Dishub

Dishub Aceh Berhasil Kumpulkan 89 Kantong Darah

Dishub Aceh – ASN Dishub Aceh berhasil menyumbang 89 kantong darah pada kegiatan Donor Darah tahap pertama tahun 2025. Kegiatan donor darah tahap 1 ini berlangsung selama 2 hari, yaitu di Pelabuhan Penyeberangan Ulee Lheue pada hari Minggu (16/2) dan Kantor Induk Dinas Perhubungan Aceh pada hari Rabu, 19 Februari 2025. Partisipasi ASN Dishub Aceh dalam kegiatan sosial ini cukup tinggi. Berdasarkan data yang diperoleh, tercatat ada 177 ASN yang mendaftar untuk mendonorkan darahnya. Namun, 88 di antaranya gagal menyumbang darah mereka karena alasan kesehatan. Sekretaris Dinas Perhubungan Aceh, T. Rizki Fadhil mengucapkan terima kasih kepada pendonor yang sangat antusias bersedia mendonorkan darahnya demi kemanusian. “Semoga Darah yang kita donorkan dapat bermanfaat bagi sesama. “ Ujar T. Rizki. Data lanjutan mengenai kegiatan donor darah di Dishub Aceh ini dapat diperoleh melalui aplikasi SiKotakBiru, juga bisa diakses di website Dishub Aceh, sehingga pemantauan kegiatan donor darah bisa dilakukan secara real. (AB)

Water Barrier : Karakteristik, Fungsi dan Kegunaan

Water barrier berfungsi menjaga keselamatan dan kelancaran dalam arus lalu lintas. Alat pembatas jalan ini terbuat dari bahan material plastik Polyethylene yang berisikan air sebagai pemberat. Bertempat dijalan raya, water barier memiliki kegunaan sebagai pemisah antara lajur cepat dan lambat di jalan tol, mencegah kendaraan masuk ke jalur yang salah, dan meminimalisir risiko kecelakaan, melindungi pekerja yang sedang melakukan perbaikan atau pemeliharaan jalan dari bahaya kendaraan yang melintas, mengatur alur lalu lintas, misalnya saat terjadi kemacetan atau perbaikan jalan, kemudian dalam kasus kecelakaan, dapat membantu meredam benturan dan meminimalisir kerusakan kendaraan. Water barier yang dipindahkan secara sembarangan dapat berdampak bahaya bagi pengguna jalan, tanpa pembatas lajur yang jelas, kendaraan berpotensi masuk ke jalur yang salah, hal ini dapat mengakibatkan tabrakan dengan kendaraan lain yang melaju berlawanan arah, atau bahkan menabrak pekerja yang sedang melakukan perbaikan jalan. Tanpa kehadiran water barrier pengaturan alur lalu lintas menjadi lebih sulit, saat terjadi kemacetan atau perbaikan jalan pengaturan arus lalu lintas akan lebih rumit dan berpotensi menimbulkan kemacetan yang lebih parah. Dalam kasus kecelakaan tanpa water barrier, benturan antar kendaraan berpotensi menyebabkan kerusakan kendaraan yang lebih parah dan meningkatkan risiko cedera bagi penumpang, begitu juga dengan bahaya bagi pekerja yang sedang melakukan perbaikan jalan akan lebih rentan terhadap bahaya kendaraan yang melintas tanpa adanya pembatas. Keberadaan water barrier disadari memberi maanfaat yang sangat besar sebagai pembatas jalan dan memberikan ruang aman dan meningkatkan keselamatan bagi pekerja di jalan raya.   Penulis : Wildia Ulfita Ladayani* *(Mahasiswi Prodi Komunikasi Penyiaran Islam UIN Ar-Raniry)

