Dishub

Kadishub Aceh Bertemu Susi Pudjiastuti Bahas Potensi Penerbangan Perintis

JAKARTA – Kepala Dinas Perhubungan Aceh, Teuku Faisal melakukan pertemuan dengan Presiden Direktur PT ASI Pudjiastuti Aviation (Susi Air), Susi Pudjiastuti guna membahas potensi pengembangan penerbangan perintis di Aceh, Jakarta, Kamis, 25 Agustus 2022. Pada pertemuan yang berlangsung cukup santai itu, Faisal menyampaikan rencana Pemerintah Aceh untuk meningkatkan konektivitas wilayah di Aceh melalui transportasi udara. Saat ini, transportasi udara di Aceh terselenggara melalui program angkutan udara perintis yang dilayani oleh maskapai Susi Air. Faisal yang didampingi oleh Kepala Bidang Penerbangan Dishub Aceh, Muhammad Dahlan juga mendengar sejumlah masukan dari Susi Pudjiastuti terkait rute-rute penerbangan potensial yang bisa dikembangkan. Mendengar masukan mengenai pengembangan rute perintis dari mantan Menteri Kelautan dan Perikanan ini tentu hal yang tepat karena ia sudah cukup berpengalaman mengoperasikan penerbangan perintis di Indonesia. Masukan-masukan yang diperoleh dari pertemuan ini, kata Faisal, akan menjadi bahan kajian lebih lanjut oleh Dinas Perhubungan Aceh untuk nantinya diusulkan ke Kementerian Perhubungan. Sementara itu, Susi Pudjiastuti menyarankan agar Pemerintah Aceh mengoptimalkan rute-rute penerbangan yang potensial. Pada rute itu, kata Susi, idealnya ada penerbangan seminggu 3 kali minimal. Sehingga masyarakat yang ingin melakukan perjalanan pada rute tersebut pun lebih mudah saat mengatur jadwal. Susi juga mencontohkan sejumlah daerah yang telah berhasil meningkatkan konektivitas wilayah mereka melalui penerbangan perintis. Dukungan dari Pemerintah Daerah, katanya, sangat penting agar penerbangan perintis benar-benar bermanfaat bagi masyarakat. (AM)

Pergerakan Arus Barang E-Commerce Belum Terdata dengan Baik

BANDA ACEH – Pergerakan barang di Aceh saat ini selain dipengaruhi oleh aktivitas produksi dan konsumsi masyarakat kini juga dipengaruhi oleh pertumbuhan e-commerce. Namun, kendala yang terjadi saat ini, pergerakan arus barang melalui e-commerce tidak terdata dengan baik. Hal itu disampaikan oleh Kepala Dinas Perhubungan Aceh yang diwakili oleh Sekretaris Dinas Perhubungan Aceh, T Rizki Fadhil saat membuka Focus Group Discussion (FGD) Studi Angkutan Barang di Hotel Kyriad Muraya Banda Aceh, Senin, 22 Agustus 2022. Rizki menambahkan, penataan sistem transportasi angkutan barang di Aceh belum sepenuhnya dikelola dengan baik, mulai dari jenis barang, titik awal, tujuan akhir, serta jenis moda transportasi yang digunakan. Data pergerakan barang di Aceh, kata Rizki, belum terinformasi dan terdistribusi secara transparan. Sehingga data tersebut susah untuk didapati. Menurut Rizki, untuk menciptakan transportasi angkutan barang yang terintegrasi dibutuhkan informasi yang komprehensif dari berbagai stakeholder agar dapat memberikan pelayanan yang optimal. Pada kesempatan yang sama, Ketua Panitia FGD, Safriyanthi menyebutkan bahwa kegiatan ini dimaksudkan untuk menjaring beragam masukan dan saran dari pelaku usaha baik produsen maupun distributor barang di Aceh selaku pengguna jasa transportasi khususnya melalui jalur darat. Ia mengharapkan melalui FGD ini diperoleh informasi terkait data-data yang berhubungan dengan angkutan barang di Aceh dari stakeholder yang berhadir. FGD yang mengangkat tema “Identifikasi Data Distribusi Pergerakan Barang di Aceh” ini berlangsung selama dua hari, 22 – 23 Agustus 2022. Kegiatan ini juga menghadirkan guru besar pada Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala, Prof. Dr. Ir. Sofyan, M.Sc.Eng, IPU., sebagai pemateri. (AM)

Dalops Dishub Aceh Lakukan Penertiban Lalin Saat Upacara HUT RI

BANDA ACEH – Personil Dal-Ops Bidang Lalu dan Lintas Angkutan Jalan (LLAJ) Dinas Perhubungan Aceh melakukan penertiban dan pengamanan lalu lintas saat upacara pengibaran bendera merah putih dalam rangka peringatan Hari Ulang Tahun ke-77 Kemerdekaan Republik Indonesia di Halaman Kantor Gubernur Aceh, Rabu 17 Agustus 2022. Upacara memperingati hari kemerdekaan itu dipimpin oleh Penjabat Gubernur Aceh Achmad Marzuki, dan diikuti oleh seluruh Pimpinan Forkopimda Aceh. Pengamanan lalu lintas pada ruas jalan Teuku Nyak Arief itu juga melibatkan personil dari Satuan Lalu Lintas (Satlantas) Polresta Banda Aceh dan Dinas Perhubungan Kota Banda Aceh. (AM)

Dishub Aceh dan Pemkab Bener Meriah Diskusi Pembangunan Transportasi

BANDA ACEH – Kepala Dinas Perhubungan Aceh, Teuku Faisal menyambut kunjungan silaturrahmi Penjabat (Pj) Bupati Bener Meriah, Haili Yoga bersama jajaran Pemerintah Kabupaten Bener Meriah di Aula Dishub Aceh, Kamis, 11 Agustus 2022. Melalui pertemuan ini, kedua belah pihak berdiskusi cukup hangat terkait pembangunan sektor perhubungan di wilayah Bener Meriah. Pada kesempatan tersebut, Faisal menyampaikan bahwa transportasi merupakan sektor penting yang menggerakkan aktivitas masyarakat di semua lini, mulai dari perekonomian hingga pariwisata. “Transportasi ini kalau kita analogikan seperti anatomi tubuh, dia semacam urat yang mengalirkan darah ke jantung, ginjal, dan organ tubuh lainnya,” ujar Faisal. Oleh karena itu, tambah Faisal, konsolidasi dan koordinasi dengan berbagai sektor penting untuk dilakukan supaya pembangunan daerah berjalan dengan baik. Selain itu, Faisal juga menyinggung terkait keberadaan Terminal Tipe B Bener Meriah yang berada di bawah kewenangan Dishub Aceh. Konsep terminal dewasa ini, tambahnya, lebih cenderung menyerupai rest area. Ia berharap ada investor atau pelaku usaha yang beraktivitas di Terminal Tipe B Bener Meriah. Sehingga tumbuh sentra ekonomi baru di area terminal dan sekitarnya. “Kita juga baru saja bertemu dengan para Direktur Perusahaan Otobus (PO) angkutan umum supaya loket-loket penjualan tiket mereka dipindahkan ke Terminal, supaya fungsi terminal berjalan sebagaimana semestinya,” tutur Faisal. Sementara itu, Pj Bupati Bener Meriah, Haili Yoga menyampaikan ucapan terima kasih atas sambutan yang luar biasa dari Dishub Aceh. Ia juga mengapresiasi atas kepedulian Dishub Aceh terhadap pembangunan sektor transportasi di Bener Meriah selama ini, salah satunya bantuan operasional bus saat pelaksanaan MTQ di Bener Meriah beberapa waktu yang lalu. Haili mengungkapkan, saat ini komoditi unggulan Bener Meriah, seperti kopi, koka, dan durian, yang diangkut ke Pulau Jawa dan Medan belum menyumbangkan insentif bagi pembangunan daerah karena tidak tercatat sebagai hasil daerah Bener Meriah. Padahal, kata Haili, devisa yang dihasilkan dari komoditi itu hampir 3 trilun per tahun. “Ini kebutuhan sebuah daerah atau kawasan, sehingga dryport sangat dibutuhkan oleh masyarakat Bener Meriah agar komoditi yang keluar dari sana tercatat sebagai devisa Bener Meriah,” ungkap Haili. Di samping itu, Haili juga bersyukur saat ini sudah terbangun terminal kargo di Bandara Rembele Bener Meriah. Sehingga para pelaku usaha di Bener Meriah dapat mengirimkan barang mereka dari bandara tersebut. “Ini salah satu bentuk kebutuhan Bener Meriah agar menjadi insentif bagi daerah penghasil komoditi,” tambahnya. Pertemuan tersebut juga dihadiri oleh Kepala Balai Pengelola Transportasi Darat (BPTD) Wilayah I Aceh, yang diwakili Kasi Sarana dan Prasarana, Fahni Mauludi. Ia menyampaikan bahwa pihaknya siap mendukung pembangunan sektor transportasi termasuk penyediaan fasilitas keselamatan jalan pada ruas jalan nasional yang ada di wilayah Bener Meriah. Fahni juga menyarankan agar Pemkab Bener Meriah mengusulkan pelayanan angkutan darat perintis bila terdapat wilayah yang membutuhkan pelayanan angkutan perintis di Bener Meriah. (AM)

