Dishub

Empat Juta Lebih Pengguna Bus Transkoetaradja

Tanggal 4 Mei 2016 menjadi hari yang bersejarah khususnya bagi warga Banda Aceh, dr. Zaini Abdullah selaku Gubernur Aceh meresmikan bus angkutan umum perkotaan milik Pemerintah Aceh pertama yang dikenal sebagai Trans Koetaradja. Kehadiran Trans Koetaradja diharapkan dapat menjadi jawaban atas kebutuhan masyarakat Banda Aceh akan transportasi umum yang aman dan nyaman bagi penumpang juga menjadi solusi untuk mengurangi kemacetan yang sudah mulai terasa di beberapa titik di ibukota Provinsi Aceh tersebut. Antusiasme masyarakat dalam menyambut kehadiran bus yang bercat biru ini sangat tinggi. Hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan jumlah pengguna Trans Koetaradja per tahunnya, maupun tingkat load factor bus Trans Koetaradja. Awal beroperasi, Trans Koetaradja memiliki 22 bus yang melayani tiga koridor, koridor 1 dengan rute Masjid Raya Baiturrahman – Darussalam, koridor 2A dengan rute Masjid Raya Baiturrahman – Batoh – Blang Bintang, dan koridor 2B dengan rute Masjid Raya Baiturrahman – Ulee Lheue. Tahun 2018, Pemerintah Aceh membentuk UPTD Angkutan Massal Perkotaan Trans Kutaraja sebagai pengelola Trans Koetaradja agar dapat memberikan pelayanan secara maksimal kepada masyarakat penggunanya. Kementerian Perhubungan memberikan bantuan bus sebanyak 8 unit pada tahun 2018 dan 10 unit pada tahun 2019, sehingga Trans Koetaradja dapat menambah pelayanan di dua koridor baru yaitu koridor 3 yang melayani rute Masjid Raya Baiturrahman – Keutapang – Mata Ie, dan koridor 5 yang melayani rute Masjid Raya Baiturrahman – Ulee Kareng – Blang Bintang. Meskipun koridor 2A dan koridor 5 melayani rute ke Blang Bintang namun Trans Koetaradja tidak dapat masuk ke dalam kompleks Bandara Internasional Sultan Iskandar Muda (SIM). Sementara itu, permintaan masyarakat akan pelayanan Trans Koetaradja sangat tinggi mengingat minimnya pilihan transportasi yang tersedia baik dari maupun menuju ke bandara terbesar di Aceh tersebut. Awal April 2019, berkat koordinasi dan kerjasama dengan PT. Angkasa Pura II Bandara SIM, Trans Koetaradja sudah mulai beroperasi di dalam bandara. Hal ini menjadikan Trans Koetaradja sebagai angkutan pemandu antar moda yang menghubungkan bandara SIM dengan pelabuhan penyeberangan Ulee Lheue dan terminal tipe A Batoh. Tercatat pada tahun 2017, lebih dari 1 juta penumpang menggunakan Bus Trans Koetaradja yang melayani tiga koridor. Sejak penambahan dua koridor pada tahun 2018, jumlah penumpang meningkat tajam mencapai lebih dari 4 juta penumpang. Selain berfungsi sebagai angkutan umum, Trans Koetaradja juga berperan aktif mendukung event-event daerah, nasional maupun internasional yang dilaksanakan di Aceh. Seperti PKA VII, PORA 2018, PENAS XV, Muzakarah Sufi Internasional 2018 dan lain-lain. Trans Koetaradja menyediakan armada untuk melayani beberapa titik penjemputan menuju ke tempat berlangsungnya event maupun sebaliknya. Hal ini sangat membantu masyarakat maupun peserta yang ingin berpartisipasi ataupun sekedar berkunjung ke event tersebut. Sampai dengan tahun 2019, Pemerintah Aceh melalui Dinas Perhubungan Aceh masih memberikan subsidi penuh untuk pemenuhan fasilitas dan operasional bus Trans Koetaradja sebagai bentuk komitmen pemerintah dalam penyediaan transportasi umum yang aman dan nyaman bagi masyarakat. Pemerintah Aceh juga mengajak partisipasi sektor swasta dalam pembangunan fasilitas pendukung Trans Koetaradja yang tercermin dalam pembangunan enam halte yang dibangun menggunakan dana Corporate Social Responsibility (CSR) sektor perbankan, yang diresmikan pada bulan September 2018 lalu. Dari hasil survei yang dilakukan oleh tim Trans Koetaradja pada bulan September 2018 hingga Maret 2019, bahwa keterlambatan bus mendapatkan keluhan terbanyak dari masyarakat, disusul dengan perilaku awak bus, kenyamanan halte serta kurangnya jumlah halte yang tersedia. Untuk menjawab keluhan-keluhan tersebut, inovasi demi inovasi dilakukan oleh Trans Koetaradja mulai dari pembuatan time table pelayanan bus Trans Koetaradja hingga pengembangan aplikasi mobile untuk memantau posisi bus demi memastikan ketepatan waktu pelayanan bus Trans Koetaradja. Penggunaan teknologi Network Video Recorder (NVR) juga telah diterapkan pada tiga bus yang berfungsi untuk menghitung jumlah penumpang, mengawasi perilaku awak bus, serta mencegah terjadinya hal-hal yang tidak bertanggungjawab di dalam bus Trans Koetaradja. Kini, tiga tahun sudah sejak pertama kali beroperasi, Trans Koetaradja telah bertransformasi dari angkutan umum alternatif menjadi angkutan umum utama yang aman, nyaman, dan dapat diandalkan oleh masyarakat. Hal ini dapat kita lihat dari peningkatan jumlah penumpang pada triwulan pertama tahun 2019 yang mencapai 1,3 juta orang. Semoga Trans Koetaradja terus meningkatkan pelayanannya dan menjadi kebanggaan kita semua. Sudahkah Anda naik Trans Koetaradja? (Arrad)  

Pelabuhan Kuala Langsa Bersiap Menjadi Gerbang Ekspor Impor

Pemerintah Kota Langsa kini tengah mengapai asa dari Pelabuhan Kuala Langsa yang menjadi kawasan ekspor impor untuk berbagai komoditas asal Aceh, sehingga meningkatkan perekonomian daerah. Berbagai kesiapan dan upaya pemerintah daerah dalam mempercepat derap pembangunan dan meningkatakan status pelabuhan itu, khususnya di bidang kemaritiman sebagaimana program prioritas pemerintah terus dilakukan. Kuala Langsa merupakan nama sebuah desa pesisir yang terletak di bagian barat Kota Langsa, Provinsi Aceh. Di daerah ini terdapat sejumlah destinasi wisata, seperti hutan mangrove, jembatan hijau yang ramai dikunjungi pengunjung berakhir pekan, menara pemantau hutan mangrove sampai pelabuhan yang sudah ada sejak sebelum masa kolonial. Disini juga terdapat Pelabuhan Kuala Langsa sebagai satu-satunya sarana transportasi laut yang menghubungkan Kota Langsa dengan luar negeri. Sejak awal abad 20, pelabuhan ini ramai dengan aktivitas ekspor impor ke daerah-daerah lainnya di Indonesia, bahkan sampai ke Malaysia, Thailand, India, dan Singapura. Banyak pengusaha lokal melakukan transaksi perdagangan laut dengan menggunakan jasa pelabuhan Kuala Langsa. Pelabuhan ini sempat pula menjadi jalur pelayaran internasional melalui beroperasinya kapal ferry penyeberangan dari Kota Langsa menuju Penang, Malaysia di pertengahan tahun 2013. Kuala Langsa juga menjadi sejarah penting bagi masyarakat dunia, yakni aksi penyelamatan ratusan imigran muslim Rohingya asal Myanmar dan Bangladesh. Sejak diterbitkannya Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2019 Tentang Perubahan Ketujuh Atas Peraturan Menteri Perdagangan No. 87/M-Dag/Per/10/2015 Tentang Ketentuan Impor Produk Tertentu, maka Pelabuhan Kuala Langsa resmi menjadi pelabuhan tujuan impor untuk produk tertentu di Provinsi Aceh, sekaligus penyerahan Permendag No. 24 Tahun 2019 oleh Menteri Agraria dan Tata Ruang Sofyan Djalil, Sabtu (13/4/2019). Walikota Langsa Usman Abdullah, S.E., menyampaikan terima kasih kepada Pemerintah Pusat kepada Menteri Agraria dan Tata Ruang Dr.Sofyan Djalil, didampingi Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Alam dan Jasa Kementerian Koordinator Kemaritiman Ir. Agung Kuswandono, M.A. Beliau juga mengharapkan Pelabuhan Kuala Langsa dapat mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah khususnya bagi masyarakat Kota Langsa. Sesuai Permendag terbaru tersebut, jenis barang impor yang diperbolehkan melalui pelabuhan laut Kuala Langsa adalah produk makanan, minuman, elektronik, mainan anak-anak, dan alas kaki.(Dewi)

DISHUB ACEH FASILITASI LAYANAN TRANSPORTASI RAKORNAS BPSDM SE-INDONESIA TAHUN 2019

Dalam rangka mendukung kelancaran Rakornas BPSDM se-Indonesia Tahun 2019 di Banda Aceh, Dinas Perhubungan Aceh sebagai penanggung jawab transportasi memfasilitasi 10 armada bus yang terdiri dari 4 bus besar (50 seat), 4 bus sedang (30 seat) dan 2 bus kecil (12 seat). Bus tersebut akan melayani 600 peserta dari 34 provinsi dan 514 Kabupaten/Kota selama mengikuti Rakornas di Banda Aceh pada tanggal 25 – 28 Juli 2019. Seluruh rangkaian kegiatan peserta mulai dari penjemputan kedatangan di bandara, lalu ke penginapan, mobilisasi peserta ke tempat acara, shalat jum’at di Mesjid Raya Baiturrahman, City Tour hingga pemulangan peserta kembali ke Bandara. Secara bersamaan, Dishub Aceh juga memfasilitasi pelayanan transportasi pada MTQ Nasional Mahasiswa Indonesia yang diselenggarakan pada tanggal 28 Juli sampai dengan 4 Agustus 2019 di kampus Universitas Syiah Kuala Banda Aceh. “Layanan transportasi ini sangat dibutuhkan mengingat masih minimnya fasilitas transportasi wisata di Aceh, serta diharapkan dapat mendukung keberhasilan peningkatan wisata dan kegiatan nasional di Aceh,” ujar Kabid LLAJ Dishub Aceh, Nizarli, S.SiT, MT. (AM)

Membangun Kepulauan Melalui Sektor Transportasi

Pemerintah Aceh kini sedang fokus pada pembangunan infrastruktur. Salah satu sektor yang menjadi prioritas adalah pembangunan sarana dan prasarana transportasi untuk menunjang konektivitas antar wilayah. Tersedianya fasilitas transportasi yang memadai akan menunjang percepatan pembangunan sektor-sektor lainnya. Selama ini, minimnya sarana transportasi dituding sebagai salah satu penyebab terhambatnya pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pembangunan. Mempertimbangkan kondisi geografis yang unik, pembangunan transportasi di Aceh tidak hanya berfokus pada daerah perkotaan namun juga meliputi daerah kepulauan, khususnya yang berpenghuni. Pemerintah Aceh melalui Dinas Perhubungan telah menetapkan program strategis pembangunan dan pengembangan konektivitas ke wilayah kepulauan yang sangat bergantung pada angkutan laut dan penyeberangan, seperti Kawasan Pulau Banyak di Kabupaten Aceh Singkil, Simeulue, dan Pulo Aceh di Kabupaten Aceh Besar. Dalam konteks ini, konsep pembangunan dan pengembangan konektivitas transportasi di Kabupaten Singkil dan wilayah Pulau Banyak difokuskan pada penenuhan infrastruktur pelabuhan baik sisi darat maupun sisi laut. Pembangunan dan pengembangan Pelabuhan Penyeberangan Singkil dan Pulau Banyak dilakukan untuk memastikan pelayanan terhadap pengguna jasa pelabuhan dapat berjalan sesuai dengan standar minimal yang disyaratkan, baik kenyamanan maupun keselamatan. Pelabuhan Penyeberangan Singkil yang melayani trayek angkutan menuju Pulau Banyak dan Nias (Sumatera Utara) dalam kurun 2 (dua) tahun terakhir terus berbenah dengan melengkapi fasilitas sisi daratnya, antara lain rehabilitasi gedung terminal penumpang beserta fasilitas pendukung, pembangunan gangway, perkuatan talud pelindung dan penyediaan Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP) atau lebih dikenal dengan sebutan rambu suar. Sementara itu, pada Tahun 2019 akan dilaksanakan lanjutan perkuatan talud pelindung dan perpanjangan gangway dari pelabuhan menuju dermaga sehingga berfungsi lebih optimal. Sementara itu, pengembangan Pelabuhan Penyeberangan Pulau Banyak yang berlokasi di Pulau Balai Kecamatan Pulau Banyak, melalui Anggaran Tahun 2019 difokuskan pada penanganan mooring dolphin (fasilitas tambat untuk mengikat tali kapal), catwalk (jembatan penghubung), fender untuk pengaman sandar kapal dan sarana bantu navigasi pelayaran (SBNP). Kondisi pelabuhan Pulau Banyak yang dibangun pada tahun 2001 dan telah mengalami gempa besar pada tahun 2005 saat ini perlu dilakukan evaluasi terhadap kondisi kekuatan struktur bangunan dermaga sebelum dilakukan pembangunan yang menyeluruh. Selain infrastruktur pelabuhan, Pemerintah Aceh juga menaruh perhatian pada terbatasnya sarana transportasi antar pulau, khususnya dari daratan Singkil menuju Pulau Banyak. Sarana yang tersedia hari ini hanyalah KMP Teluk Singkil dengan jenis Ro-Ro dengan bobot 600 GT yang melayani trayek Singkil – Pulo Banyak 2 kali seminggu. Kondisi ini mengakibatkan terbatasnya mobilitas orang dan barang dari/ke Pulau Banyak, khususnya pada saat cuaca buruk dimana kapal tidak dapat beroperasi atau pada saat kapal mengalami docking karena ketiadaan kapal pengganti. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, pada Tahun 2019-2020 Pemerintah Aceh telah mengalokasikan anggaran pembangunan 1 (satu) unit kapal Ro-Ro dengan bobot 600 GT melalui skema multi years contract. Dengan adanya penambahan sarana kapal dengan kapasitas 212 orang dan jumlah kendaraan 21 unit ini diharapkan layanan transportasi penyeberangan Singkil – Pulau Banyak dapat lebih lancar, nyaman dan selamat. Berbagai upaya pembangunan yang dilakukan menunjukkan keseriusan Pemerintah Aceh dalam menciptakan pemerataan pembangunan, membuka isolasi daerah dan memperkecil disparitas harga barang di wilayah kepulauan. Namun, kolaborasi seluruh stakeholder baik Pemerintah, Pemerintah Daerah, Badan Usaha Milik Negara, sektor swasta bahkan masyarakat adalah yang utama. (Dewi) Versi cetak online silakan baca di laman https://dishub.acehprov.go.id/publikasi-data/aceh-transit/tabloid-transit/

Menapaki Ujung Jalan Pulau Banyak

Matahari bersinar terik pada minggu kedua Bulan Maret 2019 ketika Plt. Gubernur Aceh Ir. Nova Iriansyah,  M.T., didampingi Bupati Aceh Singkil Dulmusrid dan rombongan menjejak Pulau Balai, Kecamatan Pulau Banyak di Kabupaten Aceh Singkil.  Pulau Banyak ditempuh dalam waktu kurang lebih 1 jam menggunakan speedboat dari Singkil. Setelah beristirahat sejenak, rombongan melakukan peninjauan Pelabuhan Penyeberangan Pulau Banyak yang menjadi gerbang masuk penumpang dan barang ke wilayah kepulauan itu. Di hadapan masyarakat Pulau Banyak yang berkumpul di halaman parkir pelabuhan, Plt. Gubernur Aceh menyampaikan komitmennya untuk memerhatikan pembangunan Kabupaten Aceh Singkil, khususnya kawasan Pulau Banyak. Menurutnya, persepsi sebagai wilayah yang jauh dari ibukota kabupaten dapat dihilangkan dengan adanya sarana dan prasarana transportasi yang mendukung konektivitas. “Konektivitas menjadi kebutuhan mendasar wilayah ini. Kami minta jajaran Pemerintah Aceh untuk dapat memberikan perubahan bagi Kabupaten Aceh Singkil,” ujar Nova Iriansyah. Setelah menyampaikan sambutannya, Plt. Gubernur Aceh dan rombongan didampingi Kadishub Aceh Junaidi, S.T., M.T., berkesempatan mengamati berbagai fasilitas pelabuhan penyeberangan Pulau Banyak hingga ke ujung dermaga. Junaidi menyampaikan beberapa program yang akan dilaksanakan untuk peningkatan sarana dan prasarana pelabuhan baik dalam jangka pendek maupun rencana jangka panjang guna memberikan pelayanan yang lebih baik. Sementara Plt. Gubernur Aceh mengharapkan agar pembangunan seluruh fasilitas perlu memperhatikan aspek kualitas agar dapat berfungsi secara optimal. Keberadaan Pulau Banyak di Bumi Serambi Mekkah merupakan anugerah Yang Maha Kuasa bagi masyarakat Aceh yang harus disyukuri. Kekayaan alam yang melimpah ruah dan destinasi wisata yang memesona di setiap sisi wilayah tersebut bak “surga dunia” yang harus dijaga. Keberagaman tradisi dan bahasa menjadi keunikan tersendiri yang membuat setiap jejak langkah, bahkan hingga ke ujung pulau, akan menceritakan kisahnya tersendiri. Di balik keelokannya, Pulau Banyak memiliki problema tersendiri. Aksesibilitas wilayah ini membutuhkan perhatian khusus. Ketergantungan masyarakat Pulau Banyak pada pelayanan transportasi yang lancar, murah dan selamat menjadi harapan untuk dapat direalisasikan. Keadaan perekonomian sangat bergantung pada transportasi. Selama ini, jadwal pelayaran kapal penyeberangan masih sangat terbatas hanya dua kali seminggu. Sebagai alternatif mobilisasi sehari hari, masyarakat mengandalkan kapal kayu tradisional dengan kondisi pelayanan yang sangat minim dan standar keselamatan suatu kapal penumpang yang belum terpenuhi. Pada saat kondisi cuaca buruk dan gelombang tinggi kawasan Pulau Banyak menjadi benar-benar terisolir akibat tidak adanya kapal yang beroperasi. Pembangunan berbagai fasilitas transportasi di wilayah kepulauan ini sangat membutuhkan kolaborasi dari berbagai pihak. “Permasalahan transportasi meliputi udara (airport), darat (landport) dan laut (seaport). Pengembangan konektivitas wilayah Pulau Banyak akan berat dilakukan jika hanya ditumpukan sepenuhnya kepada Pemerintah namun juga memerlukan partisipasi pihak swasta. Pengembangan tersebut diharapkan meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui transportasi yang berkeadilan,” ujar Nova Iriansyah dalam suatu wawancara di Pulau Panjang, Kecamatan Pulau Banyak. Sebelum berangkat menuju Pulau Banyak, Plt. Gubernur Aceh, Bupati Aceh Singkil dan rombongan juga berkesempatan melakukan peninjauan ke Pelabuhan Penyeberangan Singkil di Pulau Sarok. Sebagai “pasangan” pelabuhan penyeberangan Pulau Banyak, Pelabuhan Penyeberangan Singkil juga dilakukan berbagai pembenahan pada tahun 2019. Pembenahan yang akan dilakukan antara lain penambahan panjang gangway yang menghubungkan gedung terminal penumpang ke dermaga dan perkuatan talud pengaman untuk menahan ganasnya gempuran gelombang pada musim-musim tertentu.(Syakirah)

Tak Banyak Jalan Menuju Pulau Banyak

Mendengar kata Pulau Banyak yang berada di kabupaten Aceh Singkil, Provinsi Aceh, akan terbayang gugusan pulau pulau dengan pesona pantai berpasir putih dan airnya yang jernih. Di sini, Anda tidak hanya menikmati wisata pantai, tapi juga ada keindahan alam bawah laut, dan habitat penyu hijau yang langka. Sayangnya, masih belum mudah untuk menikmati segala keindahan gugusan kepulauan yang berjumlah 99 pulau ini. Surga dunia ini masih sulit dijangkau, karena minimnya fasilitas angkutan antar pulau yang tersedia. Selama ini masyarakat setempat menggunakan angkutan kapal nelayan sebagai moda transportasi, tentu dengan segala resiko bahaya keselamatan jiwa. Belum lagi faktor cuaca angin kencang dan ombak besar memengaruhi aktivitas masyarakat setempat dan pengunjung, karena minimnya kapal yang melaut dan ongkos kapal yang melambung tinggi. Keadaan ini berpengaruh rendahnya kunjungan wisata ke pulau banyak. Dari sisi Ekonomi, hal ini tentu berdampak buruk terhadap ekonomi masyarakat. Terhambatnya aktivitas kapal nelayan karena faktor cuaca, menyebabkan sulitnya pendistribusian hasil nelayan ke kota, sehingga kualitas barang menurun dan sulit untuk dijual. Belum lagi kebutuhan bahan pangan sulit dipasok ke pasar lokal menyebabkan harga barang melonjak tinggi. Daya beli masyarakat pun menjadi rendah. Dari sisi pendidikan, hasil wawancara dengan Kepala Sekolah SMP Negeri 2 Pulau Banyak, ibu Hasmawarni mengungkapkan bahwa biaya operasional bolak balik ke ibukota Singkil untuk keperluan ujian nasional bisa lebih mahal dari tiket pesawat. Juga banyak kegiatan pendidikan yang mengharuskan siswa ikut serta ke kota Singkil, sering menjadi batal dilaksanakan karena biaya yang tinggi. Sangat disayangkan persiapan siswa dan sekolah untuk kegiatan pendidikan pun menjadi sia-sia, sehingga kerap terlihat kekecewaan di jiwa penerus harapan bangsa. Semua itu disebabkan minimnya sarana angkutan penyeberangan antar pulau yang tersedia saat ini. Fasilitas dermaga Pulau Banyak juga belum layak dan masih minim. Dari pantauan ACEH TRANSit di atas kapal Ro-Ro, angin dan arus yang kencang menyulitkan awak kapal saat akan sandar ke dermaga, perlu bermanuver berulang kali agar mencegah benturan lambung kapal dengan dermaga. Seperti mooring dolphin untuk tempat pengikat tali kapal, catwalk, struktur dermaga, dan penahan benturan kapal atau fender. Kemudian rambu suar juga sangat minim, dan fasilitas gedung operasional dermaga belum layak dan memadai. Melihat segala kondisi tersebut, Pemerintah Aceh memutuskan untuk meningkatkan pelayanan angkutan penyeberangan yang selama ini hanya dilayani oleh 1 kapal ro-ro dengan jadwal 1-2 kali dalam seminggu dan juga memperbaiki sarana dan prasarana transportasi ke Pulau Banyak. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan konektivitas antarwilayah, guna melancarkan pendistribusian logistik yang merata, mengangkut hasil daerah tersebut ke daerah lain, sehingga menunjang peningkatan ekonomi masyarakat Pulau Banyak. (Syahisa) Versi cetak online silakan baca di laman https://dishub.acehprov.go.id/publikasi-data/aceh-transit/tabloid-transit/

Merajut Harapan di Pulau Banyak

Hubungan harmonis keterpaduan perkembangan konektivitas wilayah dengan sistem transportasi tak dapat dipisahkan. Suatu wilayah dengan pesona dan daya tarik tersendiri menawarkan perpindahan atau pergerakan aktivitas transportasi dengan peningkatan yang signifikan. Sistem transportasi menyediakan aksesibilitas yang sangat diperlukan agar aktivitas yang diinginkan dapat dilaksanakan dan dikembangkan. Isu kebijakan pengembangan konektivitas antar wilayah sekarang dan masa yang akan datang adalah bagaimana wilayah memainkan perannya dalam bingkai berkelanjutan (sustainable). Isu tersebut merupakan bentuk perhatian terhadap keprihatinan akan interaksi antara transportasi dan lingkungan juga kebutuhan sarana dan prasarana wilayah yang sangat mendesak seperti halnya kebutuhan transportasi ke Kepulauan Banyak. Pulau Banyak, Aceh Singkil adalah gugusan pulau-pulau kecil di Kabupaten Aceh Singkil, Aceh. Luas wilayah secara keseluruhan berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) sebesar 293.65 km2. Pulau Banyak berbatasan langsung dengan Samudra Hindia, tepatnya di ujung sebelah barat pulau Sumatra. Ada 99 buah pulau di gugus Kepulauan Banyak yang sangat layak dikembangkan menjadi objek wisata andalan. Termasuk keindahan alam bawah laut dan penyu hijaunya. Sebagai daerah kepulauan, Pulau Banyak selain memiliki laut yang cukup luas juga pantai yang sangat panjang dan indah. Pantai Pulau Banyak tidak kalah dengan pantai-pantai lain di Indonesia. Pasir putihnya lebih lembut, lambaian daun-daun kelapa yang rindang semakin memperindah suasana tamasya dengan pemandangan alam pantai tropis. Indahnya panorama sunset merupakan salah satu pesona alam di Pulau Banyak. Pendidikan Menilik pada layanan pendidikan yang relatif kompleks menjadi perhatian khusus guna membangun generasi yang akan membawa kemajuan pada tanah air ini. Pendidikan di bumi yang kaya akan hasil laut ini menjadi permasalahan serius. Pemenuhan kebutuhan fasilitas pendidikan terhambat akan luasnya samudra dan kebutuhan transportasi. Ekonomi Kepulauan Banyak merupakan daerah yang memiliki potensi yang cukup besar pada bidang kelautan dan perikanan. Keanekaragaman sumber daya perikanan yang terkandung di dalamnya memberikan harapan bagi kesejahteraan masyarakat. Kekayaan lautnya yang melimpah menjadi potensi perekonomian dan kesejahteraan wilayah yang dapat ditingkatkan. Gugusan pulau yang menyebar dan luasnya kelautan merupakan potensi daerah yang patut disyukuri. Karena potensi tersebut apabila dikelola dengan sebaik-baiknya akan mendatangkan kesempatan usaha dan kesejahteraan bagi masyarakat. Pemanfaatan potensi kelautan telah lama dilakukan dengan banyaknya nelayan tradisional dan modern yang masih menumpukan harapan hidup mereka dari hasil laut. Biasanya, nelayan tradisional masih menggunakan alat-alat konvensional dalam penangkapan ikan. Sedangkan, nelayan modern telah menggunakan peralatan dengan teknologi tinggi misalnya kapal. Walaupun demikian, mereka telah memanfaatkan potensi kelautan tersebut dengan sebaik-baiknya, sehingga bermanfaat bagi mereka sendiri maupun bagi masyarakat yang berada di Kepulauan Banyak. Hal ini membuat roda perekonomian Kepulauan Banyak berputar dengan adanya pasokan ikan-ikan segar. Ikan ini langsung ditangkap dari laut dan kemudian didistribusikan ke berbagai daerah di dalam dan di luar Kepulauan Banyak. Transportasi Transportasi memiliki peranan dan dampak yang sangat besar terhadap kelancaran pembangunan dan konektivitas suatu daerah. Akses yang mudah, cepat, dan murah akan memperlancar perputaran roda perekonomian. Kabupaten Aceh Singkil memiliki dua buah pelabuhan untuk transportasi laut. Diantaranya pelabuhan penyeberangan di Desa Pulo Sarok