Dishub

Stiker Pemantul Cahaya Wajib Digunakan Kendaraan Barang

BANDA ACEH – Kepala Dinas Perhubungan Aceh, diwakili Kepala Bidang Lalu Lintas Angkutan Jalan (LLAJ), Deddy Lesmana hadiri sosialisasi peningkatan keselamatan angkutan barang melalui pemakaian stiker alat pemantul cahaya (APC) di Hermes Hotel Banda Aceh, Senin, 30 Mei 2022. Acara yang berlangsung secara hybrid (daring dan luring) ini diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, Kementerian Perhubungan RI. Direktur Sarana Transportasi Jalan, Danto Restyawan, saat membuka acara ini via daring, menyebutkan bahwa stiker pemantul cahaya telah menjadi salah satu persyaratan teknis yang wajib dipenuhi kendaraan wajib uji berkala jenis mobil barang. Keberadaan alat pemantul cahaya pada mobil barang, ungkap Danto, supaya mengurangi risiko kecelakaan tabrak belakang maupun tabrak samping yang saat ini masih banyak terjadi, khususnya pada malam hari. Kecelakaan mayoritas disebabkan pengemudi truk tidak melihat adanya kendaraan di depan karena keadaan lingkungan yang gelap. “Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk memastikan keselamatan angkutan barang di jalan raya,” ungkapnya. Ketentuan ini mengacu pada Peraturan Menteri (PM) Perhubungan Nomor 74 Tahun 2021 tentang perlengkapan keselamatan kendaraan bermotor, serta Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat tentang pedoman teknis alat pemantul cahaya tambahan pada kendaraan bermotor, kereta gandengan, dan kereta tempelan. Berdasar PM Perhubungan Nomor 74 Tahun 2021, mobil barang yang diwajibkan berstiker adalah mobil yang memiliki jumlah berat bruto (JBB) 7,5 ton ke atas atau memiliki konfigurasi sumbu 1,2. Untuk jenis mobil meliputi mobil bak muatan terbuka maupun bak tertutup, seperti mobil tangki dan mobil concrete pump (mobil pengaduk semen). Selain pada mobil barang, stiker pemantul cahaya ini juga berlaku bagi kereta gandengan dan kereta tempelan yang dipasang pada bagian samping dan belakang kendaraan. Danto berharap sosialisasi ini dapat memberi keseragaman pemahaman tugas bagi seluruh petugas pengujian kendaraan bermotor serta bagi pengusaha angkutan barang dan karoseri yang ada di Aceh. Pada kesempatan yang sama, Kepala Dinas Perhubungan Kota Banda Aceh, Wahyudi dalam sambutannya menjelaskan bahwa upaya-upaya demi terciptanya kendaraan bermotor yang berkeselamatan sudah menjadi tugas seluruh insan perhubungan. Salah satunya dengan memastikan terpenuhinya persyaratan teknis dan laik jalan melalui Unit Pengujian Kendaraan Bermotor (UPKB) pada setiap kendaraan yang beroperasi di jalan raya, sebut Wahyudi. Selepas sosialisasi, acara hari ini dilanjutkan dengan inspeksi angkutan barang dan pemasangan stiker pemantul cahaya pada mobil barang di Terminal Mobil Barang (Mobar) di Desa Santan, Aceh Besar. (AM)