Dishub Aceh Gelar Rapat Evaluasi Penyelenggaraan Terminal Tipe B di Bener Meriah

REDELONG – Dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan kepada pengguna jasa angkutan umum antar kota dalam provinsi (AKDP), Dinas Perhubungan Aceh mengadakan rapat evaluasi pelayanan dan operasional di Terminal Tipe B yang dikelola oleh Dinas Perhubungan Aceh, Bener Meriah, Jumat, 13 Desember 2024. Rapat yang diselenggarakan di Terminal Tipe B Bener Meriah ini langsung dihadiri oleh Kepala Dinas Perhubungan Aceh Teuku Faisal, bersama Sekretaris Dinas Teuku Rizki Fadhil. Kegiatan ini diikuti oleh seluruh Koordinator Terminal Tipe B yang berada di bawah kewenangan Dinas Perhubungan Aceh. Pada pertemuan ini, Teuku Faisal mengevaluasi sekaligus mendengar aspirasi dan masukan dari sejumlah Koordinator Terminal Tipe B terkait permasalahan maupun kendala yang dihadapi di tempat masing-masing, mulai dari operasional harian, fasilitas, kebersihan, hingga keamanan. Kadishub Aceh menyampaikan juga bahwa kegiatan seperti ini bisa diteruskan pada tahun-tahun mendatang guna mencari solusi bersama terkait kendala-kendala yang dihadapi. “Saya berterima kasih telah diagendakan acara seperti ini, supaya pelayanan Terminal Tipe B semakin meningkat dan bisa memberikan pelayanan yang optimal bagi masyarakat,” sebutnya. Dirinya berharap setelah evaluasi tahunan ini akan adanya perbaikan-perbaikan dan target pelayanan terminal yang dicapai sehingga bisa berdampak langsung bagi masyarakat. Pada kesempatan yang sama, Kepala UPTD Penyelenggaraan Terminal Tipe B Dishub Aceh Erizal menyebutkan, dalam sistem transportasi, terminal menjadi pusat konektivitas suatu wilayah. Di samping itu, terminal juga menjadi pusat informasi terkait jadwal keberangkatan angkutan umum yang beroperasi di Aceh. Oleh sebab itu, dalam pengelolaan Terminal Tipe B perlu memastikan tercapainya sejumlah target kinerja atau pelayanan, seperti pendataan kendaraan yang masuk/keluar terminal dengan akurat, pelaksanaan inspeksi keselamatan (rampcheck) yang rutin, adanya pemeriksaan kesehatan bagi awak kendaraan, adanya kepastian jadwal keberangkatan angkutan, serta hilangnya praktik calo di area terminal. “Target pelayanan ini harus dicapai agar Terminal Tipe B beroperasi dengan optimal serta peran dan fungsinya benar-benar bisa dirasakan oleh masyarakat pengguna jasa angkutan umum,” tutur Erizal.(AB)

Dishub Aceh Antisipasi Lonjakan Pergerakan Orang

BANDA ACEH – Puncak pergerakan arus mudik masyarakat pada periode libur akhir tahun 2024 dan tahun baru 2025 diprediksi akan terjadi pada 24 Desember 2024 mendatang. Namun, lonjakan dimulai lebih awal bertepatan dengan libur sekolah pada 20 Desember 2024. Sedangkan arus balik, diperkirakan akan mencapai puncak pada tanggal 1-2 Januari 2025. Hal itu disampaikan oleh Kepala Dinas Perhubungan Aceh, Teuku Faisal saat memimpin Rapat koordinasi Forum Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ) di Aula Multimoda Dishub Aceh, Selasa, 10 Desember 2024. “Hasil survei yang telah kami lakukan, alasan responden libur Nataru 2024/2025 didominasi untuk liburan/wisata sebesar 60,43 persen. Kedua, didominasi untuk mengunjungi orang tua/keluarga sebesar 33,86 persen,” paparnya. Analisa tersebut kata Teuku Faisal berdasarkan hasil survei Dishub Aceh yang dilakukan sejak tanggal 26 November hingga 9 Desember 2024 yang lalu. Teuku Faisal menjelaskan bahwa sektor transportasi di Aceh sudah siap menghadapi lonjakan pergerakan masyarakat pada masa libur tahun ini. Mulai moda transportasi darat, laut, maupun udara. Di samping itu, Kadishub Aceh juga menyoroti sejumlah isu utama yang kerap terjadi pada masa libur Nataru, seperti titik-titik rawan kemacetan, bencana alam, hingga lokasi rawan kecelakaan. Selain itu, pengawasan terhadap kendaraan ODOL (over dimension over loading) dan kelaikan armada angkutan umum juga patut menjadi perhatian bersama. Sementara itu, Direktur Lalu Lintas Polda Aceh, Iqbal Alqudusy, mengatakan kecelakaan lalu lintas di Aceh perlu menjadi perhatian serius. Angka kematian akibat kecelakaan masih cukup tinggi di Aceh. Karenanya kita terus berupaya untuk mengantisipasi agar kecelakaan tidak lagi terjadi (zero accident). Dan perlu kolaborasi dari semua pihak untuk menekan angka fatalitas kecelakan. “Selama periode Januari-November 2024 tercatat sebanyak 3.124 kejadian kecelakaan lalu lintas. Di mana, 606 orang meninggal dunia, jenis kendaraan terlibat kecelakaan didominasi oleh sepeda motor sebanyak 4.137 kendaraan”, ujarnya. Iqbal mengimbau kepada masyarakat agar lebih waspada dalam berkendara, khususnya pada objek-objek wisata yang menjadi sasaran saat liburan. Sementara itu, Koordinator Data dan Informasi BMKG SIM Blang Bintang Aceh Besar, Anang Heriyanto menyampaikan bahwa potensi curah hujan pada umumnya berada di kategori tinggi hampir seluruh wilayah Aceh pada Desember 2024 yang berpotensi banjir di beberapa daerah. Dalam rapat koordinasi ini, turut dihadiri pemangku kepentingan, Jasa Raharja, Organda, BPJN, BPTD Kelas II Aceh, BMKG, Basarnas, Angkasa Pura, ASDP Indonesia Ferry, Pertamina, Hutama Karya, Dinas PUPR Aceh, Dinkes Aceh, Dinas ESDM Aceh, dan Dinas Perindag Aceh.(AP/MR)

Citilink Indonesia Layani Penerbangan Umrah Perdana dari Bandara SIM, Terbang Langsung ke Jeddah

[vc_row kd_background_image_position=”vc_row-bg-position-top”][vc_column][vc_column_text css=””] JANTHO – Animo dan antusias masyarakat Aceh untuk berangkat umrah sangat besar. Oleh sebab itu, sudah menjadi tanggung jawab Pemerintah untuk memfasilitasi kerinduan masyarakat tersebut agar bisa berangkat ke tanah suci dengan baik dan nyaman. Hal itu disampaikan oleh Pj Gubernur Aceh Safrizal ZA saat meresmikan Launching Penerbangan Umrah Perdana dengan Maskapai Citilink Indonesia di Gedung VIP Bandara Internasional Sultan Iskandar Muda (SIM) Aceh Besar, Jumat, 1 November 2024. Safrizal menekankan kepada seluruh stakeholder yang terlibat untuk memastikan penerbangan umrah langsung dari Banda Aceh ke Jeddah bisa berjalan secara reguler hingga tahun-tahun yang akan datang. “Untuk itu dibutuhkan kerjasama seluruh pihak, mulai dari travel agent, maskapai, pihak bandara, serta Pemerintah agar penerbangan langsung dari Aceh ke tanah suci bisa berkelanjutan,” ungkapnya.     Pj Gubernur Aceh juga menyampaikan apresiasi kepada manajemen Maskapai Citilink Indonesia yang telah melayani keberangkatan umrah jemaah Aceh langsung dari Bandara SIM Aceh Besar. Pada kesempatan yang sama, Vice President Commercial Citilink Indonesia Emir Bustamam menyampaikan bahwa penerbangan umrah direct Banda Aceh – Jeddah ini akan berlangsung 2 – 3 kali dalam sebulan menggunakan pesawat Airbus A330. “Alhamdulillah, mulai hari ini kita akan melayani penerbangan umrah langsung dari Banda Aceh ke Jeddah menggunakan pesawat Airbus A330 dengan jumlah penumpang sebanyak 363 jemaah,” ungkap Emir. Emir juga menyampaikan ungkapan terima kasih kepada stakeholder bandara dan Pemerintah Aceh sehingga penerbangan umrah perdana ini bisa berjalan dengan lancar. Sementara itu, Kepala Dinas Perhubungan Aceh Teuku Faisal yang turut hadir mendampingi Pj Gubernur Aceh menyebutkan, penerbangan umrah dari Banda Aceh sangat membantu dan memudahkan masyarakat Aceh. Selain biaya yang dikeluarkan lebih minim, jarak tempuh dan waktu yang dibutuhkan juga cukup singkat dibanding daerah lainnya. Di samping itu, Teuku Faisal juga berharap para travel agent dan maskapai bisa terus bekerjasama dengan baik agar penerbangan direct Banda Aceh – Jeddah bisa terus berlanjut sesuai arahan dari Pj Gubernur Aceh.(AB)   [/vc_column_text][/vc_column][/vc_row]

Rooftop Kapal untuk Cuaca Cerah

Aksesibilitas yang menghubungkan suatu wilayah daratan dengan wilayah daratan yang ada di kepulauan salah satunya dapat dihubungkan sarana transportasi laut. Untuk menghubungkan daratan yang terpisah tersebut pada umumnya menggunakan sarana berupa kapal, sarana ini didesain berdasarkan kebutuhan dan karakteristik wilayahnya. Kapal yang digunakan untuk dapat mengangkut kendaraan dan orang dikategorikan dalam Kapal Roll On Roll Off (Kapal Ro-Ro), jenis kapal ini pada prinsipnya adalah menghubungkan dua ruas jalan yang terpisah oleh perairan, dari aspek operasional memiliki metode bongkar muat yang menjadi ciri khas kapal Ro-Ro,  kendaraan yang masuk (Roll On) dan keluar (Roll Off) kapal dengan penggeraknya sendiri, tentu dengan fasilitas infrastruktur pendukung di pelabuhan. Mengingat kebutuhan dan tujuan maka bagian dari kapal Ro-Ro dapat difungsikan untuk masuk kendaraan dan orang. Bagian dari kapal yang dimanfaatkan untuk kendaraan harus memenuhi persyaratan teknis berdasarkan ukuran kendaraan yang diizinkan, sedangkan untuk bahagian yang dimanfaatkan untuk orang atau penumpang juga berdasarkan standar pelayanan minimal angkutan penyeberangan yang ditetapkan, kenyamanan penumpang juga mempertimbangkan kondisi cuaca pada lintasan, walaupun secara regulasi juga mengarahkan adanya ruang penumpang tertutup dan terbuka. Beberapa hari belakangan ini, kondisi cuaca seluruh wilayah Aceh diguyur hujan yang disertai angin kencang. Bagi pelayaran, kondisi ini menjadi faktor pertimbangan dalam keselamatan pelayaran, apalagi pihak BMKG telah mengeluarkan peringatan gelombang tinggi dan cuaca buruk. Terkhusus pelayaran Ulee Lheue menuju Balohan atau sebaliknya, angin dan hujan dengan intensitas tinggi mengganggu perjalanan untuk menyeberang, bahkan tinggi gelombang dapat mencapai 4 (empat) meter. Jika cuaca cerah seperti pagi ini, Sabtu, 3 April 2021, para pelancong dapat menikmati panorama laut dari geladak (bagian paling atas) kapal atau bahasa kerennya “rooftop“. Layaknya, Kapal Ro-Ro lainnya seperti KMP. BRR yang juga didesain memiliki rooftop, begitu pun dengan KMP. Aceh Hebat 2, yang dapat digunakan penumpang untuk menikmati alam sambil memesan makanan maupun minuman di kafetaria yang berada di rooftop ini dalam cuaca baik. Pada kondisi angin kencang dan hujan tentu tidak disarankan untuk menikmati bagian outdoor ini karena kondisinya yang terbuka. Bagian rooftop yang dimanfaatkan untuk kafetaria dengan atap kanopi hanya sebahagian kecil dari deck yang berada di lantai paling atas, sebahagian besar kondisinya terbuka sehingga dalam kondisi hujan deras dapat menyebabkan genangan yang akan dibuang melalui saluran pembuangan air hujan, genangan tersebut bukan karena atap yang bocor atau atap kapal yang rusak tetapi memang disebabkan oleh area yang terbuka. Bagi Rakan Moda yang menyeberang dalam kondisi seperti ini dianjurkan untuk menempati di bagian ruang penumpang ekonomi reguler atau ruang penumpang non ekonomi reguler  yang tersedia di lantai khusus penumpang kapal tersebut, sehingga tidak terkena angin dan tempias air hujan. (MS)

Dialog Suara Publik : KMP. Aceh Hebat Akselerator Ekonomi Aceh

Semaraknya isu yang merebak terkait KMP Aceh Hebat belakangan ini, TVRI Aceh dalam program acara Dialog Suara Publik mengangkat pembahasan akankah KMP Aceh Hebat mampu membebaskan daerah-daerah yang selama ini dianggap terisolir dan mendongkrak pertumbuhan ekonomi masyarakat? Acara yang dipandu oleh M. Syuib Hamid berlangsung secara live dari studio TVRI Aceh dengan mengundang para pakar yang berkompeten di bidangnya. Hadir Kepala Dinas Perhubungan Aceh, Junaidi Ali, S.T., M.T., Ketua Fraksi Partai Gerindra yang merupakan anggota Komisi IV DPR Aceh, Drs. H. Abdurrahman Ahmad, GM PT. ASDP Indonesia Ferry Cabang Banda Aceh, Syamsuddin, S.E., dan pengamat transportasi sekaligus Dosen Jurusan Teknik Sipil Universitas Syiah Kuala, Prof. Dr. Ir. Sofyan M. Saleh. Dalam acara yang mengusung tema “KMP. Aceh Hebat, Akselerator Ekonomi Aceh”, Junaidi menjelaskan pertimbangan dan gagasan awal terhadap kebutuhan pembangunan kapal ini. “Melihat pada tren pertumbuhan penumpang dari masing-masing pelabuhan ada perhitungan pertumbuhan penumpang dan barang logistik harus dipenuhi, selama ini jika terjadi cuaca buruk dan puncak penumpang maupun barang sering kali menyebabkan antrian di pelabuhan. Hal ini akan berpengaruh sekali terhadap ekonomi masyarakat, dampak terhadap fluktuasi harga pokok sehingga banyak usaha yang merugi, karena inilah kita memulai menggagas pembangunan kapal ini, tentu saja dengan persetujuan anggaran melalui DPR Aceh,” jelas Junaidi. Penambahan armada KMP Aceh Hebat merupakan upaya pengembangan wilayah, jaminan ketersediaan sarana dan kepastian jadwal transportasi sangat berpengaruh pada pengembangan pariwisata, perikanan dan sector-sektor lain sebagai salah satu faktor utama yang mengundang para pelaku usaha dalam mengembangkan potensi wilayah, ada banyak pesona Aceh yang belum terekspos. DPR Aceh juga menerima masukan-masukan dari masyarakat melalui wakil rakyat di masing-masing kabupaten/kota. Dalam hal pembangunan kapal, masyarakat Sabang dan Sinabang beraudiensi dalam rapat kerja untuk adanya penambahan kapal karena pada kondisi puncak seperti momen lebaran, mereka selalu tidak dapat terlayani kebutuhan akan transportasi. “Banyak masyarakat dan kebutuhan logistik kepulauan yang tidak bisa terangkut pada saat tertentu. Dengan adanya penambahan kapal ini mempercepat pergerakan orang dan barang. Masukan yang seperti inilah yang sering kami terima dari masyarakat,” ujar Abdurrahman. Pada Tahun 2018, Dinas Perhubungan Aceh berdasarkan Rencana Strategis (Renstra) mengajukan usulan pembangunan kapal untuk melayani Sabang dan Simeulue yang didiskusikan bersama DPR Aceh. “Kami komisi IV pun tidak keberatan, bahkan pada waktu itu juga disampaikan jika Singkil butuh satu kapal lagi, sehingga menimbang kebutuhan tersebut, alangkah baiknya kita punya kapal sendiri agar terjadinya kontak dagang antara Pulau Banyak dengan daratan Singkil dan Subulussalam dalam konteks pertumbuhan ekonomi,” tambahnya lagi. Selaku operator angkutan penyeberangan, General Manager PT. ASDP Indonesia Ferry Cabang Banda Aceh, Syamsuddin menyampaikan bahwa KMP Aceh Hebat adalah kapal yang cukup bagus, speed-nya cukup tinggi sehingga waktu tempuhnya jadi terpangkas. Khususnya Sabang, biasanya kita menempuh dengan waktu 1 jam 40 menit, sekarang bisa lebih cepat 20 menit karena top speed operasionalnya bisa mencapai 13 knot. Ini telah menjadi kapal pilihan untuk tujuan pariwisata ke Sabang, animo masyarakat pun cukup tinggi serta sesuatu yang baru dan kami selaku operator berusaha maksimal untuk terus merawat dan menjaga agar kapal ini menjadi akselerator pembangunan ekonomi Aceh. Pengamat transportasi dari Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala, Prof. Sofyan M. Saleh memberikan tanggapan program pembangunan KMP. Aceh Hebat 1, 2 dan 3. “Sebenarnya, sebulan lalu saya ada juga dimintai tanggapan tentang KMP Aceh Hebat di salah satu laman berita daerah, jadi saya katakan, mengapa tidak dari 20 tahun lalu, artinya hal ini sangat bagus daripada kita tidak punya sama sekali, ini merupakan tahap awal dalam menarik minat pelaku usaha di Aceh,” jelas Prof. Sofyan. Tantangan ke depan dalam pengembangan transportasi Aceh, Prof. Sofyan menyampaikan perlunya kontinuitas dari frekuensi pelayaran yang mampu menyediakan (supply) untuk memenuhi kebutuhan atau permintaan perjalanan (demand) yang semakin meningkat. Selanjutnya, bagaimana keterlibatan masyarakat terutama UMKM dalam menyikapi adanya pelayanan kapal yang sudah tersedia, apabila terjadi peningkatan jumlah kunjungan wisata, maka masyarakat perlu menyiapkan kuliner, kerajinan tangan (souvenir) sehingga masyarakat tidak hanya sebagai penonton. (MS)