Pulau Banyak, Keindahan yang (Masih) Sulit Dijangkau

Hari itu, sang surya terbenam dengan warnanya yang lebih pekat. Entah karena pengaruh kepala dan badanku yang mulai berat setelah menempuh perjalanan melelahkan dari Kota Banda Aceh. Butuh 14 jam perjalanan dari Banda Aceh (Ibukota Provinsi Aceh) ke Singkil (Ibukota Kabupaten Aceh Singkil). Jalanan pun tidak semuanya lurus mulus, tapi berliku dikelilingi pegunungan sawit, hanya sesekali tampak garis pantas juga mengiringi. Lelah, jelaslah sudah, tapi menyerah bukan jalan ninjanya. Sebelum sang surya itu terbenam di peraduannya, terdengar omongan para pengunjung warung kopi (warkop) menyebutkan sebuah paradise terbentang di seberang daratan ini. Aku mulai tercengang dan bersemangat, terlupakan letih yang telah mendekam. Kata mereka, tanah seberang itu taklah berwarna coklat tapi terhampar putih berkristal dengan gradasi airnya, dari biru tua hingga bening. “Tekadku bulat, aku takkan menyerah dengan perjalanan ini, meskipun panjang dan melelahkan, ada yang lebih indah untuk aku jumpai di seberang sana,” tutur batinku. Pelabuhan Singkil menjadi pintu gerbang yang harus dilewati untuk menikmati paradise island yang diperbincangkan tadi. Melewati gerbang keberakatan atau gangway, terlihat sebuah kapal bermesin bersandar di badan dermaga. Truk-truk bermuatan penuh menyesaki lambung kapal, hingga tak bercelah. Bahkan di lorong sempit pinggiran truk tersebut juga dipenuhi kendaraan roda dua dan tumpukan logistik seperti tong-tong ikan dan kebutuhan pokok lainnya. Ada aroma khas saat menyusuri lorong sempit menuju ruang penumpang. Aroma ikan, sayuran dan air laut telah bercampur padu menciptakan indera penciuman bingung mengartikannya. Ada pemandangan lain yang terpampang di ruang penumpang. Para penumpang tertidur pulas di atas kursi dan beberapa lainnya di atas lantai yang dilapisi tikar. Belum lagi, tumpukan barang bawaan yang berpola abstrak di sepanjang mata memandang. Angin laut menjadi pendingin alami bagi mereka. Tidur pulas mereka mengalahkan nyamannya hotel bintang lama. Setelah lebih kurang empat jam berteman dengan ombak dan samudera, kini pasukan nyiur mulai menyapa dari kejauhan. Semakin dekat, kristal-kristal sepanjang pasir pantai lebih terlihat jelas. Gerombolan ikan pun menyambut begitu lincah, berenang indah dari satu sisi ke sisi lainnya. It’s a perfect island, the paradise in Aceh. Seperti yang dikatakan oleh Yans dan Alison, pelayar asal Amerika yang singgah ke Pulau Banyak sebelumnya berlayar dari Benua Kangguru, menyampaikan ketakjubannya akan pesona yang disungguhkan alam Pulau Banyak. Air laut yang sangat indah dan bening bersih, pasirnya yang cantik serta masyarakatnya yang ramah “It’s perfect combination,” ujarnya. Namun pulau-pulau kecil yang tersebar di kawasan Pulau Banyak ini begitu sulit untuk diakses. Satu-satunya cara yang dapat diambil dengan menyewa boat kayu nelayan setempat. Seperti boat pada umumnya, fasilitas keselamatan yang dimiiki belum memadai. Di sinilah, peran pemerintah menjadi support system untuk mendampingi masyarakat dalam menyelenggarakan transportasi yang berkeselamatan. Dilema transportasi di pulau paling ujung Aceh ini seakan tak ada ujungnya. Banyak wisatawan yang mengurungkan niatnya untuk berkunjung ke sana karena akses menuju gugusan pulau ini termasuk ruwet dan ribet. Memang selama kehadiran KMP Aceh Hebat 3 memberi kemudahan transportasi di wilayah kepulauan ini. Namun, jadwal kapal yang tidak beroperasi tiap hari ini juga menjadi kendala terbesar. Pada kebiasaan perjalanan wisata menganut sistem berburu waktu, ada banyak spot yang harus dikunjungi, dengan penundaan keberangkatan atau off pelayaran kapal akan menghancurkan rencana awal petualangan ini. Dongkol, pastinya. Namun perjalanan ke Pulau Banyak bergantung pada kapal penyeberangan ini. Jika dengan kapal kayu, seperti yang dibicarakan pada awal tadi, faktor keselamatan belum dapat dipertanggungjawabkan. (Misqul Syakirah) Selengkapnya klik download : https://dishub.acehprov.go.id/publikasi-data/aceh-transit/tabloid-transit/

