. Di samping itu, menurut Hendro, untuk mengurangi polusi yang ada di kota-kota besar Indonesia, Pemerintah terus mengembangkan teknologi transportasi di antaranya melalui kendaraan listrik. Tidak sampai di situ, Pemerintah juga melengkapinya dengan aturan-aturan pendukungnya. “Ke depannya teknologi transportasi publik juga berkembang dengan pesat, dan hal ini menjadi tantangan bagi kita sebagai aparatur Pemerintah untuk bisa mengikutinya dengan menyesuaikan terhadap peraturan yang ada. Kita juga dituntut memiliki kesiapan dan kemampuan sumber daya manusia (SDM) yang terbaik. Karenanya kami berharap Rakornis ini menjadi sarana update informasi dan peningkatan kemampuan kita semua,” kata Hendro. Dirinya juga menuturkan bahwa tidak hanya mempersiapkan kemajuan transportasi di dalam negeri saja, saat ini kemajuan transportasi juga terjadi ditingkat regional. Dimana jalan bebas hambatan di antara negara Asean juga telah dibangun, sehingga transportasi darat di kawasan regional ini akan terhubung. Hal yang serupa juga terjadi di daerah perbatasan seperti di Indonesia dengan Malaysia, dan Indonesia dengan Timor Leste. “Karenanya kebijakan transportasi di tingkat Nasional harus disikapi dengan baik, sehingga tuntutan masyarakat terhadap pelayanan transportasi yang diinginkan dibidang kecepatan dan kenyaman dapat diberikan,” tambahnya.(*) Versi cetak digital Tabloid Aceh TRANSit Edisi 15 dapat diakses di laman:

Faskes Jalan: Penunjang Keselamatan PON XXI Aceh-Sumut

Pelaksanaan Pekan Olahraga Nasional (PON) ke XXI Tahun 2024 tinggal menghitung bulan, tepatnya pada bulan September 2024 yang akan digelar di Aceh dan Sumut. Aceh dan Sumut terpilih menjadi tuan rumah pelaksanaan PON ke XXI Tahun 2024 setelah sebelumnya diadakan di Papua empat tahun silam. PON ke XXI Aceh-Sumut ini akan berbeda dari pelaksanaan PON yang pernah ada sebelumnya. Sebab, ajang olahraga nasional tersebut menjadi yang pertama digelar di dua provinsi dengan 33 cabor di Aceh dan 34 cabor di Sumut dan yang pertama diikuti oleh 38 provinsi seluruh Indonesia. Berbagai stakeholder mulai ikut melakukan persiapan dan membantu untuk turut andil dalam perhelatan empat tahunan tersebut. Pada kesempatan ini Dinas Perhubungan Aceh ditunjuk sebagai Panitia Inti Panitia Besar Pekan Olahraga Nasional (PB. PON XXI/2024) Aceh–Sumut Wilayah Aceh mengikuti dan berpartisipasi dalam menyukseskan kegiatan PON XXI Tahun 2024. Pada perhelatan PON XXI Aceh-Sumut khusus untuk lingkup perhubungan darat Dinas Perhubungan Aceh semakin fokus untuk memberikan pelayanan yang maksimal yaitu dengan melakukan persiapan sejak tahun 2022 lalu. Berbagai fasilitas dan persiapan mulai dilakukan demi kelancaran keberlangsungan acara PON ke XXI, salah satunya yaitu persiapan fasilitas keselamatan pada ruas-ruas jalan yang akan digunakan dan dilewati pada penyelenggaraan PON berlangsung. Fasilitas keselamatan menjadi salah satu faktor penting untuk mendukung keselamatan serta kelancaran keberlangsungan acara PON XXI Aceh-Sumut. Untuk itu, penyediaan fasilitas keselamatan telah dilakukan dan saat ini sedang dalam masa pengajuan terkait fasilitas yang dibutuhkan pada ruas jalan yang akan digunakan pada PON XXI yang diselenggarakan di Aceh khususnya. Pengajuan fasilitas keselamatan yang disetujui nantinya akan segera dilakukan pemasangan dan menggantikan fasilitas-fasilitas keselamatan yang sudah tidak layak bahkan yang belum ada sekalipun. Saat ini, kondisi eksisting jalan yang ada di Aceh masih terbilang dalam keadaan layak, sedangkan untuk kondisi eksisting fasilitas keselamatan jalan beberapa masih dikatakan layak dan beberapa pula perlu dilakukan penggantian bahkan pengadaan fasilitas keselamatan yang baru. Berkaca pada PON tahun-tahun sebelumnya, diharapkan  Aceh dan Sumut dapat sukses menjadi tuan rumah PON ke-XXI Tahun 2024, diharapkan Aceh-Sumut dapat menyediakan performa layanan yang maksimal dengan memperhatikan kenyamanan, keselamatan dan bertanggungjawab penuh terhadap keberlangsungan acara, serta perhelatan empat tahunan tersebut dapat terselenggara dengan lancar dan sukses. Dalam hal ini juga, Dinas Perhubungan Aceh beserta seluruh pihak dapat memberikan kontribusi maksimal dan berperan aktif ikut berpartisipasi untuk bekerjasama menyukseskan PON ke-XXI Tahun 2024. Serta PON ke-XXI Tahun 2024 di Aceh dan Sumatera Utara diharapkan dapat menjadi agenda akbar terakhir yang menjadi kenangan yang berkesan bagi Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Ma’ruf Amin di masa akhir jabatannya.(*) Versi cetak digital Tabloid Aceh TRANSit Edisi 15 dapat diakses di laman: