Dishub

Si Biru Trans Jantho

Berjarak sekitar 16 kilometer dari Jalan Nasional Banda Aceh – Medan, membuat Kota Jantho, ibukota Aceh Besar, relatif sepi dari hiruk pikuk lalu lintas. Maklum, kota yang dibentuk pada tahun 1984 ini hanya dihuni sekitar 11.000 jiwa penduduk yang tersebar di 13 desa. Sebagai ibukota kabupaten, Kota Jantho menjadi pusat pemerintahan yang dikelola oleh para aparatur sipil negara (ASN). Hanya sedikit dari ASN ini yang tinggal di Jantho, karena sebagian besar ASN ini memilih tinggal di tempat asal mereka, yaitu kecamatan lain di Aceh Besar, bahkan ada sebagian yang tinggal di Banda Aceh. Tapi itu tidak masalah, karena memang pusat pemerintahan tidak mesti selalu ramai dengan hiruk pikuk warga. Lagipula, tak ada kewajiban bagi para ASN tinggal di kecamatan yang sama dengan tempat mereka bekerja. Yang sedikit menjadi masalah adalah, sejumlah ASN yang tinggal di pinggiran Banda Aceh, harus menempuh jarak hingga 60 km dengan waktu sekitar 2 jam untuk tiba di tempat kerja. Tapi itu dulu, sebelum jalan Tol Sibanceh, khususnya seksi Indrapuri-Jantho dibuka. Kini, setelah jalan tol ada, jarak itu telah terpangkas dengan waktu tempuh yang relatif lebih cepat. Seiring dengan itu, pihak Dinas Perhubungan (Dishub) Aceh Besar, menyediakan satu unit bus untuk memudahkan para ASN ini mencapai tempat kerja mereka. Bus yang diberi nama Trans Jantho ini tak hanya memberikan kenyamanan, tapi juga cepat di perjalanan, karena melewati jalan tol dari Blang Bintang hingga Jantho. Kabid Darat Dishub Aceh Besar, Herdiansyah kepada Aceh TRANSit mengatakan, angkutan Trans Jantho ini adalah program Bupati Aceh Besar tentang angkutan massal. Bus ini melayani penumpang umum dan para ASN dari Banda Aceh ke Jantho dan sebaliknya. Pengoperasian bus tersebut dilakukan oleh Bupati Aceh Besar Mawardi Ali Bersama jajarannya pada 29 Desember 2020 lalu di lapangan parkir Mal Pelayanan Terpadu Lambaro, Aceh Besar. “Sekarang memang baru tersedia satu unit bus berkapasitas 39 kursi, target pada tahun ini bisa tersedia menjadi dua unit,” ujar Herdiansyah yang ditemui Aceh TRANSit di kantor Dishub Aceh Besar, di Jantho. Sejak Januari 2021 lalu, setiap pukul 7 pagi, si biru yang disopiri Ayah (69) muncul dari arah Banda Aceh menuju tempat mangkal bus di simpang Lambaro Aceh Besar. Ayah dengan sabar menunggu penumpang yang akan menuju Kota Jantho. Ketika penumpang sudah penuh, tepat pukul 7.30 WIB Ayah pun menutup pintu dan meluncurkan Trans Jantho ini menuju Kota Jantho. Rutenya adalah dari Lambaro menuju pintu Tol Blang Bintang hingga ke luar di gerbang Tol Jantho. Aktivitas Ayah bersama si biru ini berlangsung setiap hari kerja, kecuali tanggal merah. Sukariali (45) ASN honorer di Dinas Pertamanan Kabupaten Aceh Besar yang ditemui saat menunggu Trans Jantho di Simpang Lambaro berbagi cerita tentang bus biru ini. “Tahun lalu saya masih mengendarai sepeda motor pulang pergi Banda Aceh – Jantho sejauh kurang lebih 60 kilometer, cukup melelahkan dan boros biaya,” ungkapnya. “Sekarang dengan adanya si biru Trans Jantho sangat membantu kami para pegawai kecil ini, pulang-pergi tanpa biaya,” ungkap Sukariali beliau sambil menghabisi sisa kopi di gelas. Ia menutup pembicaraan dengan tersenyum dan bergegas memasuki bus, agar dapat tempat duduk di dalam bus yang akan membawanya ke Jantho. Selain untuk para ASN bus ini juga bisa digunakan oleh penumpang umum lainnya yang sedang ada keperluan ke Kota Jantho. Bagi mereka yang membawa sepeda motor bisa menitipkan kenderaan roda dua mereka di beberapa tempat penitipan sepeda motor yang kini telah banyak tersedia di kawasan simpang Lambaro, Aceh Besar.(Rizal Syahisa)

Hati-hati, Ada Tumpahan Minyak di Simpang Beutong Saree

Telah terjadi tumpahan CPO (Crude Palm Oil) di Jalan Nasional Banda Aceh – Medan, tepatnya di Simpang Beutong turunan Saree, Aceh Besar menuju Laweung, Sabtu, 25 September 2021. Akibat tumpahan ini, terjadi kecelakaan yang melibatkan 2 unit kendaraan roda 4, serta 1 kendaraan terperosok ke luar badan jalan. Kecelakan tersebut juga menyebabkan beberapa pengendara mengalami luka-luka. Menurut pengakuan salah seorang warga yang menyaksikan langsung di lokasi kejadian, tumpahnya CPO disebabkan oleh kran dari tangki truk pengangkut tidak berfungsi dengan baik, dan hanya terikat menggunakan karet ban. Saat berita ini diturunkan, sejumlah petugas kepolisian dari Polsek Muara Tiga sudah berada di lokasi untuk melakukan pengawasan agar tidak terjadi kecelakaan lainnya. Bagi RakanModa yang akan melewati jalur ini, dihimbau agar berhati-hati, dan mengikuti arahan dari petugas kepolisian agar perjalanannya aman dan selamat.

Pengusaha Angkutan Perlu Ditertibkan

Sekretaris Daerah Kabupaten Aceh Singkil, Azmi didampingi Asisten I Sekdakab Aceh Singkil, Junaidi menerima silaturrahmi Kepala Dinas Perhubungan Aceh, Junaidi beserta jajaran di ruang kerjanya, selasa, 14 September 2021. Pertemuan ini membahas operasional Terminal Tipe B Aceh Singkil yang berada di Rimo. Beberapa perusahaan angkutan yang beroperasi di terminal belum memaksimalkan loket yang telah tersedia di dalam gedung terminal. Beberapa angkutan umum ini juga masih memakai plat hitam. Demi keselamatan, pemerintah daerah perlu melakukan intervensi agar operasional terminal beroperasi secara optimal dan tertib. Junaidi menyampaikan bahwa penertiban bertujuan untuk mendisiplinkan operator angkutan umum guna memfungsikan terminal sebagaimana mestinya. Langkah ini juga untuk menciptakan kenyamanan dan kelancaran lalu lintas bagi pengendara lainnya. Azmi mengatakan bahwa pihaknya siap membantu melakukan penertiban karena sangat disayangkan fasilitas yang telah ada tidak dimanfaatkan dengan optimal. “Kami mengupayakan penertiban terlaksana, dan juga akan merangkul para pengusaha angkutan untuk menyelanggarakan pelayanannya sesuai aturan yang berlaku,” ujarnya dalam pertemuan tersebut. Koordinasi dengan stakeholder terkait menjadi alternatif dalam mengayomi semua pihak ikut berpartisipasi agar aktivitas terminal menjadi tertib. “Kita pikir juga perlu adanya Peraturan Bupati yang mengatur operasional terminal sesuai peruntukan kewenangan,” tambah Azmi. Asisten I Setda Kabupaten Aceh Singkil, Junaidi menyampaikan bahwa permasalahan yang terjadi pada angkutan yang tidak masuk ke terminal menilik pada kondisi geografis Singkil sebagai tujuan, bukan merupakan daerah lintasan wilayah lainnya, sehingga angkutan sedikit enggan masuk ke dalam terminal. Kadishub Aceh juga menambahkan bahwa masih banyak kekurangan yang ada di terminal, namun kami terus mengevaluasi kebutuhan fasilitas di terminal sehingga mampu melayani aktivitas pergerakan masyarakat. Di akhir pertemuan, Sekda Singkil mengungkapkan koordinasi lanjutan bisa dilakukan guna meningkatkan pelayanan transportasi bagi masyarakat. “Pintu koordinasi kami terbuka setiap saat, jangan sungkan-sungkan untuk mencari kami dalam mewujudkan penertiban terminal ini,” pungkasnya. (MS)

Melihat ‘Roburnya’ Warga Abdya yang Bantu Evakuasi Korban Tsunami

Kalau di Banda Aceh dulu ada Robur, bus ini adalah “Robur”-nya Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya). Begitulah kira-kira cara Junaidi mendeskripsikan bus bantuan dari Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, Kementerian Perhubungan RI pada tahun 2002 ini. Baca Mengenang Robur, Si Pengantar Mahasiswa Junaidi sendiri adalah juru mudi yang telah mengoperasikan bus tersebut belasan tahun lamanya. Ia bercerita, setiap hari sekolah, ia mulai menyetiri bus sejak pukul 7 pagi ke sekolah-sekolah di Abdya. Lalu kembali melakukan hal serupa pada jam pulang sekolah di siang hari. Ongkos untuk menaiki bus khusus pelajar ini pun sangat murah. Pelajar cukup membayar Rp 1.000 untuk semua tujuan yang dilewati oleh bus. Junaidi menyebutkan, bus ini punya jasa yang tak terhingga saat bencana tsunami di Aceh pada 2004 lalu. Sebab, bus ini ikut membantu evakuasi korban tsunami di wilayah Barat Aceh hingga Banda Aceh. Selain membantu proses evakuasi, bus berplat merah ini juga membantu distribusi logistik dari Medan ke wilayah Barat Selatan Aceh pasca tsunami. (AM)

Tren E-commerce Telah Jadi Gaya Hidup Masyarakat Aceh

BANDA ACEH – Tren e-commerce telah mengubah pola aktivitas masyarakat. E-commerce sendiri merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut semua aktivitas jual beli yang dilakukan lewat perangkat elektronik. Sehingga, angkutan logistik atau cargo menjadi pendukung utama dalam kegiatan ini. Bahkan tren memanfaatkan e-commerce seakan sudah menjadi gaya hidup sebagai masyarakat kita terkhusus Aceh. Hal itu disampaikan oleh Kepala Dinas Perhubungan Aceh, Teuku Faisal saat mewakili Pj. Gubernur Aceh dalam acara Annual Meeting JNE Aceh 2022 di Hotel Amel Convention Hall, Rabu, 28 Desember 2022. Tentu saja tren ini membuka kesempatan bagi pengusaha lokal untuk memperluas pasar produknya di tingkat nasional. “Peran perusahaan ekspedisi akan sangat vital dalam memperlancar bisnis tersebut,” kata Teuku Faisal. Pada kesempatan ini, Teuku Faisal juga mengajak manajemen PT. JNE untuk memanfaatkan peluang mengembangkan bisnisnya di Aceh. Sebagai perusahaan ekspedisi yang telah berpengalaman selama 25 tahun, ada baiknya PT. JNE menjalin kerjasama dengan UMKM lokal dalam memperlancar transaksi itu, mengingat ada cukup banyak produk UMKM Aceh yang memikat pasar nasional. “Jika kerjasama ini dapat direalisasikan, tentunya kedua pihak akan saling mendapatkan keuntungan. Pemerintah Aceh akan sangat mendukung segala upaya yang dapat memperluas pasar produk lokal hingga ke tingkat nasional. Dengan demikian aktivitas bisnis masyarakat kian berkembang, dan tentu saja efeknya dapat memberikan keuntungan secara finansial bagi pelaku UKMM lokal,” lanjut Faisal.(AM)