Menhub Minta Pelni Konsisten Berubah Untuk Terus Tingkatkan Kinerja

JAKARTA – Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi meminta jajaran PT Pelni (Persero) terus meningkatkan kinerjanya dengan selalu konsisten melakukan perubahan atau transformasi. “Terus lakukan perubahan dan pastikan apa yang dilakukan bisa ‘netes’ atau dapat langsung dirasakan manfaatnya oleh masyarakat,” demikian disampaikan Menhub saat memberikan sambutan dalam Rapat Pimpinan PT Pelni Tahun 2022, Rabu (3/8). Menhub mengatakan, diberikan amanah oleh Presiden RI Joko Widodo untuk memastikan konektivitas laut terlaksana dengan baik. Adapun sejumlah tantangan yang harus dihadapi di sektor transportasi laut misalnya yaitu harus menjangkau daerah terpencil, disparitas harga, dan lain sebagainya. “Di sinilah Pelni mendapatkan amanah dari pemerintah melalui penyediaan kapal perintis, tol laut, dan kegiatan lainnya yang harus dapat diandalkan,” ucap Menhub. Sejumlah upaya transformasi yang harus dilakukan Pelni diantaranya yaitu: melakukan digitalisasi layanan, mengefisienkan operasional kapal, memetakan dan menyeleksi daerah-daerah yang memiliki potensi untuk dilayani, dan melakukan pengelolaan SDM Pelni yang berkarakter agile (lincah), memiliki kapasitas dan kompetensi, serta mau berubah menjadi lebih baik. Kedepan, Menhub berharap kepada Pelni agar tidak hanya bergantung pada subsidi dari pemerintah, tetapi terus melakukan pengembangan usahanya. “Subsidi mestinya hanya sementara. Ketika kita mampu melakukan kegiatan lebih baik, maka sudah bisa menjadi komersial,” tuturnya. Lebih lanjut, Menhub menyampaikan apresiasinya kepada Pelni yang selama ini telah membantu pemerintah memberikan pelayanan angkutan laut baik penumpang, maupun logistik hingga ke daerah-daerah terpencil. “Lakukan tugas dengan sepenuh hati yang mampu memberi arti kepada masyarakat. Ke depan, kompetisi semakin ketat. Kalau Pelni tidak efisien satu saat akan ditinggalkan. Untuk itu, lakukan upaya transformasi dengan baik dan sungguh-sungguh,” kata Menhub. Pada kesempatan yang sama, Direktur Utama PT. Pelni Tri Andayani menyampaikan terima kasih atas kepercayaan dan tanggung jawab yang diberikan pemerintah melalui Kemenhub, untuk melayani kebutuhan masyarakat akan transportasi laut. Ia mengatakan sejak tahun 2018, penugasan yang diberikan kepada PT. Pelni, berupa Public Service Obligation (PSO) dan Subsidi menunjukkan tren yang meningkat seiring dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat, khususnya di wilayah Indonesia tengah dan timur. “Kepercayaan ini kami tunjukkan dengan kinerja produksi yang terus meningkat khususnya pada aktivitas muatan barang,” ujarnya. Rapim PT Pelni tahun 2022 yang bertema “Perkuat Fundamental dan Transformasi Perusahaan Menuju Pertumbuhan Berkelanjutan” ini, turut dihadiri sejumlah pihak diantaranya yakni Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Laut Capt Mugen dan Komisaris Utama PT. PELNI Ali Masykur Musa. (*) Sumber: Kemenhub RI

Dukung Distribusi Logistik Aceh, Kadishub Aceh Pantau Percepatan Pembangunan Jalur Kereta Api Aceh

BIREUEN – Pembangunan jalur kereta api Aceh, yang merupakan bagian dari Trans Sumatera Railway, perlu digenjot supaya distribusi logistik di dalam wilayah Sumatera, khususnya Aceh, jadi lebih mudah dan murah. Hal itu diutarakan oleh Kepala Dinas Perhubungan Aceh, Teuku Faisal, saat melakukan kunjungan kerja ke sejumlah stasiun kereta api yang telah dibangun oleh Balai Teknik Perkeretaapian Sumatera Bagian Utara (BTP Sumbagut), Direktorat Jenderal Perkeretaapian. Maksud dari kunjungan kerjanya itu, Faisal ingin memantau progress pembangunan jalur kereta api, yang akan tersambung dari Medan hingga Banda Aceh, Sabtu, 6 Agustus 2022. “Ada 2 lokasi Pembangunan kereta api di Aceh yang sedang berjalan simultan, yaitu lintas Besitang – Langsa dan lintas Bireuen – Lhokseumawe. Kita tinjau perkembangannya sekaligus memantau berbagai kendala yang yang ada di lapangan. Kita perlu dorong percepatan pembangunan ini dengan semangat kolaborasi ,” ungkap Faisal. Nantinya, keberadaan jalur kereta api ini, akan memudahkan pengusaha lokal Aceh mendistribusikan produk mereka ke daerah luar. “Kegiatan ekspor komoditi lokal Aceh juga akan terbantu bila jalur kereta api ini selesai. karena desainnya terkoneksi dengan pelabuhan Kuala Langsa, Krueng Geukueh dan Malahayati,” ujar Faisal. Pernyataan Faisal tersebut dibenarkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Kereta Api (KA) Aceh Wilayah II BTP Sumbagut, Halim Hartono. Ia menyampaikan bahwa saat ini pihaknya tengah membangun jalur Kereta Api lintas Besitang – Langsa sepanjang 35 Km. Berdasar laporan per Agustus, progress pembangunan pada lintasan ini telah mencapai 98,86 persen. Dari 35 Km total panjang track, yang telah dibangun di dalam wilayah Aceh mencapai 13,15 Km dari perbatasan hingga Sungai Liput. Serta, 1 unit stasiun juga telah selesai dibangun, yaitu Stasiun Sungai Liput. Halim juga mengungkapkan bahwa ada sejumlah kendala teknis konstruksi yang menghambat proses pembangunan jalur kereta api Aceh yang saat ini sedang dicarikan solusi di lapangan. Sementara itu, terkait program pembangunan jalur kereta api Aceh lintas Lhokseumawe – Bireuen, PPK KA Aceh Wilayah I BTP Sumbagut, Abdul Kamal sedang memfokuskan pembangunan pada segmen Krueng Geukueh – Paloh sepanjang 8 Km. Segmen ini tersambung dengan jalur kereta api segmen Krueng Geukueh – Krueng Mane yang sudah lebih dulu beroperasi sepanjang 11,35 Km. Segmen ini diharapkan dapat beroperasi pada tahun 2023. Sedangkan pada segmen Krueng Mane – Kutablang sepanjang 10,1 Km, pemasangan rel kereta api dan pembangunan stasiun sudah selesai dilaksanakan, yaitu Stasiun Geurugok dan Stasiun Kutablang, dan rencananya akan beroperasi pada tahun 2022. Kamal juga melaporkan, pihaknya akan membangun 8 stasiun untuk melayani perjalanan rutin masyarakat (komuter) menggunakan kereta api dari Lhokseumawe – Bireuen maupun sebaliknya (sepanjang 44,35 Km). Saat ini, 5 stasiun kereta api telah selesai dibangun, yaitu di Krueng Geukueh, Bungkaih, Krueng Mane, Geurugok, dan Kutablang. 1 stasiun sedang dalam pembangunan, yaitu Stasiun Paloh. Sedangkan 2 stasiun lainnya masih dalam tahap perencanaan, yaitu Matang Glumpang Dua dan Bireuen. Kadishub Aceh, Faisal, mengharapkan pembangunan jalur kereta api Aceh yang akan menghubungkan Medan dengan Banda Aceh ini dapat selesai sesuai target. (AM/RZ)

