Dishub

Bersyukur Menjadi Bagian KMP. Aceh Hebat

Kapal penyeberangan Aceh Hebat 1 sudah mulai beroperasi menghubungkan pelabuhan Calang, Aceh Jaya dan pelabuhan Sinabang, kabupaten Simeulue sejak  9 maret 2021 lalu. Menariknya Kapal penyeberangan bernama  Aceh Hebat I ini berisikan sembilan orang kru Anak Buah Kapal (ABK) merupakan putra Aceh Asli. Salah satunya adalah Abdul Rahmad pria lajang berusia 21 tahun asal Kota Sabang, Aceh, yang menjabat sebagai Juru Mudi kapal berbobot 2441 GT ini. Usai menyelesaikan sekolah Politeknik Pelayaran Malahayati, Rahmad  diterima sebuah perusahaan kapal kargo di Pulau Jawa. Setelah beberapa lama bekerja, ia mencoba peruntungan melamar menjadi awak kapal di  bawah naungan BUMN PT ASDP Indonesia Ferry dan diterima menjadi juru mudi pada awal tahun 2021 ini yang ditugaskan di Aceh. Saat Rahmad masih remaja selain bermain bola, pecinta klub Barcelona ini mengisi  hari dengan bekerja menjadi mengantar  air isi ulang ke kapal kapal yang bersandar dipelabuhan Balohan Sabang. Dari sini lah awal ketertarikan Rahmad dengan kapal dan berkeinginan menjadi awak kapal  dan diwujudkan impian dengan masuk sekolah pelayaran di Krueng Raya, Aceh Besar. Padahal dalam keluarganya tidak ada yang berprofesi sebagai awak kapal. Rahmad tentu bukan satu-satunya putra Aceh yang dipercayakan untuk mengawaki tiga Kapal Aceh Hebat mengarungi lautan provinsi terujung Indonesia ini. Karena hampir 60 persen ketiga kapal milik masyarakat Aceh diawaki putra daerah Aceh asli. Dengan komposisi, KMP. Aceh Hebat 1 berjumlah 22 kru ABK, 9 diantaranya putra aceh. KMP Aceh Hebat 2 berjumlah 15 orang ABK, 14 orang ABK merupakan putra Aceh. Selanjutnya kru Aceh Hebat 3 berjumlah 19 orang ABK dan 9 diantaranya putra Aceh. Tentunya dengan diawaki putra daerah, ketiga kapal ini telah  menyerap tenaga kerja lokal. Sehingga diharapkan dapat melayani perjalanan penumpang menuju tempat tujuan dengan baik. Guna meningkatkan pelayanan penumpang di sisi pariwisata Aceh yang tersebar di beberapa pulau dan meningkatkan pendapatan perekonomian masyarakat setempat. Rahmad merasa bangga dan bersyukur bisa bekerja di salah satu kapal milik masyarakat Aceh. Ia memiliki harapan, semoga ke depan semakin banyak putera-putera Aceh yang memiliki kesempatan bekerja di sektor transportasi Aceh. Adapun rute dan jadwal ketiga KMP tersebut adalah sebagai berikut: KMP ACEH HEBAT 1  melayani penyeberangan dari Pelabuhan Calang menuju Pelabuhan Sinabang 2 kali seminggu PP. Satu hari tidak beroperasi untuk perawatan kapal. KMP ACEH HEBAT 2 melayani penyeberangan Pelabuhan Ulee Lheue Banda Aceh – Pelabuhan Balohan Sabang setiap hari, 3 trip perhari. Dan KMP. ACEH HEBAT 3 melayani penyeberangan Pelabuhan Singkil – Pulau Banyak, 5 kali dalam seminggu, 1 trip per hari (PP). Dalam seminggu kapal ini harus berlayar satu kali ke Simeulue untuk melakukan pengisian bahan bakar.(Rizal Syahisa) Selengkapanya cek di Tabloid Aceh TRANSit Edisi VII Tabloid ACEH TRANSit | Dinas Perhubungan Aceh (acehprov.go.id)

Angkutan Udara di Aceh

Kondisi geografis yang beragam serta kerawanan bencana yang tinggi menjadi tantangan dalam mitigasi bencana, dan pemerataan pembangunan serta pertumbuhan ekonomi yang masih terpusat di wilayah ibu kota Provinsi dan Kabupaten/Kota yang berada di wilayah pantai timur Aceh. Angkutan udara menjadi sebuah alternatif yang tidak terelakkan, ditambah lagi Aceh memiliki potensi besar dibidang kedirgantaraan, dimana terdapat 11 Bandara yang tersebar di Kabupaten/kota di Aceh, namun pemanfaatannya belum optimal. Berkaca pada kondisi tersebut, Pemerintah Aceh melalui Dinas Perhubungan Aceh Menyusun dua kajian yaitu kajian kebutuhan transportasi udara dan kajian teknis angkutan udara Aceh. Dari hasil kedua kajian ini didapatkan bahwa Aceh membutuhkan 4 (empat) unit pesawat yang dapat melalui wilayah tebing dan berbukit, dan juga memiliki kemampuan short take off – landing sehingga tidak membutuhkan landasan yang panjang mudah dioperasikan di daerah terpencil sesuai dengan karakteristik beberapa bandara di Aceh untuk kemudian dioperasikan sebagai ambulans udara, angkutan barang/kargo, dan angkutan perintis. Dengan gempa dan tsunami seperti tahun 2004 yang selalu mengancam wilayah pantai barat Aceh dibutuhkan angkutan udara jenis ambulans udara untuk kebutuhan medis dan evakuasi dalam melaksanakan penanggulangan bencana. Pesawat ambulans udara menggunakan konfigurasi khusus dengan kapasitas 9 stretcher, 2 double + 1 single troops seat. Dari hasil kedua kajian tersebut didapatkan bahwa dua unit pesawat dapat mengevakuasi sebanyak 144 orang/hari dengan asumsi loading/unloading time ≈ 1 jam dan kecepatan pesawat 180 Knots. Disamping kesiapsiagaan bencana, kebutuhan akan pengiriman hasil alam juga sama pentingnya. Kinerja ekspor perikanan Provinsi Aceh terus mengalami peningkatan yang sangat signifikan, hanya saja pergerakan kargo menggunankan transportasi darat dan laut membutuhkan waktu yang lebih lama. Simulasi pergerakan kargo menggunakan pesawat yang dilakukan dengan asumsi pesawat memiliki maksimum payload sebesar 2,3 ton/keberangkatan dengan kecepatan 180 knots, didapatkan bahwa 6,90 Ton potensi hasil perikanan Aceh dapat terangkut dalam waktu kurang lebih 4 jam dari tiga wilayah yang berbeda. Hal ini tentu dapat meningkatkan nilai jual dari hasil sektor perikanan Aceh. Dalam penyelenggaraan aktivitas pemerintahan, mobilitas tinggi dari kabupaten/kota menuju ibukota Provinsi Aceh sangat tinggi. Kedua kajian yang dilakukan mencoba mensimulasikan beberapa rute penerbangan perintis dari beberapa wilayah di Aceh untuk menekan waktu tempuh ke Banda Aceh hingga kurang dari 6 jam perjalanan dengan estimasi utilisasi angkutan udara sebesar 1,106 jam/tahun. Selain itu, beberapa rute penerbangan perintis juga beririsan dan saling melengkapi dengan rute pariwisata potensial dalam wilayah Aceh serta mendukung potensi rute  Internasional yaitu: Sabang – Phuket dan Sabang – Langkawi sebagai penguatan Kerjasama Indonesia – Malaysia – Thailand Golden Triangle (IMT-GT) dibidang pariwisata. Kedua kajian tentang angkutan udara ini dilakukan untuk dapat memberikan gambaran kebutuhan dan potensi angkutan udara dalam mengembangkan wilayah Aceh dengan seluruh potensinya, baik potensi wisata, perikanan, perkebunan, dan lainnya demi peningkatan sosial perekonomian masyarakat Aceh. (Arrad Iskandar) Selengkapanya cek di Tabloid Aceh TRANSit Edisi VII Tabloid ACEH TRANSit | Dinas Perhubungan Aceh (acehprov.go.id) Simak Video Bandara Patiambang Gayo Lues