Kecamatan Singkil dan pelabuhan penyeberangan di Pulau Banyak. Pelabuhan di Pulo Sarok dan Pulau Banyak juga digunakan sebagai dermaga untuk angkutan penyeberangan yang dikelola oleh PT. ASDP. Rute yang dilayani oleh ferry adalah Kota Singkil – Pulau Banyak – Simeulue – Gunung Sitoli. Di samping itu juga ada dermaga rakyat yang dimanfaatkan sebagai gerbang konektivitas antar wilayah kepulauan. Milane Jacne, wisatawan internasional sekaliagus pemerhati lingkungan menyatakan bahwa Kepulauan Banyak merupakan daerah dengan eksotisme alam yang sangat tinggi. Pesona alam yang menggerakkan langkah untuk mengunjunginya. Namun, akses transportasi yang sedikit sulit menjadikan pesona kepulauan ini bagaikan mutiara di dalam kerang yang berada di palung laut, indah namun susah untuk menggapainya. Potensi Alam dan Wisata Kepulauan Banyak sebagai salah satu daerah tujuan wisata di Provinsi Aceh mempunyai potensi yang cukup besar bagi pengembangan sektor pariwisata. Daerah ini memiliki keindahan, kekayaan alam dan kehidupan sosial budaya serta peninggalan – peninggalan sejarah yang semuanya dapat dijadikan objek wisata. Alam Kepulauan Banyak yang begitu menakjubkan dan mempesona belum dapat dimanfaatkan secara maksimal, banyak sekali potensi wisata yang selama ini terpendam, diantaranya adalah wisata bahari yang saat ini sudah mulai dikembangkan. Potensi alam dan wisata Kepulauan Banyak yaitu pulau-pulau yang indah dan terawat. Pulau Banyak juga memiliki flora yang menarik dan hasil laut yang melimpah ruah. Salah satunya, lobster, si primadona lautan yang banyak diincar oleh negara-negara maju untuk dijadikan makanan bintang lima yang berkelas. Daya tarik wisatawan dapat menjadi hal-hal yang dapat mempengaruhi orang untuk melihat, mendengar ataupun merasakan suatu kesan yang ditimbulkan oleh daya tarik tersebut. Daya tarik dapat juga berupa keindahan alam, keunikan dan sumber daya alam. Pulau Banyak memiliki potensi wisata yang kaya. Hampir semua gugusan Pulau Banyak memiliki pantai berpasir putih bersih, seperti di Pulau Palambak. Hamparan pantai berpasir putih di Palambak terbentang lebih dari 5 kilometer. Sangat cocok untuk bermain pasir dan berjemur menikmati pancaran sinar matahari. Di beberapa pulau pun terdapat titik untuk menyelam dan melihat pemandangan bawah laut, berupa terumbu karang dan ikan laut berwarna-warni. Salah satu titik menyelam terdapat di perairan Pulau Tailana. Bahkan, karena air lautnya jernih, pemandangan bawah laut itu bisa dinikmati dari permukaan laut tanpa harus menyelam. Pada bulan tertentu, banyak penyu hijau yang bertelur di sana. Selain itu, di sejumlah gugusan Pulau Banyak terdapat tempat untuk melihat matahari terbit dan terbenam. Matahari yang bangun dan tertidur di sana berbentuk lingkaran penuh dengan warna kuning kemerah-merahan. Hal ini ditunjang kondisi langit yang masih bersih tanpa kontaminasi polusi udara. Sosial Budaya Sambutan yang hangat oleh anak-anak generasi bangsa saat tiba di Pulau Banyak membuat kesan tersendiri yang tak dapat terlupakan. Senyuman ramah penduduk pulau juga memberikan kenyamanan yang terlukis indah dalam memori. Dalam kunjungan kali ini, ada hal yang menjadi perhatian khusus, seiring dengan gontaian langkah yang menapaki tiap meter pulau tersebut dan pandangan yang mengitari kawasan tersebut. Namun, ada hal indah yang masih terdokumentasi di memori. Indahnya jalanan tanpa adanya sampah plastik yang bertebaran. Setiap langkah terus mencari sepotong plastik yang berserakan, namun hal itu tidak didapatkan. Tatanan rumah semi permanen para nelayan berjejer rapi dan apik meski hanya rumah kayu pada beberapa bagian sudah lapuk termakan usia atau kikisan percikan air laut dengan warna yang usang. Semuanya tampak apik dan rapi.

