Dishub

Hati-hati, Ada Tumpahan Minyak di Simpang Beutong Saree

Telah terjadi tumpahan CPO (Crude Palm Oil) di Jalan Nasional Banda Aceh – Medan, tepatnya di Simpang Beutong turunan Saree, Aceh Besar menuju Laweung, Sabtu, 25 September 2021. Akibat tumpahan ini, terjadi kecelakaan yang melibatkan 2 unit kendaraan roda 4, serta 1 kendaraan terperosok ke luar badan jalan. Kecelakan tersebut juga menyebabkan beberapa pengendara mengalami luka-luka. Menurut pengakuan salah seorang warga yang menyaksikan langsung di lokasi kejadian, tumpahnya CPO disebabkan oleh kran dari tangki truk pengangkut tidak berfungsi dengan baik, dan hanya terikat menggunakan karet ban. Saat berita ini diturunkan, sejumlah petugas kepolisian dari Polsek Muara Tiga sudah berada di lokasi untuk melakukan pengawasan agar tidak terjadi kecelakaan lainnya. Bagi RakanModa yang akan melewati jalur ini, dihimbau agar berhati-hati, dan mengikuti arahan dari petugas kepolisian agar perjalanannya aman dan selamat.

Pengusaha Angkutan Perlu Ditertibkan

Sekretaris Daerah Kabupaten Aceh Singkil, Azmi didampingi Asisten I Sekdakab Aceh Singkil, Junaidi menerima silaturrahmi Kepala Dinas Perhubungan Aceh, Junaidi beserta jajaran di ruang kerjanya, selasa, 14 September 2021. Pertemuan ini membahas operasional Terminal Tipe B Aceh Singkil yang berada di Rimo. Beberapa perusahaan angkutan yang beroperasi di terminal belum memaksimalkan loket yang telah tersedia di dalam gedung terminal. Beberapa angkutan umum ini juga masih memakai plat hitam. Demi keselamatan, pemerintah daerah perlu melakukan intervensi agar operasional terminal beroperasi secara optimal dan tertib. Junaidi menyampaikan bahwa penertiban bertujuan untuk mendisiplinkan operator angkutan umum guna memfungsikan terminal sebagaimana mestinya. Langkah ini juga untuk menciptakan kenyamanan dan kelancaran lalu lintas bagi pengendara lainnya. Azmi mengatakan bahwa pihaknya siap membantu melakukan penertiban karena sangat disayangkan fasilitas yang telah ada tidak dimanfaatkan dengan optimal. “Kami mengupayakan penertiban terlaksana, dan juga akan merangkul para pengusaha angkutan untuk menyelanggarakan pelayanannya sesuai aturan yang berlaku,” ujarnya dalam pertemuan tersebut. Koordinasi dengan stakeholder terkait menjadi alternatif dalam mengayomi semua pihak ikut berpartisipasi agar aktivitas terminal menjadi tertib. “Kita pikir juga perlu adanya Peraturan Bupati yang mengatur operasional terminal sesuai peruntukan kewenangan,” tambah Azmi. Asisten I Setda Kabupaten Aceh Singkil, Junaidi menyampaikan bahwa permasalahan yang terjadi pada angkutan yang tidak masuk ke terminal menilik pada kondisi geografis Singkil sebagai tujuan, bukan merupakan daerah lintasan wilayah lainnya, sehingga angkutan sedikit enggan masuk ke dalam terminal. Kadishub Aceh juga menambahkan bahwa masih banyak kekurangan yang ada di terminal, namun kami terus mengevaluasi kebutuhan fasilitas di terminal sehingga mampu melayani aktivitas pergerakan masyarakat. Di akhir pertemuan, Sekda Singkil mengungkapkan koordinasi lanjutan bisa dilakukan guna meningkatkan pelayanan transportasi bagi masyarakat. “Pintu koordinasi kami terbuka setiap saat, jangan sungkan-sungkan untuk mencari kami dalam mewujudkan penertiban terminal ini,” pungkasnya. (MS)

Melihat ‘Roburnya’ Warga Abdya yang Bantu Evakuasi Korban Tsunami

Kalau di Banda Aceh dulu ada Robur, bus ini adalah “Robur”-nya Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya). Begitulah kira-kira cara Junaidi mendeskripsikan bus bantuan dari Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, Kementerian Perhubungan RI pada tahun 2002 ini. Baca Mengenang Robur, Si Pengantar Mahasiswa Junaidi sendiri adalah juru mudi yang telah mengoperasikan bus tersebut belasan tahun lamanya. Ia bercerita, setiap hari sekolah, ia mulai menyetiri bus sejak pukul 7 pagi ke sekolah-sekolah di Abdya. Lalu kembali melakukan hal serupa pada jam pulang sekolah di siang hari. Ongkos untuk menaiki bus khusus pelajar ini pun sangat murah. Pelajar cukup membayar Rp 1.000 untuk semua tujuan yang dilewati oleh bus. Junaidi menyebutkan, bus ini punya jasa yang tak terhingga saat bencana tsunami di Aceh pada 2004 lalu. Sebab, bus ini ikut membantu evakuasi korban tsunami di wilayah Barat Aceh hingga Banda Aceh. Selain membantu proses evakuasi, bus berplat merah ini juga membantu distribusi logistik dari Medan ke wilayah Barat Selatan Aceh pasca tsunami. (AM)

Tren E-commerce Telah Jadi Gaya Hidup Masyarakat Aceh

BANDA ACEH – Tren e-commerce telah mengubah pola aktivitas masyarakat. E-commerce sendiri merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut semua aktivitas jual beli yang dilakukan lewat perangkat elektronik. Sehingga, angkutan logistik atau cargo menjadi pendukung utama dalam kegiatan ini. Bahkan tren memanfaatkan e-commerce seakan sudah menjadi gaya hidup sebagai masyarakat kita terkhusus Aceh. Hal itu disampaikan oleh Kepala Dinas Perhubungan Aceh, Teuku Faisal saat mewakili Pj. Gubernur Aceh dalam acara Annual Meeting JNE Aceh 2022 di Hotel Amel Convention Hall, Rabu, 28 Desember 2022. Tentu saja tren ini membuka kesempatan bagi pengusaha lokal untuk memperluas pasar produknya di tingkat nasional. “Peran perusahaan ekspedisi akan sangat vital dalam memperlancar bisnis tersebut,” kata Teuku Faisal. Pada kesempatan ini, Teuku Faisal juga mengajak manajemen PT. JNE untuk memanfaatkan peluang mengembangkan bisnisnya di Aceh. Sebagai perusahaan ekspedisi yang telah berpengalaman selama 25 tahun, ada baiknya PT. JNE menjalin kerjasama dengan UMKM lokal dalam memperlancar transaksi itu, mengingat ada cukup banyak produk UMKM Aceh yang memikat pasar nasional. “Jika kerjasama ini dapat direalisasikan, tentunya kedua pihak akan saling mendapatkan keuntungan. Pemerintah Aceh akan sangat mendukung segala upaya yang dapat memperluas pasar produk lokal hingga ke tingkat nasional. Dengan demikian aktivitas bisnis masyarakat kian berkembang, dan tentu saja efeknya dapat memberikan keuntungan secara finansial bagi pelaku UKMM lokal,” lanjut Faisal.(AM)