Optimisme Kebangkitan Pariwisata Aceh

Pandemi Covid-19 menjadi sebuah tantangan besar bagi pergerakan ekonomi Indonesia dan dunia. Dengan mendorong sektor pariwisata untuk kembali bergeliat, maka beberapa sektor lain pun akan turut kembali bernafas seperti misalnya sektor kuliner, seni dan budaya, transportasi, migas, energi, dan tentunya sektor UMKM. Aceh salah satu provinsi di Indonesia yang juga memiliki  cukup banyak potensi destinasi wisata kepulauan dengan panorama yang begitu indah, cukup  mengundang minat wisatawan untuk menikmatinya,  juga terdapat hasil alam dan hasil laut  daerah yang cukup berpotensi meningkatkan devisa daerah tersebut, sudah sewajarnya Aceh butuh alat transpotasi kapal baru guna mewujudkan transportasi berkeadilan yang setara dengan wilayah daratan. Untuk itu, Pemerintah Aceh melalui Dinas Perhubungan pada tahun 2019 lalu telah melakukan membangun kapal baru. Pada akhir 2020 ketiga kapal baru tersebut pun telah didatangkan dari galangannya dan diberi nama KMP. Aceh Hebat 1, 2 dan 3. (KMP. AH-1, AH-2 dan AH-3). Guna mempercepat proses mengurangi kesenjangan konektivitas antar pulau maka pada awal 2021 ketiga kapal tersebut resmi diluncurkan oleh Pemerintah Aceh dalam hal ini Nova Iriansyah didampingi Kadishub Aceh Junaidi. beserta unsur instansi terkait dan General Manager PT. ASDP Cabang Banda Aceh meresmikan pelayaran perdana KMP. AH-2 yang melayani penyeberangan Ulee Lheue-Balohan Sabang pada tanggal 30 Januari 2021 lalu. Selanjutnya pada tanggal 9 Maret 2021 secara bersamaan diresmikan pelayaran perdana KMP. AH-1 di Calang dan KMP. AH-3 di Singkil. Kini ketiga KMP. Aceh Hebat sudah rutin mengarungi lautan Aceh di ketiga rute tersebut. KMP. AH-1 melayani penyeberangan Calang- Sinabang. Penyeberangan pantai barat yang cukup jauh dan padat aktivitas lintas orang dan logistik. Yang tadinya hanya dilayani oleh 1 kapal yakni KMP. Teluk Sinabang. Berarti, kini dengan adanya KMP. AH-1 diharapkan semakin meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat Pulau Simeulue serta arus kunjungan wisata. Sedangkan KMP. AH-3 melayani penyeberangan Singkil – Pulau Banyak. Wilayah pelayaran ini cukup menarik, karena Kabupaten Singkil memiliki destinasi wisata kepulauan yang menawan dan mulai dikenal masyarakat luas yakni kepulauan Pulau Banyak. Untuk meningkatkan jumlah wisatawan dan perekonomian masarakat setempat maka Pemerintah Aceh merasa layak wilayah ini mendapatkan satu kapal baru. Potensi Destinasi wisata Pulau Banyak Singkil Pulau Banyak merupakan wilayah tujuan wisata gugusan puluhan pulau-pulau indah yang memiliki kekhasan panorama berbeda yang sudah mulai dikenal masyarakat luas, berpotensi jadi destinasi wisata pantai yang menguntungkan Provinsi Aceh, khususnya Kabupaten Singkil. Dengan adanya KMP. Aceh Hebat 3. Harapan pelaku wisata setempat untuk maju, besar kemungkinan akan tercapai dalam waktu secepatnya. Diakui oleh Kadisbudpar Singkil Edi Hartono, saat ini dengan adanya KMP. Aceh Hebat 3 mulai terlihat ada kenaikan wisatawan, apalagi ke depan saat ini sudah ada investor dari negara Uni Emirat Arab (UEA) yang ingin membangun fasilitas wisata dibeberapa pulau yang sudah mereka survei Tadinya sarana penyeberangan yang ada menuju Pulau Banyak cuma satu kapal feri yang berlayar seminggu hanya dua kali. Sehingga banyak pelaku ekonomi dan wisatawan menggunakan perahu nelayan setempat yang tentunya sangat beresiko apalagi di saat cuaca tidak bersahabat. “Untuk memenuhi peningkatan minat kunjungan wisatawan ke Pulau Banyak, kalau bisa jadwal kapal feri juga harusnya ada penambahan”, ujar Edi. Semoga harapan ini bisa terwujud dalam waktu dekat. Agar manfaat adanya KMP. AH-3 ini semakin cepat dirasakan oleh pelaku wisata dan masyarakat Kabupaten Singkil dan sekitarnya. Simak Video KMP. Aceh Hebat: Kini Kita Lebih Dekat Senada dengan harapan Edi Hartono, Kadisbudpar Simeulue Asmanuddin juga sangat antusias berharap dengan kehadiran KMP. Aceh Hebat 1 akan menjadi urat nadi peningkatan pariwisata Simeulue. Rivaldi, wisatawan asal Sumatera Utara yang sudah beberapa kali berkunjung ke Pulau Banyak, merasa senang karena baru tahu kalau sudah ada kapal KMP. Aceh Hebat 3 yang berlayar setiap hari pulang pergi (PP) ke Pulau Banyak, sehingga tidak harus berlayar dengan boat nelayan jika kondisi cuaca kurang baik. Rajabuddin, pelaku wisata Sabang yang kesehariannya menyewakan peralatan menyelam di Iboih sangat merasakan dampak positif dengan keberadaan Kapal Aceh Hebat, apalagi ditengah pandemi yang sempat membuat sepi pengunjung di Pulau Weh. Pak Itam, pengusaha wisata di Pulau Banyak, tentu akan merekomendasikan naik Kapal Aceh Hebat kepada calon wisatawan yang ingin menuju Pulau Banyak, karena pasti lebih nyaman. Kegembiraan ini juga disampaikan oleh Wandi, tour guide wisatawan Pulau Banyak, karena sudah ada jadwal penyeberangan yang rutin, wisatawan tidak lagi ragu jika ingin berlibur ke Pulau Banyak. Hampir semua penumpang, baik pelaku ekonomi dan wisata merasa sangat terbantu dengan adanya tiga KMP Aceh Hebat ini.  Mereka berharap semakin bisa meningkatkan perekonomian dan wisata daerah setempat.(Dewi Suswati) Download 

Membenahi Rute, Langkah Awal Tingkatkan Peran AKDP

Kelancaran transportasi di wilayah daratan mengacu pada keteraturan sebuah lintasan/rute yang akan dilayani oleh angkutan umum. Layanan angkutan umum antar daerah memegang peranan penting untuk mewadahi kebutuhan mobilitas masyarakat. Penggunaan angkutan umum juga lebih baik bila dibandingkan dengan penggunaan kendaraan pribadi, karena dapat mengurangi kemacetan dan mendukung keberpihakan pada lingkungan dengan penurunan tingkat emisi. Salah satu bentuk layanan tersebut adalah Angkutan Umum Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP). Istilah AKDP dapat dipahami sebagai angkutan umum berupa otobus atau minibus yang melayani rute antar kota dalam satu provinsi dan penyelenggarannya menjadi kewenangan pemerintah provinsi. Provinsi Aceh dengan luas 58,377 km2 dengan kondisi tata guna lahan yang sebagian besar berupa pemukiman, perkantoran, perdagangan, perindustrian, serta pendidikan, membutuhkan sarana untuk melakukan mobilitas sehingga dalam mencapai tujuan dapat ditempuh dengan waktu yang relatif singkat. Hadirnya pelayanan AKDP bergantung pada konsep “supply and demand”, dimana terdapat potensi pergerakan masyarakat yang tinggi pada suatu daerah, maka biasanya di situlah akan muncul kebutuhan akan angkutan umum. Per tahun 2020, jaringan rute yang ada pada saat ini melayani dengan kondisi eksisting di Provinsi Aceh sebanyak 333. Namun, persebarannya belum merata. Trayek yang melayani angkutan di Lintas Timur sebanyak 64% lebih banyak jumlahnya dibandingkan pada Lintas Barat dan Lintas Tengah yaitu masing-masing sebesar 16 persen dan 20 persen. Selain itu, ada kendaraan yang melebihi permintaan di beberapa trayek, sementara pada trayek lainnya belum ada kendaraan padahal ada permintaan (demand) layanan angkutan umum. Hal ini sering disebut juga dengan “trayek gemuk” dan “trayek kurus”. Umumnya, kondisi demikian terjadi karena di beberapa daerah banyak trayek yang melalui lintasan yang sama sehingga terjadi tumpang tindih. Upaya penertiban perlu dilakukan untuk menghindari turunnya load factor (tingkat keterisian) penumpang dan menghindari persaingan yang tidak sehat antar operator angkutan. Salah satu indikator untuk mengukur kinerja trayek juga dapat dilihat dari ketercapaian load factor penumpang yang dapat mencapai 70 persen. Angkutan Umum Wajib Punya Izin Trayek Idealnya, sesuai dengan peraturan pemerintah yang berlaku, setiap angkutan umum yang beroperasi wajib mengantongi izin trayek. Izin trayek dapat diterbitkan apabila perusahaan angkutan yang mengajukan izin telah memenuhi persyaratan teknis yang ditetapkan, seperti kendaraan yang laik jalan, telah melengkapi dokumen administrasi, dan mengajukan izin pada trayek yang sesuai. Izin trayek berlaku selama lima tahun. Setelah lima tahun, perusahaan dapat melakukan pengajuan kembali. Keabsahan operasional suatu angkutan umum pada trayek tertentu juga dibuktikan dengan Kartu Pengawasan atau KPS yang berlaku selama setahun. Kendaraan yang beroperasi dan telah mengurus KPS sampai dengan tahun 2020 adalah 1889 kendaraan. Meski demikian, pada kenyataannya, masih juga ditemukan angkutan yang beroperasi tanpa izin resmi, bukan pada rute yang seharusnya, atau mengangkut penumpang yang bukan haknya. Hal ini tentu berbahaya bagi keamanan penumpang jika sewaktu-waktu terjadi hal yang tidak diinginkan selama perjalanan karena angkutan umum yang beroperasi secara ilegal tentu tidak memiliki jaminan hukum. Memang, membenahi trayek angkutan umum tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Perlu waktu dan proses yang panjang dan dukungan dari berbagai pihak. Pembenahan trayek hanyalah salah satu dimensi dari banyak hal yang harus ikut diperbaiki. Contohnya adalah perbaikan prasarana penunjang berupa penyelenggaraan terminal tipe B pada titik-titik awal keberangkatan, persinggahan, dan tujuan akhir. Selain itu, ketersediaan moda transportasi perkotaan untuk memudahkan penumpang angkutan umum menjangkau terminal terdekat atau simpul transportasi lainnya yakni pelabuhan, bandar udara, ataupun stasiun kereta api juga masih minim. Terakhir, sinergi yang baik dari semua pihak dan pemantauan secara kontinyu di lapangan merupakan kunci untuk mewujudkan pelayanan angkutan umum yang aman, tepat, nyaman, dan aksesibel. (Melita Nadya) Selengkapnya cek di Tabloid Aceh TRANSit Edisi 7 Tabloid ACEH TRANSit | Dinas Perhubungan Aceh (acehprov.go.id)

ASN Cerdas Berbahasa Tangkas

Bahasa telah menjadi kebutuhan yang mutlak dalam kehidupan. Apa jadinya manusia tanpa bahasa? tanpa bahasa, kita akan sangat sulit menyampaikan informasi dan apa yang menjadi keinginan maupun harapannya. Apalagi, bahasa yang disampaikan harus mudah dipahami. Bahasa yang baik dan benar menunjukkan identitas suatu bangsa. Begitu pula pada tataran pemerintahan, informasi dan kebijakan yang disampaikan kepada masyarakat mudah dipahami dan tidak menimbulkan makna yang ambigu. Apalagi kebijakan yang dikeluarkan menjadi referensi yang akan menuai respon masyarakat. Guna mencapai kompetensi berbahasa yang ideal, Dinas Perhubungan Aceh menyelenggarakan Webinar yang bertemakan “ASN Dihub Terampil dan Carong : ASN Cerdas Berbahasa Tangkas” secara daring, Kamis, 29 Juli 2021. Kegiatan ini diisi oleh sang pemantik diskusi yang berkompeten di bidang bahasa yang telah menerbitkan beberapa buku karyanya. Hadir Herman R, S.Pd., M.Pd., dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) FKIP USK. “Senang membaca agar mengenal dunia, suka menulis agar dikenal dunia,” sebut Herman yang menjadi mottonya menulis. Herman menambahkan, bahasa yang digunakan dalam kepenulisan seperti surat menunjukkan identitas instansi. Ilmu kepenulisan Bahasa Indonesia yang ideal, kontekstual dan tangkas sesuai situasi dan kondisi harus menjadi suatu kompetensi bagi setiap Aparatur Sipil Negara (ASN). Mengapa demikian? Karena, ASN bertanggungjawab menyampaikan informasi yang benar dan akurat terkait kinerja pemerintahan sehingga masyarakat mengosumsi informasi yang benar adanya. “ASN yang cerdas harus berbahasa tangkas, berarti mengetahui kapan harus menggunakan bahasa yang baik dan benar. Bahasa yang disampaikan sesuai konteks, misalnya dalam penulisan surat dinas harus menggunakan bahasa formal yang baik dan benar,” jelas dosen yang pernah mengajar di Thailand ini. Bahasa merupakan cermin budaya. Karena dari sebuah tutur akan memberikan nilai karakteristik sebuah bangsa. Contohnya saja, ketika bangsa ini dianggap jam karet oleh bangsa luar. Ini karena dari penuturan bahasa kita, kita sering menyematkan janji dalam sebuah makna yang super luas. “Pajan tanyoe jak merumpok pak geuchik?” (Kapan kita bertemu dengan Kepala Desa?), jawab lainnya “Singoh beungoh” (Besok Pagi). Dalam konteks bahasa ini, Singoh Beungoh ini dapat berarti besok pagi, menjelang siang atau bahkan usai dhuhur, lebih bermakna luas yakni waktu yang fleksibel untuk satu harian. Namun, jika dalam bahasa Inggris, penempatan keterangan waktu sangatlah jelas. Misalnya, I buy the book today dengan kata I bought the book yesterday, menerangkan waktu hari ini dan kemarin secara tegas. Inilah yang dimaknai bahasa cermin budaya. Sebagai masyarakat dan ASN khususnya, berbahasa yang baik dan benar sesuai konteks akan mempermudah masyarakat menyerapkan informasi secara konkrit dan aktual, sehingga tidak menimbulkan respon yang provokit dalam penafsiran yang makna yang ambigu atau berbeda-beda. (MS)

Pelabuhan Balohan Sebagai Pintu Gerbang Pariwisata

Keberadaan pelabuhan penyeberangan yang representatif menjadi syarat utama untuk memajukan wilayah kepulauan. Pelabuhan merupakan prasarana utama untuk mendukung perputaran roda perekonomian pada tiap kawasan di Aceh yang terpisah oleh laut. Jika dilihat dari potensi, Sabang memiliki banyak hal yang dapat dikembangkan dan dioptimalkan. Di antaranya adalah fasilitas yang dapat mengoptimalkan potensi sekaligus mendatangkan penghasilan dan keuntungan bagi kawasan. Revitalitasi Pelabuhan Penyeberangan Balohan Sabang dilakukan mengingat kondisi pelabuhan sudah tidak layak lagi. Kondisi pelabuhan semrawut dan sangat sempit, dengan infrastruktur dan areal parkir yang terbatas. Infrastruktur Pelabuhan Penyeberangan Balohan yang telah diredesain menjadi public area, yang dapat dimanfaatkan bukan hanya oleh pengguna jasa pelabuhan, juga seluruh masyarakat Sabang. Proyek ini meliputi pembangunan Gedung Kapal Lambat, Pembangunan Gedung Kapal Cepat, Pembangunan Gedung Souvenir dan Kafetaria, Jembatan Moveable Bridge (MB) untuk kapal lambat, pemancangan sheet pile, jembatan tipe A dan jembatan tipe B, jembatan tipe C, serta reklamasi dan pemagaran pada areal pelabuhan seluas 4,5 hektare. Pembangunan pelabuhan ini menggunakan anggaran APBN melalui Multiyers Contract Tiga Tahun sejak tahun 2017 sampai tahun 2019. Revitalisasi ini seharusnya telah rampung pada tahun 2019 bila pengerjaan dimulai dari tahun 2017. Namun, dikarenakan pengerjaan dimulai pada pertengahan tahun 2018, maka waktu pengerjaannya ditambah hingga tahun 2020. Upaya ini sejatinya memiliki tiga tujuan. Yaitu, sebagai upaya meningkatkan standar keamanan dan kenyamanan Pelabuhan Penyeberangan Balohan Sabang, memberikan image positif untuk Kota Sabang sebagai kawasan wisata dengan bangunan publik yang memiliki standar pelayanan yang baik. Terakhir, untuk memberikan alternatif pilihan yang lebih banyak bagi para penumpang atau pengunjung Pelabuhan Penyeberangan Balohan. Beberapa waktu lalu, Pemerintah Kota Sabang melakukan rapat bersama Pemerintah Aceh melalui Dinas Perhubungan Aceh serta Badan Pengusahaan Kawasan Sabang (BPKS) terkait pengelolaan Pelabuhan Balohan. Pemkot Sabang menyatakan kesiapannya dalam mengelola Pelabuhan Penyeberangan Balohan Sabang sebagai upaya meningkatkan pelayanan publik. Transportasi ke Sabang Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata RI telah menetapkan Kota Sabang sebagai Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) pada tahun 2011. Oleh karena itu, hal utama yang perlu dibenahi adalah transportasi penyeberangan pada lintasan Ulee Lheue (Banda Aceh) ke Balohan (Sabang), begitu juga sebaliknya. Transportasi penyeberangan pada lintasan ini dilayani oleh dua jenis angkutan penyeberangan, yaitu Kapal Motor Express dan Kapal Ferry. Kapal Motor Express atau lebih familiar dengan sebutan “kapal cepat” dioperasikan oleh dua perusahaan swasta dengan armada KM Express Bahari dan MV Putri Anggreni, dengan waktu tempuh sekitar 45 menit. Kedua operator transportasi penyeberangan tersebut hanya melayani penumpang saja. Sedangkan Kapal Ferry, lebih akrab di telinga masyarakat dengan sebutan “kapal lambat”, dioperasikan oleh PT. ASDP Indonesia Ferry Cabang Banda Aceh. Perusahaan milik Negara ini mengoperasikan 2 armada penyeberangan, yaitu KMP BRR dan KMP Aceh Hebat 2, yang melayani angkutan penumpang dan kendaraan dengan waktu tempuh sekitar 1,5 jam. KMP Aceh Hebat 2 yang berkapasitas 1186 GT tersebut baru hadir pada akhir Tahun 2020. Kapal ini lebih besar dari KMP BRR yang sedang beroperasi saat ini, sekaligus menjadi penyemangat sektor pariwisata Sabang. Kedua kapal ferry tersebut diproyeksikan untuk memperlancar transportasi penyeberangan Ulee Lheue – Balohan yang sebelumnya kerap terkendala karena keterbatasan kapasitas kapal pada musim liburan. Menparekraf Dukung Pariwisata Sabang Pada Sabtu, 1 Mei 2021, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia, Sandiaga Uno, melakukan kunjungan kerja ke Aceh. Sandiaga melakukan pertemuan dengan Gubernur Aceh, Nova Iriansyah di Meuligoe Gubernur. Pada pertemuan tersebut, Sandiaga berharap agar pariwisata di Aceh pada masa pandemi Covid-19 tetap menerapkan protokol kesehatan CHSE (Cleanliness, Health, Safety & Environment Sustainability). Agar sektor pariwisata dapat tetap menggeliat di tengah gempuran Covid-19. Saat mengunjungi destinasi wisata Pantai Teupin Layeu Sabang (2/5/2021), Sandiaga menyampaikan untuk mengambil langkah konkrit dan bergerak cepat berkoordinasi dengan beberapa investor yang potensial terutama yang berkaitan dengan penyediaan amenitas, fasilitas dan juga penyelenggaraan event. “Kita harapkan dapat mempercepat kebangkitkan pariwisata dan ekonomi kreatif di kawasan ini, membuka lapangan kerja sebanyak-banyaknya dan seluas-luasnya,” harap pria penyuka triathlon ini. (Dewi Suswati)

