Dishub

Kisah Warga Kala Trans Koetaradja Berhenti Sementara

Aceh TRANSit – Seiring dengan penghentian sementara layanan Trans Koetaradja pada awal tahun ini, warga Banda Aceh dan Aceh Besar dihadapkan pada realitas baru dalam mobilitas harian mereka. Transportasi publik ini telah menjadi penopang utama aktivitas warga. Salah satu suara yang mencerminkan keresahan masyarakat datang dari Nurul Aini (27), pegawai toko di Peunayong, Kota Banda Aceh yang telah bergantung pada Trans Koetaradja selama hampir empat tahun terakhir. “Saya merasa seperti kehilangan teman perjalanan yang setia,” ucap Nurul saat ditemui Tim Aceh TRANSit di sela waktu istirahatnya, Senin, 24 Maret 2025.” Ia tinggal di Lambaro, Aceh Besar dan setiap hari menempuh perjalanan ke tempat kerjanya di pusat kota Banda Aceh. Selama ini, Trans Koetaradja bukan hanya menjadi pilihan karena tarifnya masih gratis, tapi juga karena kenyamanan dan keamanannya yang tidak ia temukan di moda transportasi lain. “Busnya bersih, ber-AC, sopirnya sopan. Saya bisa duduk dengan tenang, nggak perlu was-was,” tutur Nurul, mengenang masa-masa ketika bus biru-putih itu masih setia mengantarnya bekerja. Semasa berhentinya bus ini pada 1 Januari – 24 Februari, rutinitas itu berubah drastis. Ia harus memilih antara ojek daring atau labi-labi dua moda transportasi yang menurutnya kurang ideal, baik dari sisi biaya maupun kenyamanan. Nurul mengakui bahwa lonjakan pengeluaran transportasi menjadi salah satu tantangan utama sejak penghentian layanan. “Dulu saya bisa simpan uang transport untuk keperluan lain, sekarang hampir setengah gaji habis di jalan,” keluhnya. Tapi lebih dari itu, ia juga merasa produktivitasnya terganggu. “Kalau dulu saya bisa atur waktu dengan rapi, sekarang sering telat karena harus menunggu angkutan lain yang kadang nggak pasti datangnya. Kadang harus berdiri lama di pinggir jalan, kadang juga tidak kebagian tempat duduk. Jauh berbeda dengan dulu saat bisa naik bus Trans Koetaradja dengan nyaman dan teratur,” ungkapnya. Meski kecewa, ia sadar bahwa mungkin ada kebijakan yang membuat operasional Trans Koetaradja harus dihentikan sementara waktu. Harapannya sederhana namun penuh makna, ia ingin akses terhadap transportasi publik yang layak, terjangkau, dan berkelanjutan ini tetap tersedia bagi masyarakat. Cerita Nurul bukanlah cerita tunggal. Ia mewakili ribuan suara yang senada, suara masyarakat yang merasa terpinggirkan ketika layanan publik yang selama ini mereka andalkan tiba-tiba dihentikan dengan sementara waktu. Trans Koetaradja dalam pandangan mereka, bukan hanya alat transportasi. Ia simbol kemajuan, keadilan akses, dan perhatian negara terhadap warganya. Di tengah arus pembangunan yang terus diupayakan, suara seperti Nurul perlu mendapat tempat di meja kebijakan konkrit nan strategis di masa mendatang agar kisah ini tidak terulang kembali. Sebab kota yang baik bukan hanya dibangun dengan beton dan jalan raya, tapi juga dengan mendengar denyut harian warganya yang paling terdampak.(Rahma Yanti) Baca Selengkap Tulisan Aceh TRANSit lainnya klik di bawah ini:

Penyerahan Simbolis CSR Program NGI: Dukung Operasional Armada Trans Koetaradja

SEMARANG – NGI Program menyerahkan secara simbolis bantuan Corporate Social Responsibility (CSR) berupa perangkat pelacak, layanan AI tracking, ETA, dan layanan operasional pendukung kepada Kepala Dinas Perhubungan Aceh, Teuku Faisal. Teknologi canggih ini akan diterapkan pada 59 unit armada Trans Koetaradja yang terintegrasi dengan Aplikasi Mitra Darat, sebuah langkah signifikan untuk mendukung efisiensi dan keamanan transportasi publik di Aceh. Penyerahan ini menjadi bagian dari komitmen NGI dalam mendukung kelancaran operasional transportasi. Dengan teknologi pelacakan berbasis AI dan sistem ETA yang akurat, diharapkan mobilitas masyarakat yang dilayani bus Trans Koetaradja dapat berjalan lancar, aman, dan efisien. “Kami bangga dapat berkontribusi bagi masyarakat. Kehadiran teknologi ini diharapkan dapat memastikan kenyamanan dan keselamatan bagi para pengguna Trans Koetaradja selama event berlangsung,” ujar perwakilan NGI dalam acara penyerahan. Implementasi teknologi ini merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas layanan transportasi publik.(MR)