Proses Pembangunan KMP. Aceh Hebat 1, 2, dan 3

Kehadiran moda transportasi sebagai aspek utama dalam upaya meningkatkan konektivitas dan aksesibilitas antar wilayah. Guna memutus keterisolasian suatu daerah, kehadirannya berperan penting dalam menunjang pembangunan dan perekonomian masyarakat secara berbarengan. Kapal adalah salah satu pilihan terbaik guna menghubungkan daerah kepulauan. Selama ini, penumpukan penumpang dan angkutan barang/kendaraan yang membawa logistik menjadi hal lumrah dan terhambat pemasokan ke wilayah kepulauan sehingga harga pasar tidak terkendali, masyarakat kembali morat-marit dan nilai ekonomi kembali anjlok. Belum lagi jika musim gelombang tinggi dan cuaca eksrem terjadi, masyarakat pulau harus siap-siap “mengurut dada” dengan harga dan ketersediaan barang, mau tidak mau dengan harga mahal, masyarakat terpaksa membeli. Satu hal lagi jika musim liburan tiba, penumpang melonjak signifikan. Seperti dikehatui, Aceh sebagai salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki daerah kepulauan dengan panorama yang begitu menawan mengundang wisatawan untuk menikmatinya, sudah sewajarnya Aceh butuh kapal baru guna mewujudkan transportasi berkeadilan yang setara dengan wilayah daratan. Untuk itu, Pemerintah Aceh melalui Dinas perhubungan pada tahun 2018 lalu telah melakukan perencanan pembangunan kapal. Untuk mengurangi kesenjangan antar wilayah, peningkatan konektivitas antar kepulauan, sektor pariwisata, dan logistik, maka berdasarkan kesepakatan bersama (MoU) Pemerintah Aceh dan Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) pada tanggal 28 November 2018, melalui APBA TA 2019 dan 2020 (tahun jamak) telah dialokasikan anggaran untuk pembangunan tiga kapal Aceh Hebat. Proses pelelangan ketiga kapal dilakukan melalui Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) Kementerian Perhubungan RI dengan pertimbangan bahwa Pemerintah Aceh belum memiliki pengalaman dalam pelelangan kapal dengan spesifikasi khusus. Sedangkan Sumber Daya Manusia (SDM) di kementerian Perhubungan RI telah memiliki kompetensi untuk pembangunan kapal Ro-ro. Perencanaan terhadap ketiga kapal tersebut pun telah dilakukan pendampingan teknis dari kementerian. Selama pelaksanaan pekerjaan, Dinas Perhubungan Aceh didampingi oleh Konsultan Pengawas dan Tim Teknis yang melibatkan personil dari Kementerian Perhubungan dan Dishub Aceh. Untuk terlaksananya setiap tahapan pembangunan, telah dilakukan sertifikasi oleh Kementerian Perhubungan RI dan Biro Klasifikasi Indonesia (BKI). BKI yang merupakan ahli yang berkompetensi di bidang perkapalan yang bertugas untuk mengecek dan menginspeksi kapal, baik yang akan dibuat ataupun yang sedang beroperasi di Indonesia serta melakukan Pengetesan peralatan maupun perlengkapan kapal yang berhubungan dengan kelas kapal, baik badan kapal ataupun mesin. Nantinya, setelah kapal diinspeksi dan lolos, maka kapal akan mendapatkan sertifikat dari kelas kapal yang membuktikan bahwa kapal tersebut sudah memenuhi kualifikasi dan standar yang diberlakukan oleh Biro Klasifikasi. Pentingkah kelas atau sertifikasi untuk kapal? Tentu saja sangat penting. Jangankan untuk dioperasikan, ketika kapal dibuat saja BKI akan datang untuk melakukan pengecekan, di mana struktur kapal sudah harus sesuai dengan standar yang berlaku pada SOLAS II-1, yang berisikan tentang struktur rancangan kapal. Kapal tidak akan disertifikasi bila tidak sesuai dengan ketentuan-ketentuan SOLAS II-1, yang tentu saja dampaknya kapal tidak akan bisa beroperasi, mengingat tugas dari BKI adalah untuk menerbitkan sertifikat pengoperasian kapal. KMP. Aceh Hebat 1, 2 dan 3 yang dibangun baru di tiga galangan yang berada di Indonesia diawali dengan proses Keel Laying atau dikenal juga peletakan lunas kapal sebagai titik awal pembangunan sebuah kapal dilaksanakan serentak pada tanggal 21 Oktober 2019 yang dipusatkan di galangan PT Adiluhung Saranasegara Indonesia, Madura, Jawa Timur. Sekaligus di tanggal itu, penabalan nama KMP. Aceh Hebat pada masing-masing kapal oleh Plt. Gubernur Aceh (Kini Gubernur Aceh), Ir. Nova Iriansyah, M.T. Selanjutnya, pada masing-masing galangan kapal yang telah memiliki ahli yang berkompetensi melakukan proses pembangunan kapal. KMP. Aceh Hebat 1 dengan bobot rencana 1300 GT yang melayani lintasan Pantai Barat-Simeulue dibangun selama 470 hari di galangan PT Multi Ocean Shipyard Tanjung Balai Karimun, Kepulauan Riau. Di waktu bersamaan, KMP. Aceh Hebat 2 bobot rencana 1100 GT untuk lintasan Ulee Lheue-Balohan dibangun selama 497 hari di galangan PT Adiluhung Saranasegara Indonesia, Madura, Jawa Timur. Sementara itu, KMP. Aceh Hebat 3 dengan bobot rencana 900 GT untuk lintasan Singkil-Pulau Banyak dibangun selama 497 hari di galangan PT Citra Bahari Shipyard, Tegal, Jawa Tengah. Proses sakral berikutnya yang menjadi seremoni puncak dari pembangunan kapal adalah proses peluncuran kapal ke air yang sering disebut dengan launching kapal, proses ini berturut-turut dilakukan pada 3 Oktober 2020, 16 Oktober 2020, dan 5 November 2020 untuk KMP. Aceh Hebat 1, 2, dan 3. Selang beberapa hari setelah keberhasilan launching kapal ke air, dilakukan uji stabilitas kapal (inclining test), sebagai salah satu pemenuhan persyaratan kapal kelas BKI dan juga dalam rangka pemenuhan persyaratan statutory untuk Badan Pemerintahan. Persyaratan utama agar uji stabilitas kapal ini dapat dilaksanakan bahwa kapal mendekati penyelesaian akhir, diusahakan semua mesin dan barang terpasang dalam kapal, toleransi yang berikan bagi alat yang belum terpasang tidak boleh lebih dari 2 persen dan kelebihan beban tidak melebihi 4 persen dari berat kapal kosong tidak termasuk air balas. Semua barang yang berada di dalam kapal harus dicatat dengan cermat. Salah satu tes lainnya yang dilalui oleh KMP. Aceh Hebat 1, 2 dan 3 menjadi faktor penting dari segi keamanan dan ekonomi adalah sea keeping test untuk melihat kelayakan kapal berdasarkan teori dan uji langsung di kolam pengujian. Uji sea-keeping ini merupakan uji model kapal yang meliputi olah gerak kapal, daya tekan lambung kapal, gaya geser, momen lentur dan torsi, faktor probabilitas air masuk ke geladak kapal dan kemampuan baling-baling, kemampuan gerak relatif kapal antara gelombang dan lambung kapal, bantingan, akselerasi dan peningkatan hambatan pada kapal. Pengujian ini dilakukan di Balai Teknologi Hidrodinamik milik Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi di Kampus Institut Teknologi Sepuluh November (ITS). Setelah dinyatakan lulus uji, selanjutnya dilakukan dock trial. Proses ini dilakukan untuk menguji sistem dan perlengkapan kapal pada masing-masing galangan kapal. Sebelum diberangkatkan ke Aceh, KMP. Aceh Hebat 1, 2, dan 3 harus melalui rangkaian proses akhir tahap uji spesifikasi teknis atau official sea trial serta melengkapi dokumen dan sertifikat. Pada setiap tahapan pembangunan kapal, telah dilakukan sertifikasi oleh Kementerian Perhubungan RI dan Biro Klasifikasi Indonesia (BKI). Seperti informasi sebelumnya, di Pelabuhan Penyeberangan Ulee Lheue Banda Aceh, KMP. Aceh Hebat 2 telah tiba pada 19 Desember 2020, KMP. Aceh Hebat 3 tiba tanggal 28 Desember 2020, dan KMP. Aceh Hebat 1 tiba pada 14 Januari 2021. Kedatangan ketiga kapal ini disambut langsung oleh Gubernur Aceh, Nova Iriansyah dan pejabat terkait. “Aceh belum pernah punya kapal

The Most Frequent Cause of Traffic Accident

Kecelakaan lalu lintas merupakan hal yang berlawanan dengan keselamatan lalu lintas. Semakin tinggi angka kecelakaan lalu lintas maka semakin rendah tingkat keselamatan di jalan, begitu juga sebaliknya. Is that really the most important thing in traffic? Seperti rakan ketahui, keselamatan lalu lintas itu merupakan hal yang paling krusial (penting) dalam berlalu lintas, seperti penggunaan alat perlengkapan keselamatan berkendara, kelaikan kendaraan, jalan yang berkeselamatan dan aspek-aspek lain yang menunjang keselamatan. Jika aspek-aspek tersebut tidak terpenuhi, maka resiko terjadinya kecelakaan semakin tinggi.  Begitu juga sebaliknya jika aspek-aspek keselamatan lalu lintas terpenuhi maka kemungkinan kecil akan terjadi kecelakaan. Hal tersebut menunjukkan bahwa keselamatan sangat berkaitan dengan kecelakaan lau lintas dan merupakan hal yang penting. Kecelakaan lalu lintas merupakan penyumbang penyebab kematian di Indonesia, termasuk di Aceh. Jumlah kejadian kecelakaan lalu lintas di Aceh pada tahun 2019 mengalami peningkatan hampir 50% dari tahun 2018. Berdasarkan data dari Dirlantas Polda Aceh, pada tahun 2018 terdapat 1998 kejadian sedangkan pada tahun 2019 sebanyak 3958 kejadian. Berbagai lini gatra mempengaruhi tinggi rendahnya angka kecelakaan lalu lintas.  Dari segi kepatuhan dan habbit pengguna lalu lintas, segi kelengkapan informasi petunjuk jalan, segi kendaraan, segi jalan dan lain-lain. Segi-segi tersebut merujuk menjadi beberapa faktor penyebab yang paling sering menyebabkan kecelakaan atau “The Most Frequent Cause of Traffic Accident”, antara lain : Faktor Manusia; Faktor Jalan; Faktor Kendaraan; Faktor Lingkungan. First thing first, phôn dari yang phôn, adalah faktor manusia. Manusia seringkali lalai dalam berlalu lintas, kelalaian tersebut terjadi karena banyak hal. Beberapa hal tersebut antara lain, perilaku (attitude), kebiasaan (behavior), pengetahuan (knowledge), dan kondisi psikologis. Perilaku (attitude) sering dikaitkan dengan sikap dan perilaku saat berkendara.  Sikap dan perilaku yang tidak menjaga kedamaian/keharmonisan antar pengguna jalan seperti menggunakan kecepatan tinggi tanpa memperhatikan kendaraan sekitar dan tidak patuh terhadap peraturan berkendara yang berlaku merupakan salah satu dari banyak sikap yang dapat meningkatkan resiko kecelakaan. Jika attitude adalah sikap yang dilakukan pada suatu keadaan, kebiasaan (behavior) adalah attitude yang dilakukan secara berulang-ulang. Jika pengendara tidak memahami kecakapan dalam berkendara dan tidak mengindahkan cara-cara yang berlaku, maka kebiasaan yang buruk dalam berkendara akan terjadi. Selanjutnya faktor jalan, jalan adalah jalur-jalur transportasi darat yang digunakan oleh manusia, hewan atau kendaraan untuk melintasi dari suatu daerah ke daerah lain. Jalan terdiri dari bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukan bagi lalu lintas, baik yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di permukaan tanah dan/atau air, maupun di atas permukaan air. Terdapat beberapa kondisi yang menyatakan jalan menjadi penyebab kecelakaan. Kondisi tersebut antara lain seperti jalan yang tidak memiliki fasilitas keselamatan yang dibutuhkan, jalan yang berlubang, tikungan tajam, pandangan yang terhalang, minimnya informasi petunjuk jalan melalui aplikasi petunjuk arah berbasis online merupakan salah satu dari sekian banyak faktor jalan yang menyebabkan kecelakaan lalu lintas. Instansi pemerintah seperti Perhubungan,  PUPR. Kominfo, Kepolisian, serta Industri dan Perdagangan sangat berkontribusi besar dalam penyelenggaraan dan pembinaan jalan sesuai tugas pokok dan fungsinya. Dari kegiatan perencanaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan jalan banyak instansi yang terlibat, salah satunya yaitu Perhubungan. Ya, faktor ketiga adalah kendaraan. Kendaraan yang bagaimana sih yang berkeselamatan? Keyword dalam faktor ini adalah kelaikan kendaraan bermotor . Kelaikan kendaraan adalah suatu kondisi dimana suatu kendaraan dapat beroperasi di jalan raya dengan memenuhi serangkaian kegiatan pemeriksaan persyaratan administrasi dan teknis yang berlaku. Dan the last part adalah faktor lingkungan. Kondisi alam dan kondisi cuaca menjadi point yang paling utama pada faktor lingkungan. Jika terjadi gempa bumi, tsunami, banjir atau gunung meletus, resiko terjadinya kecelakaan sangat tinggi dan diperlakukan penanganan khusus apabila hal tersebut terjadi. Jika cuaca hujan lebat, sangat dikhawatirkan terjadi kecelakaan beruntun akibat dari kendaraan yang tergelincir. (A.Mega)

KMP Aceh Hebat 3 Permudah Akses Wisata Pulau Banyak

Keinginan Pemerintah Aceh mewujudkan transportasi yang berkeadilan dengan memastikan konektivitas dan aksesibilitas antar wilayah dapat terselenggara dengan baik. Kebutuhan transportasi di setiap wilayah pun memiliki karakteristik yang berbeda. Khusus Pulau Banyak, kehadiran KMP Aceh Hebat 3 diharapkan memenuhi mobilitas. Baik distribusi logistik maupun transportasi penyeberangan ke daratan. Selain itu menunjang pengembangan sektor pariwisata. Pembangunan KMP. Aceh Hebat 3 telah mencapai babak akhir. Setelah KMP Aceh Hebat 1 dan 2, hari ini giliran KMP Aceh Hebat 3 diluncurkan (launching) ke laut di galangan kapal PT. Citra Bahari Shipyard, Tegal, Jawa Tengah, Kamis, 12 November 2020. Gubernur Aceh, Ir. Nova Iriansyah, M.T., hadir menyaksikan langsung momen bersejarah bagi transportasi Aceh ini. Pada acara tersebut, Nova turut didampingi sejumlah pejabat Pemerintah Aceh menyampaikan bahwa sejarah kembali ditorehkan oleh Aceh. “Sekali lagi kita menorehkan sejarah melalui PT. Citra Bahari Shipyard yang telah merampungkan pembangunan KMP Aceh Hebat 3,” ujarnya. Nova mengharapkan penyelesaian sisa pekerjaan tidak mengalami hambatan apapun sehingga kapal bisa segera berlayar ke Aceh. “Rakyat Aceh sudah tidak sabar untuk menggunakan kapal ini. Kita harapkan tidak ada lagi halangan untuk penyelesaian kapal karena di dalamnya masih ada beberapa tahapan pengujian seperti sea trial dan lainnya,” harap Nova. Tidak lupa pula Nova mengapresiasi semua pihak yang terlibat dalam pembangunan kapal ini mulai dari pelelangan hingga peluncuran ke air hari ini. Nantinya, kapal berkapasitas 600 GT (Gross Tonnage) ini akan melayani rute penyeberangan Singkil – Pulau Banyak. Sama seperti KMP Aceh Hebat 1 dan 2, kapal ini diharapkan dapat memperlancar distribusi logistik dan mobilitas masyarakat sehingga dapat menurunkan kesenjangan ekonomi antar wilayah daratan dengan masyarakat kepulauan. Saat ini rute Singkil – Pulau Banyak dilayani oleh KMP Teluk Singkil yang juga melayani rute lain yaitu Singkil – Gunung Sitoli (Nias, Sumatera Utara). (AM)