Pemerintah Aceh Jadi Daerah Pertama di Indonesia Pakai Sepeda Motor Listrik

BANDA ACEH – Pemerintah Aceh menjadi daerah pertama di Indonesia yang menggunakan sepeda motor listrik untuk operasional kedinasan. Hal ini terbukti dengan penyerahan sepeda motor listrik kepada petugas pengumpul data perindustrian dan survei kebutuhan pokok di 23 Kabupaten/Kota oleh Gubernur Aceh, Nova Iriansyah, Jumat, 27 Mei 2022. Sepeda motor listrik buatan dalam negeri ini, sebut Nova, akan digunakan oleh Tim dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan di setiap Kabupaten/Kota untuk mendata usaha perdagangan dan industri yang ada di setiap daerah di Aceh. Pemerintah Aceh memilih kendaraan berdaya listrik sebagai kendaraan operasional tentunya dengan alasan yang cukup jelas. Menurut Nova, selain untuk menghemat biaya dan mempermudah kinerja, pemilihan motor listrik Gesits ini sebagai bentuk apresiasi terhadap karya anak bangsa. Tidak kalah pentingnya, tambah Nova, penggunaan sepeda motor ini juga sebagai bentuk pengenalan kepada masyarakat Aceh tentang kendaraan hemat energi dan bersih lingkungan. Menurut Nova, penggunaan kendaraan listrik ini merupakan inovasi kecil untuk menuju lompatan besar di masa depan. Ia juga mendorong percepatan terbitnya regulasi yang mengatur penggunaan kendaraan listrik untuk operasional kedinasan khususnya di lingkup Pemerintah Aceh. “Dengan demikian, nantinya kita siap berpartisipasi mendukung operasional seluruh kendaraan bertenaga listrik di Indonesia pada tahun 2050,” sebut Nova. Di samping itu, Nova bersyukur dan mengapresiasi PT PLN Wilayah Aceh yang telah menyiapkan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) di sejumlah titik di Aceh untuk kelancaran operasional lapangan. Di antaranya, SPKLU di Kantor Induk PT PLN Wilayah Aceh yang telah diresmikan beberapa waktu lalu oleh Kadishub Aceh, Teuku Faisal, mewakili Gubernur Aceh. Fasilitas yang telah tersedia ini nantinya bisa dimanfaatkan oleh petugas yang berada di daerah untuk pengecasan baterai sepeda motor. “Saya mengucapkan terima kasih kepada GM PT PLN Wilayah Aceh atas dukungan ini. Semoga kerjasama seperti ini dapat terus kita tingkatkan di masa depan,” ungkap Nova. Selepas penyerahan secara simbolis, Nova bersama Direktur Lalu Lintas Polda Aceh, Dicky Sondani, dan sejumlah tamu yang hadir ikut menjajal kehebatan sepeda motor listrik Gesits ini. Turut hadir dalam acara ini Kepala Dinas Perhubungan Aceh, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Aceh, Kepala Badan Pengelolaan Keuangan Aceh, Kepala Energi dan Sumber Daya Mineral Aceh, GM PT PLN Wilayah Aceh, Pimpinan PT WIMA, Kepala Dinas Perdangan di tingkat Kabupaten/Kota, Kepala UPTD Samsat Banda Aceh, para petugas pengumpul data dari seluruh Kabupaten/Kota. (AM)

Kereta Api Aceh Dulu dan Kini

Tanggal 17 Juni 1864 menjadi awal sejarah p e r k e r e t a a p i a n Nusantara, dimulai pembangunan rel lintasan Desa Kemijen – Desa Tanggung sepanjang 26 km. Pada tahun 1874 atau 10 tahun kemudian, rel kereta api pertama dibangun di Aceh oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda ke-54, James Loudon, dengan lintasan Ulee Lheue – Kuta Radja. Pada tahun 1884, jalur kereta api diubah lebar relnya, dari 1067 mm menjadi 750 mm. Hal ini sesuai dengan keinginan Pemerintah Hindia Belanda, yaitu jalan rel yang akan dibangun harus berada pada satu ruang dengan jalan raya. Kereta api ini dioperasikan oleh perusahaan kereta api milik pemerintah Hindia – Belanda, Atjeh Tram (AT) yang berubah nama menjadi Atjeh Staats Spoorwegen (ASS) pada tahun 1916. Perusahaan tersebut mengelola perkeretaaapian di Aceh dengan panjang lintasan 511 km dengan total investasi yang pembangunan sebesar 20.000.000 gulden atau setara ± Rp. 10,5 triliun jika dikonversi dengan nilai rupiah saat ini. Namun pada tahun 1982 angkutan kereta api Aceh benar-benar terhenti, karena tidak mampu bersaing dengan sarana transportasi jalan raya yang sudah semakin baik pada saat itu. Trans Sumatera Railway Pada tahun 2002 dibuatlah Rencana Umum Pengembangan Kereta Api Sumatera, yang merupakan hasil kesepakatan Gubernur se-Sumatera. Program Perkeretaapian Aceh merupakan bagian dari program Trans Sumatera Railway Development yang akan menghubungkan kota-kota di Aceh dengan kota-kota lain di Sumatera. Pembangunan kereta api Aceh dimulai kembali dari lintas Bireuen – Lhokseumawe dengan lebar sepur 1435 mm (standard gauge) sesuai dengan rekomendasi dari sebuah perusahaan asal Perancis Société Nationale des Chemins de fer Français (SNCF) melakukan studi di tahun 2005 dan merekomendasikan lokasi tersebut karena dinilai sangat strategis dari segi potensi pengembangan wilayah kedua daerah tersebut. Pada tahun 2013, lintasan Bireuen – Lhokseumawe dengan Stasiun Krueng Mane – Stasiun Bungkaih – Stasiun Krueng Geukueh dilakukan uji coba dengan panjang lintasan 11,35 km. Lintasan Krueng Mane – Bungkaih – Krueng Geukueh menjadi satu-satunya lintasan aktif di Indonesia yang menggunakan standard gauge yang saat ini digunakan oleh hampir 60% trek kereta api di seluruh dunia. Kereta api yang melayani Stasiun Krueng Mane – Stasiun Krueng Geukueh pertama kali beroperasi pada tanggal 3 November 2016. Kereta Api ini diberi nama KA Cut Meutia yang diambil dari nama seorang pahlawan nasional Indonesia wanita asal Aceh. Kereta Api Cut Meutia merupakan salah satu angkutan kereta api perintis yang diselenggarakan di beberapa wilayah di Indonesia oleh Kementerian Perhubungan RI melalui Direktorat Jenderal Perkeretaapian. Oleh karenanya masyarakat yang ingin menggunakan kereta api ini hanya dikenakan biaya sebesar Rp. 1000,- per orang. Saat ini hanya ada tiga Stasiun yang telah beroperasi di Aceh yaitu; Stasiun Krueng Mane, Bungkaih, dan Krueng Geukueh. Sementara itu terdapat dua stasiun yang sudah selesai pembangunannya yaitu; Stasiun Kuta Blang dan Geurugok di Kabupaten Bireuen. Direncanakan pada lintasan kereta api antara Stasiun Kuta Blang – Krueng Mane akan segera dioperasikan dalam waktu dekat. Jarak antara Stasiun Kuta Blang dengan Krueng Mane adalah sejauh 10,1 km, sehingga apabila lintasan ini dioperasikan, total keseluruhan panjang jalan rel yang beroperasi akan menjadi 21,45 Km. Direktorat Jenderal Perkeretaapian melalui Balai Teknik Perkeretaapian Kelas II Wilayah Sumatera Bagian Utara juga telah merencanakan pembangunan kembali lintasan ke arah Paloh – Lhokseumawe dengan jarak 8 kilometer. (Arrad Iskandar) Selengkapnya Cek dan Unduh di: Tabloid Aceh TRANSit Edisi 9

Mahasiswa Sangat Membutuhkan Kehadiran Bus Trans Koetaradja

BANDA ACEH – Trans Koetaradja kembali leluasa bertemu dengan pelanggannya setelah dua tahun dibatasi pelayanannya. Kini, suasana halte kembali ramai. Salah satunya seperti yang terlihat di halte Masjid Darussalam. Tampak mahasiswa berbondong-bondong keluar dari bus Trans Koetaradja, Senin, 23 Mei 2022. Khusus bagi pelajar, pelayanan transportasi umum sangatlah dibutuhkan karena aktivitas mobilitas dilakukan dengan bus. Seperti salah satu mahasiswi Keperawatan Universitas Syiah Kuala (USK) asal Indrapuri, Nur Daesfi Ranscah Putri. Ia sehari-hari menggunakan bus Trans Koetaradja untuk sampai di kampus sejak pertama masuk kuliah Tahun 2020. “Saya pribadi sangat berharap agar tarif bus free terus dan pelayanannya ditingkatkan menjadi lebih baik lagi, terutama kami sangat berharap jadwal bus semakin tepat waktu, jadi kami pun tidak telat masuk kuliah,” ujar Daesfi. Daesfi biasanya berangkat dari rumahnya di Indrapuri menggunakan labi-labi menuju Masjid Raya Baiturrahman. Dari halte tersebut, ia melanjutkan perjalanannya dengan bus Trans Koetaradja yang bergerak ke arah Darussalam. Halte Kedokteran Universitas Syiah Kuala menjadi tujuan singgahannya, sebelum ia melanjutkan berjalan kaki atau menggunakan jasa ojek online menuju gedung perkuliahannya yang berjarak lebih kurang 300 meter dari halte. Hal ini ia lakoni setiap hari selama masa perkuliahan. (AM)