Pelabuhan Krueng Geukueh Siap Ekspor Komoditi Aceh

ACEH UTARA – Aceh memiliki beberapa pelabuhan yang cukup representatif dan terbuka untuk perdagangan internasional. Potensi ini perlu dimanfaatkan dengan baik oleh pengusaha untuk kegiatan ekspor impor komoditas asal Aceh sehingga berbagai produk asal Aceh lebih mudah dipasarkan ke luar negeri dengan harga yang bersaing. Salah satu pelabuhan yang siap memfasilitasi perdagangan luar negeri komoditas Aceh adalah Pelabuhan Krueng Geukueh di Aceh Utara. Hal tersebut disampaikan Kepala Dinas Perhubungan Aceh, Teuku Faisal, dalam kunjungan kerja ke PT. Pelabuhan Indonesia (Pelindo) (Persero) Cabang Lhokseumawe pada Kamis, 4 Agustus 2022. Pada kesempatan tersebut Faisal meninjau langsung kesiapan sarana dan prasarana serta aktifitas bongkar muat di pelabuhan tersebut. “Pelabuhan Krueng Geukuh sangat siap untuk kegiatan ekspor impor dan telah comply dengan sertifikasi internasional SOCPH dan menerapkan ISPS Code. Pelabuhan ini juga telah melakukan beberapa kali kegiatan ekspor.” kata Faisal.   Faisal menekankan tentang pentingnya produk asal Aceh dikonsolidasikan dengan baik sehingga secara volume mencukupi untuk diangkut dengan kapal laut dari pelabuhan di Aceh. Upaya meningkatkan utilisasi pelabuhan di Aceh,lanjut Faisal, perlu mendapat dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, Pemerintah Aceh sendiri saat ini bersama Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) sedang menyusun Rancangan Qanun Aceh tentang Tata Niaga Komoditas Aceh (TNKA). Qanun ini nantinya antara lain mengatur komoditi unggulan Aceh diekspor melalui pelabuhan di Aceh. Oleh sebab itu, tambah Faisal, standar pelayanan minimum di pelabuhan harus benar-benar dipersiapkan sebaik mungkin agar tidak ada kendala lg saat Qanun tentang Tata Niaga Komoditi Aceh telah disahkan. Sementara itu, General Manager PT. Pelabuhan Indonesia (Persero) Cabang Lhokseumawe, Joni Hutama, menyebutkan bahwa berdasarkan data tiga tahun terakhir, pergerakan distribusi logistik dalam negeri yang keluar dari Aceh didominasi oleh komoditi curah, seperti minyak mentah, semen, pupuk, dan gas alam. Padahal, kata Joni, banyak komoditi unggulan Aceh lainnya yang seyogyanya dapat didistribusikan melalui pelabuhan ini. “Kita memiliki potensi pemanfaatan shore base oil dan potensi ekspor kopi, cangkang, serta curah sawit,” imbuh Joni. Pada prinsipnya, Pelindo mendukung penuh kebijakan (Raqan TNKA) ini. Fasilitas yang tersedia dipelabuhan Lhokseumawe sudah cukup lengkap, ada 6 dermaga, gudang, crane, lapangan penumpukan, forklift dan fasilitas pendukung lainnya. Hal senada juga diungkap oleh Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Bener Meriah, Abdul Gani yang juga hadir dalam kunker tersebut. Ia mengatakan, bahwa pihaknya bersama Kementerian Perhubungan tengah menjajaki potensi pembangunan Dry Port untuk mendukung konsolidasi dan kemudahan pemasaran komoditas unggulan di wilayah tengah Aceh. Keberadaan dry port ini nantinya akan sangat mendukung ekspor via pelabuhan Krueng Geukuh. Pada kesempatan tersebut, Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Lhokseumawe, Azwar, menyatakan pihaknya siap memastikan segala aspek mengenai keselamatan, keamanan, dan kelancaran proses pengangkutan melalui Pelabuhan Krueng Geukueh. Ketua Tim Pansus Penyusunan Raqan TNKA DPRA, Yahdi Hasan, yang dihubungi melalui sambungan seluler, menyebutkan bahwa penyusunan rancangan qanun ini terus digenjot oleh DPRA melalui Tim Pansus agar dapat disahkan sesegera mungkin yang diharapkan dapat disahkan pada akhir tahun ini. Ia berharap penyusunan Raqan ini dapat berdampak positif terhadap kesejahteraan rakyat Aceh. “Kami harap, Qanun ini nantinya dapat memaksimalkan Pendapatan Asli Daerah, serta memberikan lapangan kerja baru bagi masyarakat, dan mengurangi kerusakan jalan akibat seringnya dilalui kendaraan berat.” imbuhnya. (RZ)

Tiga Maskapai Siap Layani Penerbangan Internasional dari Bandara SIM

BANDA ACEH – Sesuai Instruksi Menteri Dalam Negeri (Inmendagri) Nomor 39 Tahun 2022, Bandara Internasional Sultan Iskandar Muda (SIM) ditetapkan sebagai salah satu pintu masuk udara atau penerbangan internasional bersama 17 bandara lainnya. Dibukanya kembali rute penerbangan internasional di Bandara SIM tidak terlepas dari upaya Pemerintah Aceh bersama pihak terkait serta dukungan dan doa seluruh masyarakat Aceh. Dalam Inmendagri ini disebutkan pula terkait aturan teknis pelaksanaan bagi bandara yang akan melayani penerbangan internasional akan diatur oleh Kementerian Perhubungan, Satuan Tugas Penanganan COVID-19, Kementerian atau Lembaga terkait lainnya. Menanggapi perkembangan tersebut, Kepala Dinas Perhubungan Aceh, T. Faisal, Rabu, 03 Agustus 2022 menyatakan bahwa ada tiga maskapai yang telah menyatakan siap untuk melayani penerbangan internasional dari Bandara SIM, yaitu AirAsia, Firefly, dan Lion Air. “Pemerintah Aceh dan PT. Indonesia AirAsia bahkan telah menandatangani kerjasama terkait pengembangan rute internasional dan peningkatan kunjungan wisatawan di Aceh ,” sebut Faisal. Di samping itu, kata Faisal maskapai Lion Air telah menyatakan minat untuk melayani penerbangan Umrah dengan frekuensi seminggu dua kali dengan tujuan Madinah dan Jeddah dari Bandara SIM. Demikian pula maskapai Firefly menyatakan akan melayani penerbangan Banda Aceh – Penang. “Sejalan dengan akan terbitnya regulasi teknis dari instansi terkait, selanjutnya pihak maskapai perlu memperpanjang izin rute dan mempersiapkan hal-hal lain terkait teknis operasional” lanjut Faisal. Kementerian Hukum dan HAM juga telah menerbitkan Surat Edaran Direktorat Jenderal Imigrasi Kemenkumham Nomor IMI-0650.GR.01.01 Tahun 2022 Tentang Kemudahan Keimigrasian Dalam Rangka Mendukung Pariwisata Berkelanjutan Pada Masa Pandemi COVID-19. Dalam SE tersebut, Bandara SIM ditetapkan sebagai salah satu tempat pemeriksaan imigrasi bebas visa kunjungan khusus wisata Kepala Sub Seksi Pelayanan Dokumen Perjalanan dari Kantor Imigrasi Kelas I TPI Banda Aceh, Ibrahim D.W., kepada AcehTRANSit, menyebutkan bahwa pihaknya telah siap untuk penerbangan internasional, baik penerbangan reguler maupun umrah. “Kita sudah siap, baik SDM maupun kesistemannya, kita juga sudah update software dan data cekal dari pusat,” ungkap Ibrahim. Saat ini, seluruh Kabupaten/kota di Aceh sudah dinyatakan dengan PPKM level 1, sehingga diharapkan menjadi destinasi yang aman untuk dikunjungi wisatawan baik domestik maupun mancanegara. “Dengan banyaknya dukungan dari berbagai pihak, kita optimis Bandara SIM siap melayani penerbangan internasional,” pungkas Faisal. (MS)