Transportasi Milik Siapa?

Dalam menciptakan suatu sistem yang harmonis dilengkapi dengan elemen keseimbangan dan keselarasan. Elemen tersebut sebagai bahan pokok yang harus ada dalam sebuah perancangan. Dalam proses perancangan sistem juga membutuhkan elemen-elemen lain yang tak kalah pentingnya. Misalnya, elemen kebijakan dan partisipasi juga dipadukan dengan proporsi yang tepat. Tidak dipungkiri, adanya elemen tambahan lainnya yang dipadupadankan agar sistem tidak berpengaruh negatif terhadap pelaksanaan yang berkelanjutan. Andil dalam peningkatan sistem tersebut tidak berpola searah namun memiliki cabang yang berkesinambungan. Tatanan sistem yang disusun secara apik akan mengalami hambatan jika ada salah satu ranting yang patah. Idealisme suatu sistem berjalan baik jika semua elemen bersinergi dengan baik. Dalam hal ini, masyarakat memiliki andil yang sangat besar dalam pelaksanaan transportasi publik yang berkelanjutan. Transportasi yang dibangun bertujuan melayani masyarakat dalam melakukan aktivitas yang berpindah-pindah. Efektivitas dan efisiennya sistem transportasi merujuk terhadap perilaku masyarakat disamping kebijakan pemerintah. Rasa saling menghargai dan memahami yang telah dipelajari sejak sekolah dasar merupakan esensi penting dalam peningkatan transportasi yang lebih baik. Keadilan pelayanan transportasi juga membutuhkan aspirasi rakyat dalam menyuarakan kebutuhan transportasi yang sangat mendesak. Di zaman milenial ini, kita sebagai masyarakat atau pemangku kepentingan masyarakat harus melek terhadap kondisi negara yang terus berupaya sekuat tenaga untuk bangkit mensejahterakan masyarakat seperti negara maju lainnya. Jangan lagi ada masyarakat yang terasing di tanah airnya sendiri. Sekarang bukan era di mana kita hanya menengadah tangan menerima apa saja yang diberikan. Seluruh elemen masyarakat harus ikut andil dalam peningkatan transportasi publik. Baiklah, andil yang bagaimana? Andil besar yang sangat berpengaruh terhadap peningkatan pelayanan publik yaitu dengan menjaga sarana dan prasarana transportasi tanpa terpengaruh berita hoaks (provokasi demi suatu kepentingan pribadi). Masyarakat harus melek terhadap informasi yang diberitakan. Perlu dilakukan telaah kebenaran dan bukti yang jelas. Jangan hanya menelan bulat-bulat layaknya memakan daging ayam tanpa dimasak akan menimbulkan efek samping yang besar dikemudian hari. Bola panas yang dilemparkan akan kembali lagi pada sang tuan. Jadi perlu kita berhati-hati dalam menjaring informasi yang tersebar. Sarana dan prasarana transportasi yang telah dibangun merupakan milik kita bersama, tiada klaim pribadi terhadap aset tersebut. Kita harus membuang pikiran negatif bahwa aset yang dibangun adalah milik pemerintahan saja, jadi biarlah pemerintah saja yang memelihara. Statement seperti itu merupakan pendapat usang yang perlu direvitalisasi atau malah perlu direkontruksi kembali. Keselarasan pemerintah dan masyarakat membangun sistem yang hebat terhadap peningkatan pelayanan transportasi. Manfaat yang akan dirasakan juga memiliki timbak balik terhadap masyarakat. Keamanan dan kenyaman bertransportasi akan dirasakan oleh semua pihak. Aksesibilitas yang dibutuhkan masyarakat juga dapat direalisasikan dengan matang dan memiliki cashback (saling menguntungkan dari segi manfaat). Jadi, keselarasan dan keseimbangan terhadap peningkatan pelayanan publik menaruh harapan besar terhadap kebijakan pemerintah dan perilaku bijak masyarakat dalam mengubah sistem yang lebih hebat dalam sinergisitas untuk membangun kerjasama kreatif masyarakat dan pemerintah. (Syakirah) Silakan baca edisi cetak online di laman Tabloid Aceh TRANSit