294.287 Pergerakan Penumpang di Aceh Selama Lebaran 1443 H

Selama periode angkutan lebaran tahun 2022, atau sejak 21 April hingga 10 Mei, ratusan ribu pergerakan orang tercatat menggunakan layanan transportasi umum. Angka pergerakan orang tersebut terekam melalui simpul-simpul transportasi, baik darat, laut, maupun udara, yang ada di seluruh Aceh. Kriteria perjalanan pada periode angkutan lebaran ini pun cukup bervariasi, mulai dari perjalanan mudik, kunjungan wisata, hingga arus balik ke daerah asal. Berdasar data yang diperoleh, transportasi penyeberangan dan laut menjadi moda yang cukup diminati oleh masyarakat Aceh, yaitu terdapat sebanyak 162.925 pergerakan orang pada moda ini. Angka tersebut cukup relevan, sebab banyak masyarakat Aceh yang tinggal di wilayah kepulauan, seperti Pulau Simeulue, Pulau Sabang, Pulau Banyak, dan Pulo Aceh. Selain itu, pada periode ini juga terjadi lonjakan kunjungan pariwisata pada sejumlah destinasi, khususnya Pulau Weh Sabang dan Pulau Banyak. Kemudian, angka tertinggi selanjutnya terlihat pada moda transportasi darat, yaitu sebanyak 107.896 pergerakan orang. Jumlah pergerakan masyarakat di Aceh menggunakan angkutan darat umum ini terdata dari dua rute trayek, yaitu angkutan antar kota antar provinsi (AKAP) dan angkutan antar kota dalam provinsi (AKDP). Sementara itu, pada periode yang sama, perjalanan orang menggunakan burung besi alias pesawat udara di Aceh mencapai 23.466 pergerakan. Meski tarif tiket pesawat pada masa tersebut melambung tinggi, tapi tidak menyurutkan keinginan untuk berlebaran bersama keluarga di kampung halaman. (AM)

Serba-Serbi Kegiatan Pemudik di Aceh

Lebaran Idul Fitri 1443 H menjadi momen mudik dan liburan yang paling ditunggu-tunggu oleh masyarakat seantero negeri. Bagaimana tidak, setelah 2 tahun lamanya diberlakukan pembatasan kegiatan dan tidak diperbolehkan mudik akibat pandemi Covid-19 di Indonesia. Beriringan dengan itu, ada ragam momen dan cerita unik nan menarik yang dialami oleh mereka yang mudik maupun melakukan perjalanan liburan menggunakan armada transportasi. Ada cerita suka, ada pula cerita duka. Tentu semua ini menjadi pengalaman untuk dijadikan pelajaran bagi semua pihak saat tiba musim mudik di tahun-tahun berikutnya. (AM)

Masuki H+5 Lebaran, 97 Pelancong Menuju Pulau Banyak

SINGKIL – Memasuki H+5 lebaran, Sabtu, 7 Mei 2022, KMP Aceh Hebat 3 layani penyeberangan ratusan pemudik dan wisatawan yang hendak berlibur ke Pulau Banyak maupun kembali ke Singkil. Menurut data manifes kapal, pada aktivitas penyeberangan hari ini terdapat 97 pelancong yang bergerak ke Pulau Banyak. Sementara pada siang harinya, 200 penumpang terlihat kembali ke Singkil setelah menghabiskan masa liburannya di pulau ini. Sejauh pantauan Tim AcehTRANSit, mayoritas penumpang tersebut merupakan wisatawan yang akan berlibur menuju pulau banyak, sedangkan arah sebaliknya beberapa wisatawan telah beranjak dari pulau banyak untuk kembali menuju ke daerah masing-masing. Pergerakan penumpang pada arus balik lebaran ini telah mengalami kenaikan sejak Kamis 5 Mei kemarin dan diperkirakan akan terus meningkat hingga H+6 pada Minggu esok. Salah seorang penumpang, Naifadia (22), yang berasal dari Medan mengungkapkan, ia datang bersama rombongan keluarga untuk berlibur di Pulau Banyak karena penasaran dengan pesona keindahan gugusan kepulauan yang ada di sisi barat Aceh Singkil ini. Naifadia menambahkan, pesona keindahan yang ada ternyata jauh lebih mengagumkan dari yang ia lihat di media sosial. Selain itu, sebutnya, akses transportasi menuju ke Pulau Banyak juga telah memadai dengan adanya KMP Aceh Hebat 3 dengan fasilitasnya yang sudah cukup baik. Sementara itu, Nahkoda KMP Aceh Hebat 3, diwakili Mualim I, Chief Indralaif Harahap kepada AcehTRANSit, menyampaikan bahwa selama periode libur lebaran ini terjadi kenaikan penumpang yang cukup signifikan. Puncaknya pada Jumat (6/5) kemarin dimana lonjakan penumpang mencapai 300%. “Ada 700 penumpang diberangkatkan baik dari Singkil maupun Pulau Banyak,” sebutnya. “Mayoritas wisatawan banyak yang tetap berlibur ke Pulau Banyak meski sebenarnya cuaca dan alun laut sedang tidak bersahabat. Kami mengimbau calon penumpang agar tetap menjaga kondisi badan agar tetap sehat selama periode libur lebaran ini.” sebutnya. (AM)

124 Ribu Warga Aceh Melakukan Mudik dan Liburan

BANDA ACEH – Sebanyak 124.581 orang di Aceh terpantau melakukan perjalanan mudik maupun liburan menggunakan berbagai jasa angkutan transportasi, baik moda transportasi darat, laut, dan udara. Berdasar data yang terhimpun per 21 April hingga 4 Mei 2022, atau H+2 lebaran Idul Fitri 1443 H, sebagian besar memilih jasa angkutan darat untuk perjalanan mudik dan liburan, dengan total penumpang yang tercatat sebanyak 68.825 orang. Sedangkan pelaku perjalanan dengan angkutan laut, baik kapal penyeberangan atau Sabuk Nusantara, berada pada posisi kedua dengan total penumpang 40.327 orang. Lalu disusul oleh angkutan udara dengan jumlah penumpang sebanyak 15.429 orang. Sementara itu, guna menghindari puncak arus mudik, Kepala Dinas Perhubungan Aceh, Teuku Faisal mengimbau para pemudik di Aceh untuk merencanakan perjalanan balik ke daerah asal dengan cermat agar perjalanan lebih nyaman dan terhindar dari kemacetan. Sebab, puncak arus balik diperkirakan akan terjadi pada hari Sabtu dan Minggu (7-8 Mei 2022) mendatang. (AM)

Kapolda Aceh dan Forkopimda Cek Posko Mudik

BANDA ACEH – Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Aceh, Irjen Ahmad Haydar bersama Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Aceh lakukan pengecekan Posko Pengamanan mudik lebaran 2022 di Pelabuhan Penyeberangan Ulee Lheue dan Terminal Tipe A Banda Aceh, Sabtu, 30 April 2022. Pada kunjungan tersebut, Kapolda bersama Kadishub Aceh, Teuku Faisal dan rombongan ikut menyerahkan sembako kepada petugas posko yang sedang bertugas. Kapolda berharap petugas selalu siaga dalam memantau perjalanan mudik masyarakat Aceh untuk berlebaran di kampung halaman. Di samping itu, rombongan juga mengecek gerai vaksin yang berada di Terminal Tipe A Banda Aceh. Gerai ini mulai beroperasi sejak 2 hari yang lalu, sejak Kamis, 28 April, untuk memudahkan masyarakat yang belum memiliki vaksin ketiga atau booster saat hendak menggunakan jasa angkutan umum. Bedasar informasi yang diperoleh dari petugas, gerai vaksinasi tersebut akan beroperasi hingga 8 Mei mendatang. Bagi masyarakat yang ingin mudik namun masih terkendala vaksinasi, bisa berkunjung ke tempat ini untuk memperoleh dosis vaksinasi. (AM)  

Peran Masyarakat, Faktor Penting Wujudkan Perjalanan Mudik Yang Selamat, Aman, Nyaman, Sehat, dan Bertanggung Jawab

Jakarta – Peran masyarakat menjadi faktor penting dalam mewujudkan perjalanan mudik yang selamat, aman, nyaman, sehat, dan juga bertanggung jawab. Hal ini mengemuka dalam diskusi kelompok terpumpun atau Focuss Group Disscussion (FGD) bertema “Kupas Tuntas Angkutan Lebaran” yang diselenggarakan Ditjen Perhubungan Darat Kemenhub secara virtual di Jakarta, Kamis (31/3). Dalam FGD dengan pembicara kunci Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, dan menghadirkan narasumber dari berbagai kalangan yakni: Dirjen Perhubungan Darat Budi Setiyadi; Pengamat Transportasi/Kebijakan Publik Djoko Setijowarno dan Alvin Lie; Akademisi dan Budayawan Prof. Imam Prasodjo; dan Ketua YLKI Tulus Abadi, menyepakati bahwa kolaborasi antara pemerintah melalui kebijakan dengan masyarakat pelaku mudik yang bertanggung jawab, berperan penting dalam mensukseskan kegiatan mudik di tengah masa pandemi. Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan, pada tahun ini pemerintah memutuskan membolehkan masyarakat untuk melakukan mudik di di tngah pandemi Covid-19. Dimana masyarakat boleh melakukan perjalanan dengan semua moda transportasi, tanpa harus melakukan tes PCR atau antigen, asalkan sudah menjalani vaksin dosis lengkap dan booster. “Berdasarkan survey dari Badan Litbang Perhubungan, keinginan masyarakat untuk melaksanakan perjalanan selama libur lebaran sangat tinggi. Hal ini sangat dimaklumi setelah selama dua tahun terakhir ini dilakukan pembatasan perjalanan selama libur lebaran,” kata Menhub. Untuk itu, lanjut Menhub, animo yang tinggi ini harus diiringi dengan kesiapan sarana dan prasarana transportasi yang selamat, aman, nyaman, sehat, di tengah pandemi Covid-19. Meskipun tingkat penyebaran Covid-19 semakin menurun, namun harus tetap diwaspadai, mengingat pengalaman sebelumnya bahwa meningkatnya mobilitas di hari libur nasional atau keagamaan, selalu diikuti dengan peningkatan kasus Covid-19. Pada kesempatan yang sama, Juru Bicara Satgas Penanganan Covid 19 Prof. Wiku Bakti Bawono Adisasmito mengimbau masyarakat segera memenuhi dosis vaksinasi lengkap maupun booster sekurang-kurangnya 4 (empat) minggu, khususnya sebelum menjalankan kegiatan sosial berskala besar seperti mudik. Ia juga menyampaikan pentingnya cakupan imunitas masyarakat pada masa angkutan lebaran terutama di daerah – daerah yang menjadi tujuan utama mudik seperti Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jawa Barat. “Para pemudik yang bertanggung jawab, akan memastikan mereka sehat dengan cara melakukan testing (meskipun sudah vaksin dosis lengkap dan booster), dan menjaga kesehatannya dengan disiplin menerapkan prokes,” jelas Wiku. Berdasarkan hasil dari dua kali survei online yang dilakukan Badan Litbang Perhubungan (Balitbanghub) terkait potensi pergerakan orang selama Angkutan Lebaran Tahun 2022, pada survei pertama ditemukan sebesar 20,3%, atau sebanyak 55 juta orang akan bepergian ke luar kota pada masa angkutan lebaran tahun 2022. Sedangkan, hasil survei berikutnya setelah kebijakan test antigen/PCR di masa angkutan lebaran dihapuskan, terdapat peningkatan jumlah pergerakan nasional menjadi 29.4% atau 79.4 juta orang akan melakukan perjalanan ke luar kota. Sumber: Kemenhub RI