Dishub

Dishub Aceh Perluas Layanan Trans Koetaradja dengan 4 Rute Baru

ACEH BESAR – Tingginya permintaan masyarakat Kota Banda Aceh dan Aceh Besar akan pelayanan Trans Koetaradja untuk menjangkau wilayah layanan yang lebih luas, menjadi perhatian khusus Pemerintah Aceh. Oleh karenanya, guna menjawab kebutuhan transportasi masyarakat, Dinas Perhubungan Aceh melalui UPTD Angkutan Massal Trans Kutaraja memperluas layanannya dengan membuka 4 (empat) rute baru sehingga kebutuhan mobilitas masyarakat terpenuhi. Rute pengumpan (feeder) baru yang dilalui Bus Trans Koetaradja sejak 1 September 2022 lalu, yaitu Ulee Lheue – Simpang Rima, Simpang Rima – Simpang 3 PU, Simpang Rima – Lampuuk dan Pusat Kota – Lambaro via Lueng Bata. Bus ini beroperasional dari pukul 06.30 WIB hingga pukul 20.00 WIB setiap harinya. Kepala Dinas Perhubungan Aceh, Teuku Faisal mengatakan bahwa dengan diluncurkannya rute baru ini, masyarakat di wilayah layanan dapat memanfaatkan Trans Koetaradja untuk berbagai kebutuhan mobilisasi, seperti kebutuhan perdagangan, bisnis, pendidikan maupun aktivitas sosial kemasyarakatan dan keagamaan. Rute baru ini juga diharapkan dapat menunjang aktifitas wisata karena terhubung dengan kawasan wisata pantai Lampuuk di Aceh Besar serta dengan mudah dapat terkoneksi dengan rute-rute utama lainnya. “Penumpang yang ingin berpindah rute, dapat turun pada halte transit, dan selanjutnya melanjutkan perjalanannya ke rute yg dituju” ungkap Faisal. Sementara itu Kepala UPTD Angkutan Mssal Trans Kutaraja, M. Hanung Kuncoro mengatakan bahwa pihaknya akan terus melakukan pengawasan dan evaluasi terhadap ketepatan waktu, kebersihan dan pelayanan angkutan masal perkotaan milik masyarakat Aceh ini. Ia berharap masyarakat dapat menikmati pelayanan rute baru ini dan bersama-sama menjaga kebersihan serta menerapkan protokol kesehatan dalam bertransportasi.(QQ) Berita Menarik Lainnya: Wisata Ceuraceu Eumbon, Berdayakan Masyarakat Gampong GISA Percepat Penanganan Stunting dan Imunisasi di Aceh E-Kiosk Mudahkan Retribusi Masuk Terminal Tipe B Abdya Simak Video Menarik: https://www.youtube.com/watch?v=OZdraDRPcAU

Wisata Ceuraceu Eumbon, Berdayakan Masyarakat Gampong

Indah nan syahdu, mungkin itu ungkapan yang akan sering terbayang dalam benak pikiran kita selama mengikuti perjalanan wisata ini. Iya, wisata Ceuraceu Eumbon, salah satu wisata air yang sedang naik daun di Aceh pada tahun 2021 ini. Wisata air memang sudah lumrah kita temukan di Aceh, khususnya wisata air tawar. Namun, siapa sangka, bumi Aceh Jaya menawarkan wisata air yang begitu indah dan membuat mata penuh takjub. Perjalanan wisata menggunakan speedboat selama lebih kurang 3 jam ini dimulai dari Gampong Ceuraceu. Di dekat dermaganya, kita bisa melihat jembatan gantung yang menjadi satu-satunya akses masyarakat saat ingin beraktivitas ke luar. Namun bukan itu fokus kita kali ini, tetapi pemandangan indah di sepanjang Krueng Teunom sudah dimulai dari sini. Dimulai dengan jembatan gantung yang berdiri kokoh, berlatarkan pegunungan hijau yang bersilang. Bergerak 15 menit dari dermaga, kita menjumpai ‘pantai-pantai’ sungai yang penuh dengan pasir dan bebatuan kecil nan unik. Rasanya ingin langsung terjun ke sungai untuk berenang di antara ikan-ikan yang bermain di dalamnya. Tepian sungai yang dilalui ini juga masih terlihat sangat alami, artinya tidak banyak aktivitas masyarakat di daerah ini. Pengunjung bisa meminta kepada pemandu untuk berhenti di pantai sungai, baik untuk berswafoto, makan siang, berenang, atau shalat. Perjalanan pun lebih dinamis tidak diburu waktu, karena perjalanan yang disarankan dimulai pukul 7 atau 8 pagi. Di saat mata masih terpesona dengan pantai sungai yang indah, tebing-tebing tinggi menjulang ikut menyapa. Tebing batuan kapur yang ditumbuhi tumbuhan-tumbuhan kecil di sela-selanya ini menemani perjalanan wisata. Sungguh indah, rasanya seperti sedang berada di Grand Canyon-nya Sungai Colorado di Arizona Utara. Bedanya, tebing-tebing di sini tidak berupa ngarai yang berbentuk lembah dalam. Akan tetapi, ia adalah tebing bebatuan murni yang terbentuk oleh patahan-patahan yang telah terjadi selama beberapa abad yang lalu. Pemandangan indah yang telah kita lalui bukanlah sebuah akhir, Wisata Ceuraceu Eumbon masih menyimpan wahana air terjun sebagai sebuah kejutan. Rasanya pantas menjadikan air terjun sebagai titik istirahat setelah perjalanan selama lebih kurang 3 jam. Lokasinya berada tidak jauh dari bibir sungai. Hanya butuh waktu 5 menit berjalan kaki ke lokasi ini. Pihak pengelola telah membersihkan area air terjun dan membuat jalur setapak untuk memudahkan akses bagi pengunjung. Di air terjun, kita bisa menyantap makan siang sembari beristirahat, atau mandi di bawah air terjun sambil berswafoto bersama sejawat. Wisata ini dimotori oleh anak-anak muda sekitar Gampong Ceuraceu, Kecamatan Pasie Raya, Kabupaten Aceh Jaya sejak bulan Juli 2021 yang lalu. Mereka menggagas Komunitas Sadar Wisata Ceuraceu Eumbon dengan tujuan untuk bersama-sama membangun perekonomian masyarakat melalui sektor pariwisata. Maulidi, ketua komunitas ini, yang ditemui Aceh TRANSit, menyebutkan bahwa wisata Ceuraceu Eumbon masih baru, sehingga masih perlu pembenahan dan dukungan dari berbagai pihak. “Kita mengharapkan dukungan banyak pihak, khususnya Pemerintah Aceh dan Aceh Jaya, supaya pelayanan wisata ini terus membaik,” harapnya. Selama ini, ungkapnya, wisata Ceuraceu Eumbon sudah mulai memberi dampak positif bagi perekonomian masyarakat sekitar. Misalnya, paket penginapan dan makanan yang ditawarkan kepada pengunjung dengan memberdayakan masyarakat sekitar. Tidak cuma itu, untuk speedboat juga dikerjasamakan dengan masyarakat, sehingga pemilik boat bisa terberdayakan dengan wisata. Perjalanan ke sini membutuhkan waktu sekitar 3,5 jam dari Banda Aceh. Begitu tiba di Pasar Teunom Aceh Jaya, kita bisa meneruskan perjalanan selama 40 menit ke Gampong Ceuraceu. Kondisi jalan di daerah ini lumayan bagus, hanya saja di beberapa titik ada kerusakan akibat dilalui kendaraan berat. Tapi tentu saja tidak akan menurunkan semangat kita untuk cepat-cepat tiba di Ceuraceu. (Amsal Bunaiya) Selengkapnya donwload di: https://dishub.acehprov.go.id/aceh-transit-press/

GISA Percepat Penanganan Stunting dan Imunisasi di Aceh

TAPAKTUAN – Gerakan Imunisasi dan Stunting Aceh (GISA) dimulai tanggal 30 Agustus 2022 di seluruh kabupaten/kota di Aceh. GISA merupakan program yang dicanangkan oleh Penjabat (Pj) Gubernur Aceh, Achmad Marzuki untuk mempercepat penanganan stunting dan capaian imunisasi di Aceh. Pada acara pemantapan program GISA di Aceh Selatan yang digelar di Rumoh Agam Tapaktuan hari ini, Kamis, 1 September 2022, Sekretaris Daerah (Sekda) Aceh, Taqwallah menyebutkan bahwa GISA merupakan gerakan moral yang harus dilakukan secara bersama-sama. Taqwallah menambahkan, Pemerintah Aceh melakukan 10 intervensi melalui bidan desa dan puskesmas terhadap program GISA, yaitu; pemberian tablet tambah darah (TTD), screening anemia, pemeriksaan kehamilan, pemberian TTD untuk ibu hamil, pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil KEK (kekurangan energi kalori), pemantauan tumbuh kembang anak, ASI eksklusif, pemberian makanan tambahan protein hewani bagi bayi dua tahun (baduta), tatalaksana balita dengan masalah gizi, dan peningkatan cakupan dan perluasan jenis imunisasi. Pemerintah Aceh melalui Dinas Kesehatan Aceh, kata Taqwallah, telah mendistribusikan sejumlah obat penambah darah, susu dan makanan tambahan bagi remaja putri, ibu hamil dan balita kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Selatan untuk didistribusikan ke seluruh puskesmas. Di samping itu, Pemerintah Aceh juga menunjuk sejumlah pejabat Satuan Kerja Perangkat Aceh (SKPA) sebagai orang tua asuh yang akan bertanggung jawab terhadap penanganan stunting dan capaian imunisasi di seluruh kabupaten/kota di Aceh. Di Aceh Selatan, Taqwallah selaku Kepala Satgas Penanganan Stunting Aceh menetapkan Dinas Perhubungan Aceh, Dinas Peternakan Aceh, Dinas Koperasi dan UKM Aceh, dan Kantor Samsat wilayah sebagai orang tua asuh. Sementara itu, Sekretaris Dinas Perhubungan Aceh, Teuku Rizki Fadhil menyebut, ada enam pejabat Dinas Perhubungan Aceh yang ditunjuk sebagai orang tua asuh pada enam puskesmas, yaitu Puskesmas Labuhan Haji, Labuhan Haji Timur, Drien Jalo, Meukek, Sawang, dan Samadua. Para orang tua asuh tersebut, tambah Rizki, pada hari sebelumnya telah melakukan kunjungan dan koordinasi dengan pihak puskesmas terkait jumlah ibu hamil, ibu hamil KEK (kekurangan energi kalori), balita, dan anak stunting. Kegiatan ini berjalan dengan lancar meskipun dalam keadaan hujan lebat dan banjir pada sejumlah lokasi di Kabupaten Aceh Selatan. Kelancaran acara juga berkat dukungan petugas Dalops Dishub Aceh Selatan yang mengatur lalu lintas di beberapa titik di Tapaktuan. Acara pemantapan program GISA di Tapaktuan hari ini turut dihadiri oleh Kepala Dinas Kesehatan Aceh, Kepala BKKBN Aceh, dan Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Gampong (DPMG) Aceh yang juga bertindak sebagai narasumber. Selain itu, kegiatan ini juga dihadiri oleh Sekretaris Daerah Kabupaten Aceh Selatan dan jajaran Forkopimda Aceh Selatan. (AM/QQ) Berita Menarik Lainnya: E-Kiosk Mudahkan Retribusi Masuk Terminal Tipe B Abdya Kadishub Aceh Bertemu Susi Pudjiastuti Bahas Potensi Penerbangan Perintis Pj Gubernur Aceh Temui Menhub Bahas Percepatan Pembangunan Transportasi di Aceh  

E-Kiosk Mudahkan Retribusi Masuk Terminal Tipe B Abdya

BLANG PIDIE – Sekretaris Dinas Perhubungan Aceh, Teuku Rizki Fadhil meninjau uji coba sistem layanan e-restribusi di Terminal Tipe B Aceh Barat Daya, Rabu, 31 Agustus 2022. E-retribusi ini merupakan sistem layanan mandiri berbasis aplikasi (e-kiosk) yang memudahkan supir angkutan umum antar kota dalam provinsi (AKDP) menyetor retribusi melalui anjungan yang telah disediakan. Nilai plus dari layanan e-retribusi ini, kata Rizki, tidak lagi membutuhkan biaya percetakan karcis karena telah tersedia print-out dari mesin yang juga berlaku sebagai resi resmi retribusi. Rizki juga menyebutkan, data pelaporan terkait pergerakan angkutan dan penumpang terinput secara otomatis ke dalam sistem. Data yang terinput nantinya dapat menjadi bahan analisis guna pengembangan terminal, sehingga dapat memberikan pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat. Sementara itu, Kepala UPTD Penyelenggaraan Terminal Tipe B Dishub Aceh, Erizal pada saat uji coba menyampaikan bahwa e-retribusi akan diisi langsung oleh para sopir angkutan. Layanan elektronik ini, kata Erizal, menjadi sarana pendataan dan pengawasan angkutan AKDP yang terintegrasi dengan Kartu Pengawas Izin Trayek. Di samping itu, kata Erizal, layanan ini menghadirkan transparansi saat pemungutan retribusi sehingga bebas dari pemungutan liat (pungli). Sebagai informasi, E-kiosk merupakan sistem vending machine informasi yang digunakan untuk penginputan manifest data keberangkatan dan transit ADKP di terminal. E-kiosk digunakan secara mandiri oleh pengemudi saat penginputan data manifest. Data-data yang diinput antara lain; jenis perusahaan otobus (PO), trayek, Tanda Nomor Kendaraan Bermotor (TNKB), serta Data penumpang (jenis kelamin dan usia). Turut hadir dalam kegiatan uji coba ini Ketua Tim Percepatan Pembangunan Dinas Perhubungan Aceh Muhammad Dahlan, Kepala Seksi Tata Ruang Transportasi dan Lingkungan Bidang Pengembangan Sistem dan Multimoda, Muhajir, serta segenap jajaran Dinas Perhubungan Aceh. (MU) Berita Menarik Lainnya: Transportasi Berperan Penting Dukung Distribusi Potensi Alam Dishub Aceh dan Dishub Bireuen Bahas Pemanfaatan Terminal Mobar Trans Koetaradja di Mata Mahasiswi

Trans Koetaradja di Mata Mahasiswi

OLEH NURUL HUSNA, Mahasiswi Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia dan Anggota UKM Jurnalistik Universitas Bina Bangsa Getsempena (UBBG), dan Anggota FAMe, melaporkan dari Banda Aceh SAYA tinggal di Gampong Punge Blang Cut, Kecamatan Jaya Baru, Kota Banda Aceh. Setiap pergi dan pulang kuliah saya menggunakan angkutan massal bus Transkoetaradja. Karena saya tak bisa mengendarai sepeda motor menjadi alasan tambahan bagi saya mengapa lebih memilih naik bus. Apalagi gratis dan saya merasa nyaman berada di dalamnya. Transkoetaradja berpusat di Kota Banda Aceh, tapi layanannya menjangkau hingga ke wilayah Aceh Besar.Bus ini juga penyatu semua kalangan: duduk sama rendah, berdiri sama tinggi, dan tiba sama cepat. Kebanyakan penumpang bus ini adalah mahasiswa dan mahasiswi. Teman-teman saya di Penbi angkatan 2020 maupun anak kecil yang pernah naik bus ini menyebut Transkoetaradja dengan sebutan “Tayo”. Naik bus sambil berjemur Senin (13/6/2022), matahari pagi menyilaukan mata. Halte bus Masjid Raya Baiturrahman dipenuhi orang-orang yang menunggu bus menuju arah Darussalam. Saya duduk di kursi paling depan. Di deretan kursi ini sedikit orang yang mau duduk kala pagi. Soalnya, cahaya matahari langsung menembus kulit siapa saja yang duduk di situ. Sebaliknya, saya suka duduk di kursi tersebut karena sekalian berjemur. Rasanya tidak masalah berjemur di pagi hari untuk mendapatkan vitamin D gratis dari sang surya, mumpung masih pukul 08.35 WIB. Tak lama menunggu, tiba satu bus Transkoetaraja yang menuju Darussalam koridor 1. Bus ini sangat penuh.Banyak penumpang yang berdiri. Setelah penumpang turun dari bus barulah penumpang yang ingin naik masuk ke dalam bus. Lantunan lagu Aceh menggema di dalam bus pada saat saya duduk di kursi penumpang. Ada pengalaman berkesan sewaktu saya pulang dari kampus mengejar Transkoetaradja trayek Kedah-Darussalam koridor 1. Saat itu, Rabu (15/6/2022) sore, bus terlihat dari jauh. Posisi saya juga masih jauh dari tangga bus (pengganti halte bus) yang ada di depan Toko Fantasi Darussalam, Banda Aceh. Saya memutuskan berjalan cepat menyeberangi jalan dua jalur. Saat itu jalan dipenuhi kendaraan. Ada rasa waswas di hati saya, perasaan takut ditinggal bus dan takut ditabrak kendaraan yang melaju kencang. Dengan berlari saya melambaikan tangan agar sopir (pramudi) berhenti. Untunglah satu orang penumpang laki-laki yang baru turun melihat saya yang sedang berlari. Dia sepertinya paham kondisi saya yang sedang mengejar bus, dengan cekatan penumpang tersebut menoleh ke belakang agar kondekturnya menunggu saya. Kondektur bus menatap saya tanpa kata saat saya naiki tangga dengan terburu-buru. Kata terima kasih terucap begitu saja dari mulut saya yang tertutupi oleh masker putih. Rasa lelah berganti dengan rasa syukur setelah berada di dalam angkutan massal Transkoetaraja. Wanita paruh baya menatap lekat ke arah saya dan beberapa orang memperhatikan saya mungkin mereka melihat saya berlari mengejar bus tadi, tapi saya hanya memperhatikan sekilas saya fokus duduk sambil mengatur napas agar normal kembali. Pelayanan yang baik dan memuaskan terasa langsung oleh siapa saja yang pernah menaiki bus ini. Para pramudi dan pramugaranya memiliki sikap yang baik, toleransi dan suka menolong para penumpangnya tanpa memadang status mereka. Pramudi dan pramugaranya mempakai pakaian seragam yang sopan dan rapi. Mereka bekerja dengan sistem shift, dua hari kerja satu hari off duty. Pramudi dan pramugara arah koridor 1 ada pergantian ke koridor lain, tergantung kebijakan mutasi dari operator Transkoetaraja. Jadwal bus Senin hingga Sabtu dari pukul 06.30 sampai pukul 19.20 WIB.Minggu dari pukul 06.30 hingga 14.45 WIB, terbatas hanya tiga bus untuk koridor 1 (Keudah-Darussalam). Bus ini milik bersama, tentu yang menjaganya adalah kita semua. Semoga angkutan massal milik masyarakat Aceh ini selalu ada dan tetap gratis selamanya.(*) Sumber: Serambi Indonesia

Kadishub Aceh Bertemu Susi Pudjiastuti Bahas Potensi Penerbangan Perintis

JAKARTA – Kepala Dinas Perhubungan Aceh, Teuku Faisal melakukan pertemuan dengan Presiden Direktur PT ASI Pudjiastuti Aviation (Susi Air), Susi Pudjiastuti guna membahas potensi pengembangan penerbangan perintis di Aceh, Jakarta, Kamis, 25 Agustus 2022. Pada pertemuan yang berlangsung cukup santai itu, Faisal menyampaikan rencana Pemerintah Aceh untuk meningkatkan konektivitas wilayah di Aceh melalui transportasi udara. Saat ini, transportasi udara di Aceh terselenggara melalui program angkutan udara perintis yang dilayani oleh maskapai Susi Air. Faisal yang didampingi oleh Kepala Bidang Penerbangan Dishub Aceh, Muhammad Dahlan juga mendengar sejumlah masukan dari Susi Pudjiastuti terkait rute-rute penerbangan potensial yang bisa dikembangkan. Mendengar masukan mengenai pengembangan rute perintis dari mantan Menteri Kelautan dan Perikanan ini tentu hal yang tepat karena ia sudah cukup berpengalaman mengoperasikan penerbangan perintis di Indonesia. Masukan-masukan yang diperoleh dari pertemuan ini, kata Faisal, akan menjadi bahan kajian lebih lanjut oleh Dinas Perhubungan Aceh untuk nantinya diusulkan ke Kementerian Perhubungan. Sementara itu, Susi Pudjiastuti menyarankan agar Pemerintah Aceh mengoptimalkan rute-rute penerbangan yang potensial. Pada rute itu, kata Susi, idealnya ada penerbangan seminggu 3 kali minimal. Sehingga masyarakat yang ingin melakukan perjalanan pada rute tersebut pun lebih mudah saat mengatur jadwal. Susi juga mencontohkan sejumlah daerah yang telah berhasil meningkatkan konektivitas wilayah mereka melalui penerbangan perintis. Dukungan dari Pemerintah Daerah, katanya, sangat penting agar penerbangan perintis benar-benar bermanfaat bagi masyarakat. (AM)

Transportasi Berperan Penting Dukung Distribusi Potensi Alam

BENER MERIAH – Kabupaten Bener Meriah memiliki potensi alam yang sangat besar terutama di sektor perkebunan, pertanian dan pariwisata, serta topografi perbukitannya yang indah. Pengelolaan sumberdaya potensial tersebut perlu dilakukan secara komprehensif sehingga dapat menghadirkan nilai tambah. Oleh karena itu, tatanan transportasi yang terorganisasi berperan penting dalam mendukung keterpaduan pergerakan, konsolidasi hasil produksi, serta pola perangkutan dan distribusi. Hal ini disampaikan oleh Kepala Dinas Perhubungan Aceh yang diwakili oleh Sekretaris Dinas Perhubungan Aceh, T Rizki Fadhil saat menyampaikan sambutan pada Focus Group Discussion (FGD) Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) Kabupaten Bener Meriah di Hotel Parkside Takengon, Kamis, 25 Agustus 2022. Tatralok Bener Meriah, kata Rizki, dapat dijadikan sebagai pedoman dan landasan dalam perencanaan, pembangunan, serta penyelenggaraan transportasi yang mampu mewujudkan layanan atau jasa transportasi yang efektif dan efisien. Selain itu, menurut Rizki, pengembangan sistem transportasi harus dilakukan secara berkesinambungan, konsisten, dan terpadu, baik intra maupun antar moda, dengan sektor pembangunan lainnya, serta memperhatikan RTRW Nasional, RTRW Aceh, RTRW Kabupaten Bener Meriah, RTRW Kabupaten/Kota di sekitarnya. Pemerintah Kabupaten Bener Meriah pada tahun 2022 sedang menyusun Tatralok dalam rangka me-review dokumen Studi Transportasi Kabupaten Bener Meriah Tahun 2007. Untuk itu, Dinas Perhubungan Aceh memandang perlu melakukan FGD sebagai kegiatan fasilitasi penyusunan Tatralok Kabupaten Bener Meriah sebagaimana diatur dalam Peraturan Gubernur Nomor 118 Tahun 2016. Pelaksanaan FGD ini juga bertujuan untuk mengharmoniskan antara Tataran Transportasi Nasional (Tatranas), Tataran Transportasi Wilayah (Tatrawil) Aceh, dengan rencana Tatralok Kabupaten Bener Meriah, serta sinkronisasi perencanaan pembangunan antar wilayah. Sementara itu, Penjabat Bupati Bener Meriah yang diwakili Asisten Perekonomian dan Pembangunan Setdakab Bener Meriah, drh. Sofyan saat membuka FGD ini menyampaikan, Tatralok harus disusun secara profesional dengan kaidah-kaidah perencanaan transportasi yang tepat. Melalui penyusunan yang baik, kata Sofyan, diharapkan dapat mengakselerasi pembangunan, serta menjadi acuan atau pedoman dalam membangun sarana dan prasarana transportasi di Kabupaten Bener Meriah ke depannya. Sofyan juga berharap, Tatralok yang sedang disusun ini dapat mengoptimalkan kajian transportasi di wilayah Kabupaten Bener Meriah 20 tahun yang akan datang (2022-2042). Sehingga mampu menghasilkan layanan transportasi yang berkemampuan tinggi dan efektif dalam mendukung mobilitas manusia, barang dan jasa, serta menunjang pengembangan dan pembangunan wilayah Bener Meriah. Kegiatan ini berlangsung selama dua hari, 25 – 26 Agustus 2022, dan menghadirkan narasumber dari Universitas Syiah Kuala, Prof. Dr. Ashfa, S.T., M.T., serta Dr. Noer Fadhly, S.T., M.T., selaku tenaga ahli penyusun Tatralok Kabupaten Bener Meriah dalam rangka me-review dokumen Studi Transportasi Kabupaten Bener Meriah Tahun 2007. (HM)

Pj Gubernur Aceh Temui Menhub Bahas Percepatan Pembangunan Transportasi di Aceh

JAKARTA – Pelaksana Jabatan (Pj) Gubernur Aceh Achmad Marzuki melakukan pertemuan dengan Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi membahas sejumlah isu terkait transportasi di Aceh di Kementerian Perhubungan, Jakarta, Selasa, 23 Agustus 2022. Achmad Marzuki meminta agar Bandara Sultan Iskandar Muda (SIM) Aceh Besar bisa segera melayani penerbangan internasional dengan diterbitkan surat edaran dari Kemenhub dan Satgas Covid-19. “Kemarin terkait entry point sudah dirapatkan lintas Kementerian/Lembaga yang dipimpin oleh Kemenko Marves dimana hasilnya Bandara SIM adalah salah satu prioritas. Mohon kiranya Bapak Menhub bisa mendukung dengan menerbitkan surat edaran ,” kata Achmad Marzuki. Dengan beroperasi penerbangan internasional di Bandara SIM, sebut Achmad Marzuki, akan mempermudah perjalanan umrah, kunjungan wisata mancanegara, hubungan perdagangan dan kekerabatan, kerjasama IMT-GT dan Indonesia – India. “Apalagi sebagaimana yang kita tahu potensi untuk umrah dari Bandara SIM ke Madinah dan Jeddah itu sangat tinggi,” sebutnya. Selain itu, Achmad Marzuki juga meminta kepada Budi Karya agar rute penerbangan perintis di Aceh ditambah dari empat rute menjadi 16 rute dengan frekuensi tiga kali dalam seminggu. Selama ini frekuensi penerbangan hanya ada satu kali dalam seminggu, yaitu Banda Aceh – Takengon, Banda Aceh – Gayo Lues, Banda Aceh – Sinabang dan 2 kali per minggu rute Banda Aceh – Kutacane. “Penambahan rute itu untuk mempermudah mobilitas masyarakat daerah kepulauan, daerah terluar dan daerah yang jauh jaraknya dari ibukota provinsi untuk menggerakkan perekonomian ,” sebutnya. Selanjutnya, Achmad Marzuki juga membahas sejumlah hal untuk mendorong percepatan perekonomian di Aceh melalui sektor transportasi, seperti pengerukan alur pelabuhan Kuala Langsa serta pembangunan dry port di Bener Meriah untuk menunjang aktivitas ekspor impor di Aceh. Sementara itu, Menhub Budi Karya Sumadi menjelaskan bahwa pihaknya akan mempertimbangkan permintaan yang disampaikan oleh Pj Gubernur Aceh. Terkait penerbangan internasional di Bandara SIM, Budi Karya menyampaikan bahwa pihaknya telah melakukan rapat sehari sebelumnya dengan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Satgas Covid-19 dan kementerian lembaga lainnya. Menyangkut dengan perjalanan umrah yang akan diberangkatkan melalui Bandara SIM, Budi Karya menyambut baik usulan tersebut. Ia bahkan menyarankan supaya Pemerintah Aceh berkolaborasi dengan bandara-bandara lainnya di Indonesia agar penerbangan umrah yang akan menuju Jeddah/Madinah transit di Bandara SIM untuk mengangkut jamaah umrah asal Aceh sehingga frekuensi penerbangan ke Arab Saudi melalui Bandara SIM bisa meningkat. Hal ini tentunya akan membawa efek domino bagi perekonomian Aceh. Sedangkan terkait penambahan rute perintis, Menhub meminta Pemerintah Aceh mendata bandara-bandara yang diprioritaskan untuk ditetapkan sehingga nanti bisa dibantu subsidinya. “Dengan harapan rute itu penumpangnya cukup, tidak hanya satu atau dua orang. Kalau nanti trafficnya sudah baik, nanti akan banyak lagi pelayanan dari maskapai,” ungkapnya. Dalam pertemuan itu dihadiri oleh Staf Khusus Menteri BUMN, Nezar Patria Msc, Anggota DPR RI, Salim Fahkri, Ketua DPRA, Saiful Yahya, Anggota DPRA dr Purnama Setia Budi SpOG, Anggota DPRA Fraksi Golkar, Teuku Raja Keumangan, Kepala Dinas Perhubungan Aceh, Teuku Faisal, dan Kepala Badan Penghubung Pemerintah Aceh (BPPA), Akkar Arafat SSTP MSi. (TF)

Pergerakan Arus Barang E-Commerce Belum Terdata dengan Baik

BANDA ACEH – Pergerakan barang di Aceh saat ini selain dipengaruhi oleh aktivitas produksi dan konsumsi masyarakat kini juga dipengaruhi oleh pertumbuhan e-commerce. Namun, kendala yang terjadi saat ini, pergerakan arus barang melalui e-commerce tidak terdata dengan baik. Hal itu disampaikan oleh Kepala Dinas Perhubungan Aceh yang diwakili oleh Sekretaris Dinas Perhubungan Aceh, T Rizki Fadhil saat membuka Focus Group Discussion (FGD) Studi Angkutan Barang di Hotel Kyriad Muraya Banda Aceh, Senin, 22 Agustus 2022. Rizki menambahkan, penataan sistem transportasi angkutan barang di Aceh belum sepenuhnya dikelola dengan baik, mulai dari jenis barang, titik awal, tujuan akhir, serta jenis moda transportasi yang digunakan. Data pergerakan barang di Aceh, kata Rizki, belum terinformasi dan terdistribusi secara transparan. Sehingga data tersebut susah untuk didapati. Menurut Rizki, untuk menciptakan transportasi angkutan barang yang terintegrasi dibutuhkan informasi yang komprehensif dari berbagai stakeholder agar dapat memberikan pelayanan yang optimal. Pada kesempatan yang sama, Ketua Panitia FGD, Safriyanthi menyebutkan bahwa kegiatan ini dimaksudkan untuk menjaring beragam masukan dan saran dari pelaku usaha baik produsen maupun distributor barang di Aceh selaku pengguna jasa transportasi khususnya melalui jalur darat. Ia mengharapkan melalui FGD ini diperoleh informasi terkait data-data yang berhubungan dengan angkutan barang di Aceh dari stakeholder yang berhadir. FGD yang mengangkat tema “Identifikasi Data Distribusi Pergerakan Barang di Aceh” ini berlangsung selama dua hari, 22 – 23 Agustus 2022. Kegiatan ini juga menghadirkan guru besar pada Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala, Prof. Dr. Ir. Sofyan, M.Sc.Eng, IPU., sebagai pemateri. (AM)

Dishub Aceh Bersama Disbudpar Aceh Uji Coba Trans Wisata

BANDA ACEH – Dinas Perhubungan Aceh bersama Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Aceh melakukan uji coba layanan Trans Wisata ke sejumlah destinasi wisata di Banda Aceh dan Aceh Besar. Uji coba layanan transportasi ini dimulai dari Halte Mesjid Raya Baiturrahman menggunakan 2 unit bus Trans Koetaradja. Satu unit bus bergerak ke arah Lhoknga di Aceh Besar, dan berhenti pada sejumlah destinasi wisata, seperti Rumoh Cut Nyak Dhien, Pusat Jajanan Lam Pisang, Gampong Nusa, hingga Pantai Lampuuk. Sedangkan satu bus lainnya bergerak ke sejumlah spot wisata di Banda Aceh, seperti Museum Tsunami, Museum PLTD Apung, hingga pantai Ulee Lheue.   Kegiatan hari ini, Minggu (21/8) juga diikuti oleh Kepala Dinas Perhubungan Aceh, diwakili Sekdishub T Rizki Fadhil, Kadisbudpar Aceh Almuniza Kamal, dan Kepala UPTD Trans Kutaraja Hanung Kuncoro. Selain itu, juga hadir perwakilan dari Dinas Pariwisata Kota Banda Aceh dan Aceh Besar, serta perwakilan Dinas Perhubungan Banda Aceh dan Aceh Besar. Program Trans Wisata ini ditujukan untuk meningkatkan kunjungan pariwisata di Aceh Besar dan Banda Aceh, serta mendukung pelaku UMKM di sekitar destinasi wisata yang dilayani. (AM) Simak Videonya: https://www.youtube.com/watch?v=a9aKq-XN_wg