Akses Mudah, Menstimulus Pertumbuhan Ekonomi

Sebuah adagium latin berbunyi “Si Vis Pacem, Para Iustitiam” yang berarti “Jika kamu mendambakan kedamaian, tegakkanlah keadilan”, menggambarkan bahwa keadilan itu merupakan faktor utama yang harus diperhatikan dalam pembangunan. Keadilan dalam membangun perekonomian, pendidikan, infrastruktur maupun trasnportasi mempunyai peran penting dalam memperkecil jurang kesenjangan dalam masyarakat terutama pada masyarakat kepulauan. KMP Aceh Hebat sebagai perwujudan keadilan transportasi bagi masyarakat kepulauan, dalam konteks pengembangan wilayah kepulauan, memainkan peran sebagai unsur penunjang (servicing), yaitu penyediaan layanan transportasi bagi masyarakat, dan memberikan kepastian layanan transportasi logistik baik pada jadwal rutin maupun hari besar keagamaan yang menjaga harga agar tetap stabil serta membantu pengendalian inflasi di wilayah kepulauan. Selain itu, KMP Aceh Hebat juga berperan sebagai unsur pendorong (promoting), yaitu sebagai penghubung wilayah kepulauan dengan pusat kegiatan wilayah di daratan yang diharapkan mampu mampu menstimulus pertumbuhan dan pengembangan potensi ekonomi wilayah kepulauan. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2019, produksi perikanan tangkap pada Kota Sabang, Kabupaten Simeulue dan Aceh Singkil adalah 20,7 Ton dengan nilai sebesar Rp. 660,1 juta. Pada tahun yang sama, jumlah kunjungan wisatawan baik lokal maupun mancanegara pada ketiga wilayah kepulauan tersebut sebesar 760 ribu-an orang, dengan peningkatan kunjungan wisatawan mancanegara mencapai 54 persen dari rata-rata 3 tahun terakhir.  Kedua hal tersebut menunjukkan bahwa potensi ketiga wilayah kepulauan pada sektor-sektor basis perekonomian seperti perikanan dan pariwisata sangatlah besar. Selain kedua sektor tersebut, usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) juga berpotensi menjadi basis perekonomian masyarakat kepulauan, namun ada kebutuhan dari para pelaku UMKM untuk dapat mendistribusikan produk atau hasil usaha mereka ke luar wilayah kepulauan serta dapat membeli bahan baku dengan biaya dan jadwal pengiriman yang murah dan reliabel yang harus dipenuhi. KMP Aceh Hebat memberikan kemudahan aksesibilitas serta mengakomodasi mobilitas orang/barang sebagai resultan interaksi ekonomi antar wilayah untuk mendukung sektor perikanan, pariwisata maupun UMKM dimana hal ini secara luas akan memberikan sumbangan positif pada peningkatan kinerja dan pertumbuhan ekonomi.  Kehadiran KMP Aceh Hebat diharapkan tidak hanya untuk melayani pertumbuhan ekonorni yang telah ada (ship follow the trade) namun juga dapat menumbuhkan kegiatan ekonomi atau potensi ekonomi (ship promote the trade) pada wilayah kepulauan. (Arrad Iskandar) Download 

Operator Kapal Pelabuhan Penyeberangan Ulee Lheue Serahkan Bantuan CSR

Pelabuhan Penyeberangan Ulee Lheue Banda Aceh merupakan satu-satunya akses penyeberangan menuju Sabang. Melalui pelabuhan ini pula ribuan orang setiap harinya hilir mudik dengan berbagai tujuan. Tingginya angka kunjungan orang di pelabuhan ini juga perlu dibarengi dengan peningkatan kualitas pelayanan dan kebersihan di area pelabuhan. Sehingga pengguna jasa merasa nyaman saat berada di pelabuhan. Guna mencapai hal tersebut, tiga operator kapal penyeberangan di Pelabuhan Ulee Lheue menyerahkan bantuan Corporate Social Responsibility (CSR) kepada Dishub Aceh berupa perlengkapan kebersihan untuk dimanfaatkan di pelabuhan, Senin (26/07/2021). Selain itu, bantuan ini juga menyahuti instruksi Gubernur Aceh Nova Iriansyah pada saat meninjau pelabuhan beberapa waktu lalu. Sekdishub Aceh, T. Faisal, saat menerima bantuan CSR tersebut secara simbolis, mengapresiasi atas kepedulian operator kapal dalam menjaga kebersihan dan kenyamanan penumpang di pelabuhan. Ia menjelaskan bahwa kolaborasi antara pemerintah dan swasta akan memberikan dampak yang begitu positif bagi pelayanan transportasi. Ditemui Tim Aceh TRANSit saat penyerahan CSR, General Manager PT. ASDP Indonesia Ferry Banda Aceh, Syamsuddin menyebutkan, bantuan tersebut merupakan bagian dari partisipasi ASDP untuk menghadirkan kebersihan di Pelabuhan Ulee Lheue. “Kebersihan pelabuhan menjadi tanggung jawab kita bersama. Salah satu bentuk tanggung jawab kami adalah berupa bantuan beberapa peralatan kebersihan untuk pelabuhan,” ujarnya. Pada saat yang sama, Husin Bakri, selaku Kepala Operasional PT. Putra Maju Global Indonesia (MV. Putri Anggreni) mengungkapkan, pihaknya siap berkolaborasi untuk menciptakan pelabuhan yang nyaman dan bersih bagi masyarakat. Beberapa fasilitas kebersihan yang diberikan oleh operator kapal di antaranya, tong sampah 15 unit, kipas angin 2 unit, dan tangga alumunium 1 unit dari PT. ASDP Indonesia Ferry Banda Aceh, tong sampah double 3 unit, tong sampah stainless steel 4 unit dari PT. Pelayaran Sakti Inti Makmur (Express Bahari), tong sampah 4 unit dari PT. Putra Maju Global Indonesia (MV. Putri Anggreni). Kegiatan ini juga bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan pelabuhan, seperti membuang sampah pada tempatnya. Pada akhirnya, pelabuhan yang bersih juga akan menghadirkan kenyamanan bagi bersama. (AM)

Kisah Nur Laibah, Petugas Parkir Aceh Timur

Nur Laibah, ibu delapan orang anak ini merupakan salah satu juru parkir yang ada di pasar Idi Rayeuk, Kabupaten Aceh Timur. Profesi ini sudah ia lakoni sejak 10 tahun lalu. Setiap hari, ibu yang lebih akrab disapa “Kak Nur Parkir” ini berangkat dari rumahnya di Gampong Banda Alam sejak pukul 09.30 pagi. Ia menjalani pekerjaan ini hanya hingga pukul 17.00 sore. Setelahnya, ia menghabiskan waktu di rumah. Ceritanya, meski menjadi juru parkir, ia tetap menjalani tugasnya sebagai ibu bagi anak-anak. Bahkan, berkat perjuangannya sebagai seorang ibu, kini anak-anaknya sebagian sudah bekerja dan menikah. Saat ini, hanya anak terakhir yang masih menuntut ilmu pada salah satu dayah di Lhok Nibong. Kak Nur juga bercerita bahwa di antara jukir perempuan di pasar Idi Rayeuk ada yang dulunya merupakan korban konflik. Mereka berterima kasih diberi kesempatan untuk bekerja sebagai juru parkir di sini. Hal senada juga disampaikan oleh Kadishub Aceh Timur, Zulkifli yang ditemui Tim Aceh TRANSit secara terpisah. Ia menjelaskan, di antara jukir perempuan tersebut ada janda dan korban konflik yang saat ini menjadi tulang punggung keluarga. Pemberdayaan perempuan sebagai jukir sudah dilakukan Dishub Aceh Timur sejak tahun 2014. “Alasannya karena perempuan lebih tahan banting, ulet dalam bekerja, lalu pelayanannya juga lebih humanis,” sebutnya. Saat ini terdapat dua kawasan di Aceh Timur yang juru parkirnya didominasi oleh perempuan, yaitu Pasar Peureulak sebanyak 17 orang dan Pasar Idi Rayeuk sebanyak 16 orang. Profesi jukir memang lazimnya dilakoni oleh kaum lelaki. Namun, tidak menutup kemungkinan bagi kaum perempuan untuk ikut berperan agar tatanan lalu lintas kota menjadi lebih teratur. (AM)

Mendekati Idul Adha, KMP. Teluk Singkil Tambah Trip Pelayaran

Tepatnya pukul 17.00 WIB sebanyak 257 penumpang KMP. Teluk Singkil berangkat dari Pelabuhan Penyeberangan Labuhan Haji menuju Pelabuhan Penyeberangan Sinabang, Sabtu (17/07/2021). Kapal milik PT ASDP Indonesia Ferry ini juga membawa kendaraan golongan II sebanyak 24 unit, golongan IV penumpang sebanyak 8 unit, golongan IV barang sebanyak 5 unit, dan kendaraan golongan V sebanyak 5 unit. Meskipun tidak semua penumpang yang telah tiba di pelabuhan dapat menaiki kapal ini, pada Senin besok, pukul 17.00 WIB kapal akan kembali berlayar dari Labuhan Haji menuju Sinabang. Diimbau kepada setiap pengguna jasa penyeberangan untuk tetap mematuhi protokol kesehatan. Informasi yang diperoleh dari petugas ASDP Cabang Singkil, KMP. Teluk Singkil tiba dengan selamat di Sinabang pada Minggu pagi (18/07/2021) pukul 05.30 WIB.