Kesan Saat Berada di Terminal Tipe B Bener Meriah dan Calang

Oleh Drs. Erizal, A.MURP* Dua tahun lalu, pandemi Covid-19 melanda seluruh dunia, dari lapisan atas sampai lapisan bawah sehingga banyak kegiatan-kegiatan keagamaan dan kenegaraan tertunda. Mereda nya pandemi ini membuat kegiatan-kegiatan yang biasanya dilakukan menjadi lebih istimewa dari sebelum-sebelumnya, sehingga semarak, keramaian, suka-cita dan kemenangan kembali terasa pada lebaran tahun 2022 ini. Ada banyak hal menarik seputar lebaran yang menjadi cerita dan pengalaman di berbagai sektor sehingga membawa pengaruh positif untuk setiap kalangan. Salah satunya seperti sektor jasa transportasi. Dengan dibuka kembali kebijakan angkutan lebaran oleh Presiden Republik Indonesia melalui Kementerian Perhubungan telah menambah suasana hiruk pikuk di banyaknya angkutan transportasi baik di darat, laut dan udara. Persebaran masyarakat Aceh di berbagai kota rantau mewajibkan mereka melakukan mudik lebaran. Bagi masyarakat Aceh, merantau bertujuan untuk bekerja seperti berdagang, juga menempuh studi di suatu lembaga pendidikan. Oleh karena itu, terbuka kembali jasa transportasi di hari menjelang lebaran dimanfaatkan perantau untuk kembali ke kampung halaman. Momen mudik dimanfaatkan untuk bersilaturrahmi mengunjungi sanak saudara atau melakukan perjalanan untuk mengisi liburan dengan mengunjungi berbagai objek wisata. Salah satu moda transportasi yang banyak diminati selama arus mudik lebaran di Aceh adalah moda transportasi darat. Selama periode H-7 sampai H+7 lebaran tercatat sebanyak 107.896 orang melakukan perjalanan menggunakan transportasi darat melalui terminal. Sebagian orang menganggap moda transportasi ini lebih mudah menjangkau tujuan perjalanan masyarakat Aceh dan dapat dengan mudah mengubah jadwal keberangkatan jika sewaktu-waktu ada keperluan mendadak. Banyaknya pelaku perjalanan mudik lebaran tahun ini memerlukan pengendalian transportasi dari Pemerintah Pusat dan Daerah. Dinas Perhubungan Aceh (Dishub Aceh) merupakan instansi Pemerintah Aceh yang mempunyai wewenang terhadap pengendalian transportasi selama angkutan lebaran dan fokus utamanya terhadap pelayanan angkutan umum. Instrumen pengendalian ini dilakukan melalui pos komando (posko) angkutan lebaran di berbagai prasarana transportasi. Ketersediaan posko angkutan lebaran telah menjadi metode andalan Dishub Aceh setiap tahunnya dalam melayani masyarakat terkait pengendalian transportasi khususnya untuk perjalanan darat. Posko angkutan lebaran ini mencakup jalan lintas timur, tengah dan barat – selatan Aceh. Posko angkutan lebaran pada jalan lintas timur meliputi Terminal Tipe B Pidie, Pidie Jaya, Bireuen dan Aceh Tamiang. Dan posko lebaran pada jalan lintas tengah berada di Terminal Tipe B Bener Meriah. Sedangkan pada jalan lintas barat – selatan terdiri atas terminal Tipe B Singkil, Aceh Barat Daya dan Aceh Jaya. Pada awal 2022, terdapat dua terminal baru dioperasikan kembali setelah beberapa tahun tidak difungsikan, yaitu Terminal Tipe B Bener Meriah dan Aceh Jaya. Menariknya, kedua posko ini merupakan posko perdana dalam hal penyelenggaraan posko angkutan lebaran. Gebrakan  ini menjadi analisis tersendiri bagi Dishub Aceh untuk melihat tingkat kepentingan prasarana dan operasional terminal di masing-masing daerah serta potensi pengembangannya. Tulisan ini akan memperbandingkan kondisi penyelenggaraan transportasi selama angkutan lebaran di Terminal Tipe B Bener Meriah dan Terminal Tipe B Aceh Jaya dari lima sudut pandang, antara lain: aspek lokasi, ketersediaan fasilitas, tingkat pelayanan jalan akses, kenyamanan dan ketersediaan angkutan lanjutan. Lokasi terminal Kondisi lokasi terminal model ini lebih mampu memberikan perkembangan terhadap aktivitas terminal, karena mempunyai kemudahan akses terhadap pusat-pusat aktivitas perkotaan. Akan tetapi, tingkat perkembangan yang terjadi akan berdampak terhadap fenomena percampuran arus pergerakan, sehingga menimbulkan permasalahan lalu lintas berupa kemacetan. Dari segi lokasi, Terminal Tipe B Aceh Jaya lebih strategis dari Terminal Tipe B Bener Meriah. Disebabkan karena Terminal Tipe B Aceh Jaya termasuk ke dalam model central terminating yaitu berlokasi di dekat pusat kota dengan jarak ±2 Km dari pusat Kota Calang dan berada pada lintasan Jalan Nasional Banda Aceh-Meulaboh. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) Calang berfungsi sebagai pusat perdagangan, jasa, pelayanan sosial, dan umum skala kabupaten dan pusat pemerintahan. Sedangkan Terminal Tipe B Bener Meriah terletak di jalan lintasan provinsi yaitu Jalan Bandara Rembele Aceh Tengah, Kampung Ketipis, Kecamatan Bukit, Kab. Bener Meriah, Aceh. Jika ditinjau dari sistem kota, lokasi Terminal Tipe B Bener Meriah termasuk kedalam model nearside terminating (pinggiran kota). Jaraknya sekitar ± 3 km dari pusat ibu kota, yaitu Redelong dan berjarak sekitar ± 11 km dari Kota Pondok Baru yang merupakan kota padat penduduk yang selama ini menopang mayoritas kegiatan perekonomian.   Ketersediaan Fasilitas Fasilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan pengguna terminal. Artinya, jika fasilitas yang disediakan baik maka kepuasan pengguna terminal juga akan meningkat, begitu pula sebaliknya. Hubungan antara fasilitas dan kepuasan penggunaan terminal memiliki pengaruh yang kuat. Dalam kata lain, setiap perubahan yang kecil akan mempengaruhi peningkatan atau penurunan kepuasan pelanggan terminal. Terminal Tipe B Bener Meriah dan Terminal Tipe B Aceh Jaya sama-sama memiliki fasilitas yang menunjang fungsi Terminal. Fasilitas di Terminal Tipe B Bener Meriah memiliki penilaian dalam kategori baik (Laporan Tahunan Kondisi Fasilitas Terminal, 2021). Fasilitas lebih memadai, diantaranya adalah loket, ruang tunggu, toilet, area parkir, musalla dan kantor operasional. Pun sama halnya dengan Terminal Tipe B Aceh Jaya, terminal ini juga memiliki fasilitas seperti Terminal Tipe B Bener Meriah. Namun, penilaian dalam kategori cukup (Laporan Tahunan Kondisi Fasilitas Terminal, 2021). Tingkat Pelayanan Jalan Ketersediaan akses jalan berpengaruh positif berupa kemudahan melakukan mobilitas dari satu tempat ke tempat lain. Kinerja tingkat pelayanan pada jalan akses terminal ini dipengaruhi oleh faktor – faktor yang  harus dipenuhi. Faktor-faktor tersebut yaitu letak posisi terminal, kondisi jalan dan ketersediaan fasilitas jalan. Dari segi lokasi, Terminal Tipe B Aceh Jaya merupakan terminal dengan tipe on street karena letaknya yang terhubung langsung dengan jalan nasional melalui jalan lokal sehingga memberikan aksesibilitas yang tinggi serta kemudahan dalam pergantian moda angkutan kota. Jalan akses menuju terminal berkondisi baik dan dilengkapi perlengkapan rambu dan marka di jalan nasional, sedangkan jalan lokal berkondisi sedang tanpa ada perlengkapan rambu dan marka. Ditinjau dari posisi terhadap elemen transportasi jalan, Terminal Tipe B Bener Meriah merupakan terminal dengan tipe off street karena letaknya yang jauh dari jalan utama. Namun, kondisi jalan akses menuju terminal kategori baik, dilengkapi fasilitas marka dan rambu. Kedua terminal ini sulit untuk dicapai melalui angkutan umum, karena terminal belum mendapat akses jaringan trayek angkutan umum berupa angkutan perkotaan/angkutan pedesaan sehingga di kedua terminal ini belum terdapat kemudahan untuk pergantian angkutan umum. Penumpang hanya mengandalkan antar jemput secara pribadi dari kerabat dekat.   Kenyamanan Kenyamanan juga dapat dijelaskan sebagai suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar