Dishub

Dishub Aceh Gandeng Komunitas Vespa Bersihkan Rambu Jalan

Banda Aceh – Dinas Perhubungan Aceh menyelenggarakan aksi bersih-bersih rambu jalan bersama puluhan anggota komunitas vespa Banda Aceh pada Minggu, 21 September 2025. Aksi sosial yang berlangsung di sepanjang ruas jalan lintas barat Aceh ini merupakan rangkaian dari acara peringatan Hari Perhubungan Nasional (Harhubnas) tahun 2025 di Aceh sekaligus memperingati World Cleanup Day 2025 yang jatuh pada 20 September 2025. Kepala Dinas Perhubungan Aceh melalui Sekretaris Dinas Teuku Rizki Fadhil menyebutkan, kegiatan ini merupakan bentuk kolaborasi Dishub Aceh sebagai upaya untuk bersama-sama menjaga fasilitas keselamatan (faskes) jalan serta mengkampanyekan keselamatan berkendara. “Rambu-rambu yang sudah kotor dan tertutup oleh debu kita bersihkan sama-sama supaya tetap berfungsi dengan baik serta memberi rasa aman bagi pengendara,” ungkap Teuku Rizki. Dishub Aceh membekali para peserta dengan peralatan kebersihan seperti cairan pembersih, kain lap, sapu, dan beberapa barang lainnya untuk digunakan saat pembersihan berlangsung. Di samping pembersihan rambu, peserta aksi juga mengganti beberapa cermin cembung yang rusak dan tidak berfungsi lagi dengan yang baru. Teuku Rizki menyampaikan rasa terima kasih kepada seluruh anggota komunitas yang turut ambil bagian dalam kegiatan ini. “Terima kasih atas partisipasi kawan-kawan semua, semoga aksi kecil kita hari ini bisa bermanfaat bagi pengendara yang melintas,” sebutnya. Pada kesempatan yang sama, Mannan, salah satu perwakilan komunitas vespa, juga turut menyampaikan apresiasinya kepada Dishub Aceh yang telah melibatkan pihaknya dalam kegiatan ini. “Semoga ke depan kolaborasi bersama Dishub Aceh terus terjalin dengan baik serta anggota komunitas vespa yang terlibat semakin banyak,” sebutnya. Kegiatan bersih-bersih rambu bersama komunitas vespa Banda Aceh ini ditutup dengan pembagian doorprize bagi peserta yang berhasil menjawab pertanyaan seputar dunia perhubungan. Doorprize tersebut berasal dari dukungan sejumlah mitra kerja perhubungan dan perbankan di Aceh yang ikut serta memeriahkan peringatan Harhubnas tahun 2025.(AB) Baca Berita Lainnya: Lanjutkan Semangat Harhubnas, Dishub Aceh Gelar Aksi Bersih-Bersih di Ulee Lheue Puncak Perayaan Harhubnas di Aceh, Dishub Anugerahkan Penghargaan kepada Tokoh Transportasi dan Luncurkan Rute Baru Trans Koetaradja Respon Masukan Masyarakat, Dishub Aceh Operasikan Bus Trans Koetaradja ke Kajhu Aceh Besar

Persinggahan Hangat: Menghadirkan Budaya Aceh di Setiap Halte Trans Koetaradja

*Oleh Teuku Muhammad Hafidz Ramadhan, Juara 2 Lomba Menulis Transportasi Aceh 2025 Di jam-jam sibuk Banda Aceh, suara klakson dan deru knalpot sering kali jadi musik latar yang tak diinginkan. Jalan-jalan utama seperti Teuku Umar, Cut Meutia, hingga Simpang Lima kerap dipenuhi kendaraan pribadi yang saling berebut ruang. Padahal, di antara riuhnya lalu lintas itu, Trans Koetaradja sudah hadir sebagai pilihan transportasi massal yang nyaman dan terjangkau. Sepanjang tahun 2024, layanan ini mencatat total 956.084 penumpang, dengan rute Masjid Raya Baiturrahman–Darussalam menjadi yang paling ramai (401.056 penumpang), disusul Baiturrahman–Blang Bintang via Lambaro (163.895 penumpang). Angka ini menunjukkan potensi besar, tetapi sekaligus mengisyaratkan masih banyak ruang untuk mengajak masyarakat beralih dari kendaraan pribadi ke transportasi massal. Di Banda Aceh, kendaraan pribadi terutama sepeda motor sudah menjadi bagian dari gaya hidup sehari-hari. Data Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh tahun 2023 menunjukkan jumlah sepeda motor yang terdaftar mencapai lebih dari 650 ribu unit, jumlah yang bahkan melampaui populasi dewasa di wilayah perkotaan. Fenomena ini tidak terjadi tanpa sebab. Pertama, ada faktor kenyamanan dan fleksibilitas yakni warga merasa dengan motor atau mobil, mereka bisa berangkat kapan saja tanpa terikat jadwal. Bagi pelajar dan mahasiswa di kawasan Darussalam, kendaraan pribadi dianggap solusi praktis untuk menyesuaikan jadwal kuliah yang sering berubah. Hal yang sama berlaku bagi pekerja kantoran yang kerap harus menghadiri rapat mendadak di lokasi berbeda. Kedua, persepsi terhadap transportasi massal masih cenderung negatif. Sebagian masyarakat menganggap menunggu bus sebagai pemborosan waktu, apalagi jika halte tidak nyaman atau fasilitasnya minim. Tidak jarang penumpang memilih berjalan kaki ke tujuan pendek ketimbang menunggu bus, atau langsung mengeluarkan motor untuk perjalanan yang hanya butuh 10 menit. Ketiga, ada aspek sosial yang tidak bisa diabaikan. Bagi sebagian orang, kendaraan pribadi bukan hanya alat transportasi, tetapi juga simbol status. Mobil atau motor tertentu menjadi bagian dari identitas diri, dan kebiasaan ini diperkuat oleh lingkungan sosial di mana hampir setiap keluarga memiliki setidaknya satu sepeda motor, sehingga pilihan untuk “tidak punya kendaraan pribadi” dianggap tidak praktis. Permasalahannya, jika dominasi kendaraan pribadi ini terus dibiarkan, Banda Aceh akan menghadapi tantangan serius. Ruas-ruas utama seperti Jalan Tgk. Daud Beureueh, Jalan Pocut Baren, dan kawasan Simpang Lima sudah mulai padat pada jam sibuk, membuat waktu tempuh antar titik semakin lama. Volume kendaraan yang tinggi juga memperburuk kualitas udara, terutama dari emisi sepeda motor dan mobil yang menumpuk di persimpangan. Situasi ini bukan hanya mengganggu kenyamanan berkendara, tetapi juga mengancam kesehatan warga, mengingat polusi udara dapat memicu masalah pernapasan dan menurunkan kualitas lingkungan. Akhirnya, semua faktor ini membentuk pola pikir yang sulit diubah seperti  “kendaraan pribadi adalah pilihan utama, sementara transportasi massal hanyalah alternatif cadangan” telah mengakar kuat di tengah masyarakat, meskipun dampak negatif dari kebiasaan ini sangat pantas untuk dipertimbangkan. Salah satu penyebabnya ada pada hal yang sering kita anggap sepele yaitu halte. Banyak halte Trans Koetaradja hari ini sekadar berdiri sebagai bangunan fungsional yang hanya cukup untuk menunggu bus, tetapi belum cukup untuk mengundang orang datang. Di sinilah letak peluangnya. Bayangkan jika setiap halte bukan hanya tempat menunggu, tetapi juga menjadi ruang singgah yang hangat, memancarkan identitas budaya Aceh, sekaligus memberi rasa nyaman dan bangga bagi siapa pun yang berhenti di sana. Konsep ini, yang saya sebut “Persinggahan Hangat”, bisa menjadi gerakan awal yang mengajak warga Banda Aceh meninggalkan kendaraan pribadi dan mulai menikmati perjalanan bersama Trans Koetaradja. Mengubah halte menjadi “Persinggahan Hangat” berarti memberi napas baru pada fasilitas publik yang selama ini cenderung fungsional. Banda Aceh memiliki modal budaya yang luar biasa untuk itu. Kearifan lokal dan nilai-nilai adat yang sudah mengakar bisa menjadi ruh dari setiap halte Trans Koetaradja, menjadikannya lebih dari sekadar titik naik-turun penumpang. Salah satunya adalah filosofi peumulia jamee (memuliakan tamu) yang begitu kental di Aceh. Dalam konteks halte, prinsip ini berarti memastikan setiap orang yang berhenti di sana merasa disambut, aman, dan dimudahkan. Penerapannya bisa sederhana, seperti papan informasi rute yang jelas, penunjuk arah yang ramah wisata, hingga layanan informasi yang bisa diakses oleh pendatang maupun warga lokal. Halte pun tidak lagi terkesan asing, tetapi menjadi pintu masuk yang ramah bagi siapa pun yang hendak bepergian. Identitas budaya Aceh juga dapat tercermin lewat arsitektur halte. Atap limas khas Aceh, ukiran pucuk rebung atau awan meucanek, serta warna-warna bumi yang hangat dapat menjadi bahasa visual yang menguatkan rasa memiliki masyarakat. Desain ini bukan hanya memperindah, tapi juga memberi sinyal bahwa halte adalah bagian dari wajah kota, sama pentingnya dengan bangunan bersejarah atau ruang publik lainnya. Selain itu, peran sosial meunasah sebagai tempat singgah, belajar, dan berbagi informasi bisa diadaptasi tanpa mengubah fungsi utamanya sebagai rumah ibadah. Halte dapat menyediakan pojok baca mini, layar interaktif berisi kisah dan sejarah kawasan sekitar, atau rak brosur kegiatan budaya. Waktu tunggu yang biasanya terasa membosankan bisa berubah menjadi pengalaman singkat yang bermanfaat. Penerapan konsep budaya ini juga bisa disesuaikan dengan karakter lokasi halte. Misalnya, halte di dekat masjid menampilkan ornamen Islami dan info jadwal shalat, halte dekat kampus memiliki pojok literasi pelajar dan informasi kegiatan akademik, sementara halte dekat objek wisata berfungsi sebagai pusat informasi turis lengkap dengan peta destinasi terdekat. Semua faktor ini menegaskan bahwa mengubah kebiasaan masyarakat Banda Aceh dari kendaraan pribadi ke transportasi massal tidak cukup hanya dengan menambah armada atau memperluas rute. Perlu ada pendekatan yang menyentuh sisi psikologis dan kultural warga, sehingga mereka merasa terhubung dengan layanan yang digunakan. Di sinilah kearifan lokal Aceh dapat berperan besar, salah satunya melalui penerapan filosofi peumulia jamee (memuliakan tamu). Dalam konteks budaya Aceh, tamu bukan sekadar orang yang datang berkunjung, tetapi sosok yang wajib disambut dengan keramahan, rasa hormat, dan pelayanan terbaik. Nilai ini dapat diadaptasi dalam layanan halte Trans Koetaradja dengan memastikan setiap penumpang, baik warga lokal maupun pendatang, merasa diterima sejak pertama kali menginjakkan kaki di halte. Papan informasi yang jelas, petunjuk rute dalam dua bahasa (Indonesia dan Inggris), serta kehadiran petugas atau relawan informasi di titik strategis dapat menjadi bentuk nyata dari peumulia jamee di ruang publik transportasi. Bayangkan wisatawan yang baru tiba di Banda Aceh dan berhenti di halte dekat Masjid Raya Baiturrahman. Dengan konsep peumulia jamee, halte tersebut tidak hanya menyediakan tempat duduk dan

Trans Koetaradja Inovasi Transportasi Massal Berbasis Budaya Aceh

*Oleh Muhammad Nabiya Lubis, Juara 1 Lomba Menulis Transportasi Aceh 2025 Transportasi massal ibaratkan urat nadi sebuah kota. Transportasi massal bukan hanya soal mobilitas, melainkan juga cerminan dari identitas, nilai, dan arah pembangunan masyarakat. Di Aceh, narasi ini hadir dalam bentuk Trans Koetaradja, suatu moda transportasi massal yang sejak 2016 hadir sebagai wajah baru sistem mobilitas perkotaan Banda Aceh dan Aceh Besar. Namun, di balik roda-rodanya yang berputar, terdapat peluang besar untuk menjadikannya tidak hanya sekadar angkutan massal, melainkan sarana literasi budaya yang mengintegrasikan kearifan lokal, nilai Islami, dan inovasi modern. Dua dekade silam, Banda Aceh adalah salah satu kota paling terdampak oleh bencana tsunami 2004. Kehancuran yang terjadi tidak hanya menyapu rumah dan bangunan, tetapi juga meruntuhkan sendi-sendi infrastruktur transportasi. Namun, pasca tragedi itu, Aceh bangkit. Dengan dana rekonstruksi lebih dari 6,7 miliar dolar AS atau setara dengan Rp107,2 trilliun (Asian Development Bank, 2005). Kini Banda Aceh telah berubah menjadi kota yang berkembang pesat, menjadi pusat pemerintahan, pendidikan, perdagangan, sekaligus destinasi wisata sejarah dan religi. Pertumbuhan pesat jumlah penduduk dan aktivitas ekonomi di kota ini menghadirkan tantangan baru, yakni kebutuhan akan sistem transportasi massal yang modern, inklusif, dan berkelanjutan. Dalam konteks inilah Trans Koetaradja hadir, bukan hanya sebagai alat transportasi, tetapi juga sebagai simbol transformasi pasca-bencana. Sejak mulai beroperasi pada Mei 2016, Trans Koetaradja telah menjadi alternatif transportasi yang vital bagi warga Banda Aceh dan Aceh Besar.  Dengan armada yang terdiri dari 59 unit bus, 6 koridor utama, 5 koridor feeder, serta 14 rute yang terhubung sebagai jalur operasionalnya (PPID Perhubungan, 2025). Setiap harinya Trans Koetaradja mengangkut ribuan penumpang menuju berbagai tujuan, mulai dari tempat kerja, sekolah, pasar, hingga kawasan rekreasi. Bedasarkan data yang dipublikasikan oleh Dinas Perhubungan Aceh melalui akun media sosial Instagram @dishub_aceh, pada Juli 2025, lebih dari 74 ribu orang telah memanfaatkan layanan Trans Koetaradja. Angka ini telah mencerminkan bagaimana Trans Koetaradja telah menjadi solusi utama dalam mobilisasi masyarakat, memberikan pilihan yang praktis dan efisien bagi penggunanya dalam menjalani rutinitas sehari-hari. Namun, Trans Koetaradja tidak boleh berhenti sebagai sekadar moda teknis. Transportasi massal ini memiliki potensi yang lebih besar dalam menjadi ruang literasi budaya, wahana pelestarian nilai lokal, sekaligus medium edukasi publik. Sebagai transportasi massal, Trans Koetaradja dapat berperan sebagai living classroom yang menyatukan mobilitas dengan kearifan lokal, yang memperkenalkan Aceh bukan hanya sebagai daerah dengan layanan transportasi massal gratis, melainkan sebagai pelopor inovasi transportasi massal yang berbasis budaya yang ada di Indonesia. Dengan cara menjadikan Trans Koetaradja sebagai ruang literasi budaya berjalan. Hal ini dapat di implementasikan melalui beberapa cara. Pertama, penamaan halte. Saat ini, halte Trans Koetaradja menggunakan nama lokasi geografis. Padahal, halte bisa menjadi ruang edukasi sejarah. Misalnya dengan penamaan ganda seperti, Halte Mata Ie/Hamzah Fansuri, dan Halte Seutui /Teuku Umar. Dengan demikian, setiap kali penumpang naik atau turun, mereka juga diajak mengingat kembali jejak sejarah tokoh-tokoh besar Aceh. Hal ini tidak hanya memperkuat literasi sejarah, tetapi juga menumbuhkan kebanggaan identitas kolektif. Kedua, musik tradisional sebagai hiburan di dalam bus. Alih-alih hanya musik nasional atau pop global, bus Trans Koetaradja dapat memutar lagu-lagu tradisional Aceh yang dikemas dengan modern, seperti yang dipopulerkan oleh artis lokal, seperti lagu Meusare-sare dan Ratoh yang dinyanyikan oleh Safira Amalia,  Krueng Daroy yang dibawakan oleh Rafly Kande, atau Tarek Pukat yang di improvisasi oleh Kaka Alfarisi. Lagu-lagu tradisional Aceh ini dapat dikemas dengan aransemen modern agar lebih menarik bagi kalangan muda, tanpa kehilangan nuansa asli Aceh. Musik lokal yang dipopulerkan oleh musisi muda Aceh dapat menjembatani generasi muda dengan akar budayanya, sekaligus memperkuat nuansa khas Aceh di ruang publik. Inovasi ini tidak hanya menciptakan suasana khas Aceh, tetapi juga berfungsi sebagai sarana pelestarian seni tradisional yang semakin tergerus oleh arus budaya global. Mengingat banyak moda transportasi massal di kota-kota lain yang lebih memilih musik nasional dan lagu-lagu dari artis luar daerah, hal ini berpotensi mengurangi identitas lokal dalam sistem transportasi. Dengan memasukkan musik Aceh, Trans Koetaradja dapat memperkenalkan budaya lokal kepada penumpang dan wisatawan, sekaligus menjaga kekayaan budaya Aceh agar tetap relevan di tengah modernitas. Ketiga, Promosi Wisata dan Kuliner melalui Poster atau Tayangan Digital di Dalam Bus. Setiap bus dapat berfungsi sebagai galeri bergerak yang menampilkan informasi singkat tentang destinasi wisata, sejarah, dan kuliner khas sesuai rute yang dilewati. Misalnya, bus yang melintasi rute Ulee Lheue bisa menampilkan potensi wisata pantai dan kuliner laut setempat, atau rute menuju Ulee Kareng yang dapat memperkenalkan Warung Kopi Solong yang berada di arah Ulee Kareng, atau bahkan rute Masjid Raya Baiturrahman yang dapat menampilkan Pasar Atjeh dan kuliner yang berada di sekitar kawasan Masjid Raya Baiturrahman seperti Mie Kocok Si Doel.  Setiap bus nantinya akan menampilkan objek wisata dan kuliner yang berbeda sesuai dengan rute operasional yang dilalui.  Dengan cara ini, wisatawan yang menumpang Trans Koetaradja tidak hanya mendapatkan panduan menuju tujuan mereka, tetapi juga pengalaman kultural yang lebih kaya. Selain itu, promosi ini berpotensi memajukan dan meningkatkan pendapatan bagi pelaku usaha wisata dan kuliner di sepanjang rute yang dilewati, sehingga transportasi massal dari Aceh mampu menciptakan dampak positif bagi ekonomi lokal. Keempat, Literasi Digital melalui Aplikasi Trans Koetaradja. Aplikasi Trans Koetaradja yang telah dikembangkan oleh Dinas Perhubungan Aceh adalah bentuk bagaimana penerapan Intelligent Transport System (ITS). Aplikasi ini dapat diperluas fungsinya, tidak hanya sebagai alat untuk melihat jadwal bus, tetapi juga sebagai sarana edukasi. Misalnya, fitur “Sejarah Halte” yang menyajikan kisah singkat tokoh-tokoh besar Aceh sesuai nama halte, lalu “Peta Wisata Interaktif” yang menunjukkan destinasi wisata sepanjang rute, serta “Pesan Budaya” yang menampilkan kutipan hikmah Islami dan kearifan lokal setiap kali pengguna membuka aplikasi. Dengan demikian, teknologi digital tidak hanya mempermudah akses informasi, tetapi juga mencerdaskan penumpang dan wisatawan, sekaligus memperkenalkan nilai-nilai budaya Aceh secara lebih luas. Namun, seluruh gagasan inovatif ini tentu tidak lepas dari tantangan yang dihadapi oleh sistem transportasi massal di Aceh. Jika melihat ke belakang, transportasi massal di Aceh sempat terhenti operasi karena masalah habisnya kontrak dengan penyedia armada dan keterlambatan pencairan dana operasional (Noviandi, 2025). Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi adalah mengenai pendanaan. Selama ini, seluruh biaya operasional Trans Koetaradja bergantung pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Aceh (APBA). Pada tahun 2023, biaya

Lanjutkan Semangat Harhubnas, Dishub Aceh Gelar Aksi Bersih-Bersih di Ulee Lheue

Banda Aceh – Masih dalam semangat Hari Perhubungan Nasional (Harhubnas), Dinas Perhubungan Aceh menggelar aksi bersih-bersih di kawasan Ulee Lheue pada Jumat, 19 September 2025. Kegiatan ini melibatkan seluruh ASN Dishub Aceh yang turun langsung dengan mengenakan seragam olahraga dan membawa perlengkapan kebersihan. Para ASN memulai aksi bersih-bersih dari kawasan Masjid Baiturrahim hingga Pelabuhan Penyeberangan Ulee Lheue. Mereka memunguti sampah plastik, kayu, ranting pohon yang menumpuk di sekitar masjid hingga pelabuhan. Dalam kesempatan tersebut, Kepala Dinas Perhubungan Aceh, T. Faisal, mengungkapkan bahwa aksi bersih-bersih ini sejalan dengan semangat Hari Perhubungan Nasional yang mengusung nilai kebersamaan dan bakti kepada masyarakat. “Kami berharap melalui aksi gotong royong ini, kawasan sekitar Pelabuhan Penyeberangan Ulee Lheue dapat semakin bersih, indah, dan nyaman bagi masyarakat maupun pengunjung pelabuhan,” ujar Kadishub Aceh. Selain di Banda Aceh, kegiatan bersih-bersih ini juga dilaksanakan secara serentak di 9 Terminal Tipe B dan 6 Pelabuhan Penyeberangan di seluruh Aceh.(AP) Baca Berita Lainnya: Puncak Perayaan Harhubnas di Aceh, Dishub Anugerahkan Penghargaan kepada Tokoh Transportasi dan Luncurkan Rute Baru Trans Koetaradja Respon Masukan Masyarakat, Dishub Aceh Operasikan Bus Trans Koetaradja ke Kajhu Aceh Besar Dishub Aceh Gelar Aksi Simpatik, Bagikan Helm SNI untuk Tingkatkan Keselamatan Berkendara

Puncak Perayaan Harhubnas di Aceh, Dishub Anugerahkan Penghargaan kepada Tokoh Transportasi dan Luncurkan Rute Baru Trans Koetaradja

Banda Aceh – Dinas Perhubungan Aceh menganugerahkan penghargaan kepada sejumlah tokoh transportasi asal Aceh pada puncak peringatan Hari Perhubungan Nasional (Harhubnas) 2025 yang berlangsung di Depo Trans Koetaradja, Banda Aceh, Rabu (17/9). Sekretaris Daerah Aceh, M. Nasir, bertindak sebagai inspektur upacara dan menyerahkan langsung penghargaan tersebut didampingi Kepala Dinas Perhubungan Aceh, Teuku Faisal. Penghargaan Tokoh Inspiratif Transportasi diberikan kepada Capt. Ichsan, pilot maskapai Garuda Indonesia putra Aceh, atas dedikasinya membawa jemaah haji Aceh sejak 2018 lalu. Pada tahun 2025, Capt. Ichsan juga menerbangkan 1.600 jamaah haji asal Aceh dalam 4 kloter penerbangan. Sementara kategori Insan Transportasi Berdedikasi dianugerahkan kepada Tarmizi, pengemudi labi-labi trayek Seulimum–Banda Aceh yang telah lebih dari 25 tahun mengabdi. Dalam amanat Menteri Perhubungan yang dibacakan M. Nasir, disampaikan bahwa peringatan Harhubnas bukan hanya rutinitas tahunan, melainkan ajang refleksi bagi seluruh insan transportasi untuk meneguhkan komitmen melayani masyarakat. Menhub menegaskan bahwa transportasi adalah jalan kehidupan yang menghubungkan harapan rakyat dari Sabang hingga Merauke. Ia menjelaskan, transportasi yang terhubung dan terintegrasi akan memberi dampak luas, memperkuat distribusi pangan agar hasil pertanian lebih cepat sampai ke pasar, menjamin ketahanan energi lewat logistik yang efisien, sekaligus membuka akses pendidikan dan lapangan kerja. “Semua itu pada akhirnya akan berkontribusi dalam mengentaskan kemiskinan dan menjadi pondasi menuju Visi Indonesia Emas 2045,” ujar M. Nasir membacakan sambutan Menhub. Menhub juga menyoroti tantangan besar yang dihadapi sektor transportasi, mulai dari situasi geopolitik global yang penuh ketidakpastian, keterbatasan anggaran negara, hingga tuntutan publik akan transparansi dan peningkatan layanan. Karena itu, sektor transportasi dituntut hadir lebih dekat dengan rakyat, menghadirkan biaya logistik yang terjangkau, serta memberikan perlindungan yang layak bagi pengemudi, operator, dan pekerja transportasi di seluruh Nusantara. Untuk menjawab tantangan tersebut, Menhub mendorong inovasi pembiayaan infrastruktur melalui skema Kerja Sama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU), sehingga pembangunan tidak hanya bergantung pada APBN. Selain itu, pengembangan sistem transportasi cerdas berbasis teknologi digital juga harus dipercepat agar pelayanan semakin efisien, aman, dan nyaman. Selain menyampaikan sambutan Menhub, Sekda Aceh, M. Nasir, juga menyampaikan pentingnya memperkuat konektivitas antarwilayah di Aceh. Menurutnya, saat ini masih ada rute darat dan laut yang memerlukan terobosan besar. “Sekarang ini dari Banda Aceh ke Singkil butuh 16 jam, begitu juga ke Simeulue. Momentum ini harus kita manfaatkan untuk membangun konektivitas yang lebih mudah, murah, dan cepat,” kata Nasir. Ia mencontohkan, akses jalan ke Muara Situlen Aceh Tenggara yang mestinya dapat ditempuh dalam waktu 1 jam dari Subulussalam, namun masih harus memutar melalui Sumatera Utara hingga memakan waktu 7 jam. “Alhamdulillah, saya dengar sudah ada sinyal positif dari Kementerian PU untuk membuka akses ini,” ujarnya. Sekda juga mengungkapkan terkait pengembangan transportasi laut internasional. Menurutnya, jalur pelayaran Krueng Geukuh–Penang Malaysia kini sudah mulai dibicarakan dengan pihak Penang. “Keuntungan Aceh sangat besar. Orang dan barang bisa sekali jalan. Petani kita bisa mengekspor kopi, nilam, kakao, sayuran, dan komoditi unggulan lain ke Malaysia, Singapura, hingga Brunei,” tambahnya. Selain penyerahan penghargaan, peringatan Harhubnas 2025 juga dirangkai dengan berbagai kegiatan sosial. Aksi sosial dilakukan di panti asuhan dan dayah, termasuk berbagi sembako, alat tulis, dan perlengkapan ibadah. ASN Dishub Aceh juga melaksanakan aksi bersih-bersih di berbagai fasilitas publik seperti terminal, pelabuhan, bandara, dan halte bus. Di Simpang Lima Banda Aceh, Dishub bersama Jasa Raharja dan Satlantas Polresta Banda Aceh juga menggelar aksi simpatik berupa pembagian helm kepada pengendara motor. Pada kesempatan itu pula, Dishub Aceh meluncurkan rute baru Trans Koetaradja jurusan Simpang Mesra–Kajhu yang dilayani dua bus feeder setiap hari. Layanan ini dihadirkan sebagai respon atas kebutuhan masyarakat, khususnya warga Baitussalam, Aceh Besar. “Trayek Feeder 9 (Rute Simpang Mesra – Kajhu) ini akan dilayani oleh 2 unit bus medium dengan waktu operasional pukul 06.50 WIB dan berakhir pukul 17.30 WIB yang dimulai dari Simpang Mesra melewati Jalan Laksamana Malahayati dan berakhir di Pasar Labuy,” kata Kadishub Aceh Teuku Faisal. Faisal menambahkan, tujuan utama layanan Trans Koetaradja adalah untuk mengatasi kemacetan serta menyediakan sarana transportasi yang mudah dan nyaman bagi masyarakat. “Bus Trans Koetaradja sudah beroperasi sejak 2016 dan sampai sekarang masih gratis karena disubsidi oleh Pemerintah Aceh. Ini sesuai pesan Bapak Gubernur Aceh, Muzakir Manaf, agar masyarakat selalu mendapat kemudahan dalam beraktivitas,” ujarnya. Kadishub Aceh juga berpesan, bila terdapat pelayanan yang kurang memuaskan pada rute baru ini, Dishub Aceh melalui UPTD Angkutan Massal Trans Kutaraja menyediakan layanan pengaduan yang aktif setiap hari selama 24 jam. “Silakan sampaikan melalui nomor aduan tersebut. Masyarakat juga bisa memberi masukan melalui aplikasi Trans Kutaraja,” kata Teuku Faisal.(HM) Baca Berita Lainnya: Respon Masukan Masyarakat, Dishub Aceh Operasikan Bus Trans Koetaradja ke Kajhu Aceh Besar Dishub Aceh Gelar Aksi Simpatik, Bagikan Helm SNI untuk Tingkatkan Keselamatan Berkendara Peringati Harhubnas 2025, Dishub Aceh Wujudkan Bakti Transportasi untuk Negeri

Menciptakan Kesejahteraan Pengemudi Lewat Aplikasi Milik Negara

Jika aplikasi transportasi online dimiliki oleh negara, keuntungan bukanlah target utama. Prioritasnya adalah kesejahteraan pengemudi dan kemudahan bagi masyarakat, sehingga tujuan sosialnya lebih tercapai. Jika negara mengakui pengemudi ojek online (ojol) sebagai lapangan pekerjaan baru, maka idealnya negara membuat aplikasi sendiri untuk menyejahterakan warganya. Dengan begitu, potongan biaya yang dikenakan kepada pengemudi dapat diatur tidak lebih dari 10 persen. Hal ini berbeda dengan kondisi saat ini, meskipun dianggap sebagai lapangan pekerjaan, pengemudi merasa terbebani dengan potongan biaya yang mencapai lebih dari 20 persen. Selanjutnya, aplikasi tersebut dapat diserahkan ke pemda untuk digunakan sesuai kebutuhan daerah masing-masing. Fokus pemerintah selama ini pada aplikator, bukan pada pengemudi, bisa jadi disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah dugaan bahwa sejumlah pejabat yang berurusan dengan aplikasi online sudah menerima fasilitas dari aplikator. Hal ini membuat sebagian pihak beranggapan, untuk apa bersusah payah memikirkan untuk membuat aplikasi sendiri, aplikator banyak memberikan fasilitas yang diminta. Dengan kata lain, ada kemungkinan bahwa kemudahan yang diberikan oleh perusahaan aplikasi membuat pemerintah tidak lagi melihat perlunya menciptakan sistem transportasi online milik negara, dan kebijakan yang ada lebih menguntungkan perusahaan aplikasi itu sendiri daripada pengemudi. Mengutip dari berbagai sumber perkembangan aplikasi transportasi online yang dimiliki oleh beberapa negara, seperti berikut ini. Korea Selatan Aplikasi transportasi online lokal Korea yang paling dominan dan populer adalah Kakao T. Kakao T merupakan bagian dari Kakao Mobility. Aplikasi ini menawarkan berbagai layanan mobilitas, seperti Kakao T untuk layanan taksi, K.ride yang dirancang khusus untuk wisatawan dan tidak memerlukan nomor telepon atau akun Korea. Selain Kakao T, ada juga aplikasi taksi lokal lain yang dirancang khusus untuk turis, seperti, TABA yakni aplikasi taksi yang diluncurkan oleh Pemerintah Kota Seoul untuk wisatawan asing. Kelebihannya adalah dukungan bahasa asing yang lebih baik dan memungkinkan pendaftaran dengan nomor telepon internasional. Meskipun Uber juga ada di Korea, dominasi Kakao T sangat kuat, sehingga aplikasi lokal ini menjadi pilihan utama bagi sebagian besar penduduk dan pengunjung. China Di China, aplikasi transportasi online yang paling dominan dan populer adalah DiDi Chuxing. DiDi Chuxing, atau yang sering disebut DiDi, adalah platform layanan transportasi online terbesar di Tiongkok. Aplikasi ini menawarkan berbagai layanan, seperti DiDi Express untuk layanan taksi atau mobil pribadi standar, mirip dengan UberX, DiDi Premier/Luxury (layanan yang menawarkan kendaraan dan pengemudi kelas atas), DiDi Taxis (memungkinkan pengguna untuk memesan taksi tradisional melalui aplikasi), DiDi Hitch (carpooling) untuk layanan berbagi tumpangan. Selain DiDi, ada juga pemain lain di pasar transportasi online China, meskipun cakupannya tidak sebesar DiDi, yaitu Meituan. Awalnya Meituan lebih dikenal sebagai aplikasi pengiriman makanan (seperti, GoFood atau GrabFood di Indonesia), tetapi mereka juga menyediakan layanan transportasi online, terutama taksi. Namun, yang perlu diperhatikan, China memiliki ekosistem aplikasi yang sangat terintegrasi. Seringkali, layanan DiDi bisa diakses langsung melalui aplikasi “super app” seperti WeChat dan Alipay, yang merupakan aplikasi pembayaran digital dan komunikasi yang sangat penting di China. Bagi wisatawan, menggunakan fitur DiDi di dalam WeChat atau Alipay bisa jadi pilihan yang lebih mudah. Berbeda dengan Indonesia yang didominasi ojek motor (Go-Jek dan Grab), layanan transportasi online di China sebagian besar menggunakan mobil, karena infrastruktur transportasi publik seperti kereta bawah tanah (metro) dan bus sudah sangat maju dan efisien. Jepang Di Jepang, pasar transportasi online sangat berbeda dengan di negara-negara lain. Dominasi perusahaan taksi tradisional masih sangat kuat, dan aplikasi yang paling populer adalah aplikasi yang bekerja sama langsung dengan armada taksi tersebut. Aplikasi lokal transportasi online milik Jepang yang paling dominan adalah GO. GO sebelumnya dikenal sebagai JapanTaxi dan MOV. Ini adalah aplikasi taksi paling populer di Jepang dan memiliki jangkauan terluas, mencakup hampir seluruh wilayah Jepang (45 dari 47 prefektur atau mirip provinsi/koa/kabupaten di Indonesia). Aplikasi ini dirancang untuk memesan taksi dari berbagai perusahaan taksi yang terhubung ke jaringan mereka. Keunggulannya, (1) memungkinkan pemesanan taksi di muka (reservasi), (2) tersedia dalam berbagai bahasa, termasuk Bahasa Inggris, yang membuatnya sangat mudah digunakan oleh wisatawan, (3) pembayaran dapat dilakukan di dalam aplikasi dengan kartu kredit atau melalui metode pembayaran nontunai lainnya, (4) menawarkan layanan “GO Premium” untuk kendaraan mewah. Selain GO, ada beberapa aplikasi lain yang juga populer, terutama di area tertentu, seperti S.RIDE (populer di wilayah Tokyo) DiDi Mobility (meskipun berasal dari China, DiDi memiliki kehadiran yang kuat di Jepang, terutama di kota-kota besar seperti Tokyo, Osaka, dan Kyoto), Uber. Uber juga beroperasi di Jepang, tetapi model bisnisnya berbeda. Di Jepang, Uber sebagian besar berfungsi sebagai platform pemesanan taksi, bukan ride sharing dengan pengemudi individu. Uber bekerja sama dengan perusahaan taksi lokal, sehingga bagi wisatawan yang terbiasa menggunakan Uber, ini bisa menjadi pilihan yang nyaman. Secara ringkas, bagi siapa pun yang ingin menggunakan aplikasi taksi di Jepang, GO adalah pilihan utama yang paling direkomendasikan karena jangkauannya yang luas. Sementara itu, Uber dan DiDi bisa menjadi alternatif yang bagus, terutama di kota-kota besar. Vietnam Di Vietnam, persaingan di pasar transportasi online sangat dinamis dan ketat. Meskipun ada beberapa pemain global dan regional, aplikasi lokal juga memiliki peran penting. Aplikasi transportasi online lokal yang populer di Vietnam, seperti Be, Xanh SM, Mai Linh Taxi, Vinasun Taxi. Be adalah salah satu aplikasi ride hailing lokal terbesar di Vietnam. Aplikasi ini dikenal sebagai pesaing kuat bagi Grab dan telah berhasil meraih pangsa pasar yang signifikan, terutama di kalangan pengguna yang mencari tarif yang lebih terjangkau. Layanannya menawarkan layanan transportasi mobil dan motor, serta layanan pengiriman makanan dan barang. Kelebihannya, Be sering kali menawarkan tarif yang kompetitif dan memiliki basis pengguna setia, terutama karena identitasnya sebagai merek lokal. Xanh SM adalah pendatang baru yang dengan cepat menjadi pemain utama di pasar Vietnam. Keunikan dari aplikasi ini adalah seluruh armadanya menggunakan kendaraan listrik, baik mobil (VinFast) maupun motor listrik. Fokus pada taksi mobil listrik dan ojek motor listrik. Kelebihannya, Xanh SM memimpin pasar dengan menawarkan pengalaman yang ramah lingkungan dan kendaraan yang modern. Aplikasi ini juga diintegrasikan dengan ekosistem VinGroup, salah satu konglomerat terbesar di Vietnam. Selain dua aplikasi lokal di atas, ada juga perusahaan taksi tradisional Vietnam yang memiliki aplikasi sendiri, seperti Mai Linh Taxi dan Vinasun Taxi, yang masih sangat populer di kalangan penduduk lokal. Meskipun demikian, perlu dicatat, pasar transportasi online

Respon Masukan Masyarakat, Dishub Aceh Operasikan Bus Trans Koetaradja ke Kajhu Aceh Besar

Banda Aceh – Dinas Perhubungan Aceh kembali memperluas layanan angkutan massal perkotaan Trans Koetaradja ke wilayah Kajhu Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar. Perluasan layanan Trans Koetaradja ini merupakan bentuk respon Dishub Aceh terhadap masukan sejumlah masyarakat yang diterima selama ini. “Trayek Feeder 9 (Rute Simpang Mesra – Kajhu) ini akan dilayani oleh 2 unit bus medium dengan waktu operasional pukul 06.50 WIB dan berakhir pukul 17.30 WIB yang dimulai dari Simpang Mesra melewati Jalan Laksamana Malahayati dan berakhir di Pasar Labuy,” sebut Kepala Dinas Perhubungan Aceh Teuku Faisal dalam acara Launching Feeder 9 Operasional Bus Trans Koetaradja Rute Simpang Mesra – Kajhu hari ini, Selasa, 16 September 2025. Pada peluncuran rute baru yang berlangsung di Depo Trans Koetaradja tersebut, Teuku Faisal menyampaikan bahwa tujuan utama layanan angkutan massal Trans Koetaradja adalah untuk mengatasi kemacetan serta menyediakan sarana transportasi yang mudah dan nyaman bagi masyarakat. “Bus Trans Koetaradja sudah beroperasi sejak tahun 2016 dan sampai sekarang masih gratis karena disubsidi oleh Pemerintah Aceh. Ini sesuai pesan Bapak Gubernur Aceh, Muzakir Manaf, agar masyarakat selalu mendapat kemudahan dalam beraktivitas.” ungkapnya. Dalam kesempatan yang turut dihadiri oleh Forum Komunikasi Pimpinan Kecamatan (Forkopimcam) Baitussalam dan para Geuchiek Gampong itu, Teuku Faisal berharap masyarakat dapat memanfaatkan layanan bus Trans Koetaradja dalam beraktivitas sehari-hari, baik untuk ke tempat kerja, berbelanja di pasar, mengantar anak ke sekolah, atau kegiatan harian lainnya. Peluncuran rute feeder Simpang Mesra – Kajhu ini bertepatan dengan peringatan Hari Perhubungan Nasional (Harhubnas) Tahun 2025 yang akan dilaksanakan pada tanggal 17 September 2025 esok hari. “Tentu ini menjadi kebanggaaan bagi kita bahwa ada rute baru yang kita luncurkan tepat pada perayaan Harhubnas, sekaligus menjadi bukti bakti insan transportasi untuk negeri,” sebutnya. Kadishub Aceh juga berpesan, bila terdapat pelayanan yang kurang memuaskan pada rute baru ini, Dishub Aceh melalui UPTD Angkutan Massal Trans Kutaraja menyediakan layanan pengaduan yang aktif setiap hari selama 24 jam. “Jadi silahkan disampaikan melalui nomor aduan tersebut. Masyarakat juga bisa menyampaikan feedback melalui aplikasi Trans Kutaraja,” tutur Teuku Faisal. Pada kesempatan yang sama, Geuchiek Klieng Cot Aron, Afdhal dalam sambutannya sangat mengapresiasi pengoperasian rute baru bus Trans Koetaradja ini. Menurutnya, dengan beroperasinya angkutan massal ini sangat memudahkan masyarakat wilayah Baitussalam untuk beraktivitas khususnya di pagi hari seperti mengantar anak ke sekolah atau pergi berbelanja di pasar.(AB) Baca Berita Lainnya: Dishub Aceh Gelar Aksi Simpatik, Bagikan Helm SNI untuk Tingkatkan Keselamatan Berkendara Peringati Harhubnas 2025, Dishub Aceh Wujudkan Bakti Transportasi untuk Negeri 418 Armada AKDP di Aceh Jalani Rampcheck dan Evaluasi Standar Pelayanan Minimal

Tim Angkasa Pura Bandara SIM Juarai Pingpong Harhubnas Championship 2025

Banda Aceh – Momentum peringatan Hari Perhubungan Nasional (Harhubnas) 2025 di Aceh, berlangsung seru dan sportif. Salah satunya melalui ajang Pingpong Harhubnas Championship di Lapangan Jada Raharja, Senin, 15 September 2025, di Seutui, Kota Banda Aceh. Kegiatan ini terselenggara berkat kolaborasi Dishub Aceh dengan dukungan penuh PT Jasa Raharja (Persero) Aceh. Ketua Panitia, Fajar  yang juga ASN Dishub Aceh, menyampaikan bahwa terdapat sembilan tim yang mendaftar dan berpartisipasi dalam turnamen tersebut. Diantaranya Dishub Aceh A, Dishub Aceh B, Jasa Raharja A, Jasa Raharja B, Dishub Aceh Besar, Angkasa Pura Bandara SIM, DAMRI, BMKG A, dan BMKG B. Turnamen ini menggunakan sistem gugur. Pada babak semifinal mempertemukan Angkasa Pura vs Jasa Raharja A serta Dishub Aceh Besar vs Jasa Raharja B. Dari hasil pertandingan, Tim Jasa Raharja B dan Angkasa Pura berhasil melangkah ke babak final. Pertandingan final berlangsung seru dengan kemenangan telak diraih oleh Tim Angkasa Pura (Kurnia Saputra dan Khalid Sa’adan) atas Tim Jasa Raharja B (Amal Darmawan dan Bayhaqi) dengan skor 3-0 (11-3, 11-6, 11-3). Kepala Kantor Wilayah Jasa Raharja Aceh, Donny Koesprayitno, mengapresiasi pelaksanaan kegiatan ini. “Ajang ini jadi momentum kita memperingati Harhubnas tahun 2025. Sekaligus memperkuat sinergi antar stakeholder yang ada,” ujarnya. Melalui turnamen ini, Dishub Aceh bersama mitra kerja berharap semangat kebersamaan, sportivitas, dan kolaborasi antar-stakeholder di sektor transportasi dapat terus terjalin erat demi kemajuan pelayanan transportasi di Aceh.(MR) Baca Berita Lainnya: Dishub Aceh Gelar Aksi Simpatik, Bagikan Helm SNI untuk Tingkatkan Keselamatan Berkendara 418 Armada AKDP di Aceh Jalani Rampcheck dan Evaluasi Standar Pelayanan Minimal 220 Peserta Ikut Serta, Ini Daftar Pemenang Lomba Menulis Transportasi Aceh 2025

Dishub Aceh Gelar Aksi Simpatik, Bagikan Helm SNI untuk Tingkatkan Keselamatan Berkendara

Banda Aceh – Ditengah guyuran hujan, Dinas Perhubungan Aceh bersama Jasa Raharja dan Satlantas Polresta Banda Aceh menggelar aksi simpatik dengan membagikan helm SNI kepada pengendara sepeda motor di Simpang Lima, Banda Aceh, Senin, 15 September 2025. Kegiatan ini merupakan rangkaian peringatan Hari Perhubungan Nasional sekaligus upaya meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya keselamatan di jalan raya. Salah satu pengendara, Mulyadi (40), mengaku sangat terbantu dengan pembagian helm tersebut. “Terima kasih Ibu, helmnya bagus sekali, kebetulan helm saya sudah rusak berat,” ucapnya usai menerima helm dari Ketua DWP Dishub Aceh, Ny. Muti Faisal. Ketua Dharma Wanita Persatuan (DWP) Dishub Aceh juga menjelaskan bahwa penggunaan helm berstandar nasional merupakan syarat utama dalam berkendara. “Harapan kami, melalui kegiatan ini, masyarakat semakin sadar akan pentingnya menggunakan helm, sehingga dapat menekan angka kecelakaan sekaligus meningkatkan keselamatan di jalan,”ujarnya. Dalam kesempatan itu, Kasatlantas Polresta Banda Aceh melalui Kanit Kamsel, Ipda Ferizal mengatakan, pihaknya mendukung aksi ini dilaksanakan sebagai langkah menekan pelanggaran lalu lintas di Kota Banda Aceh.“Kami mendukung kegiatan yang bersifat edukatif dan humanis agar masyarakat lebih disiplin dalam berlalu lintas,” tegasnya. Aksi yang diinisiasi oleh Jasa Raharja ini juga mendapat apresiasi positif dari masyarakat. Salah seorang pengemudi ojek online menyebut kegiatan tersebut sangat bermanfaat. “Bagus sekali, dengan kegiatan ini kami lebih tersadarkan untuk taat dalam berlalu lintas,”tuturnya.(AP) Baca Berita Lainnya: Peringati Harhubnas 2025, Dishub Aceh Wujudkan Bakti Transportasi untuk Negeri 418 Armada AKDP di Aceh Jalani Rampcheck dan Evaluasi Standar Pelayanan Minimal 220 Peserta Ikut Serta, Ini Daftar Pemenang Lomba Menulis Transportasi Aceh 2025

Peringati Harhubnas 2025, Dishub Aceh Wujudkan Bakti Transportasi untuk Negeri

Banda Aceh – Dinas Perhubungan Aceh punya cara berbeda dalam memperingati Hari Perhubungan Nasional (Harhubnas) tahun 2025. Minggu (14/9) pagi, Kepala Dishub Aceh, T. Faisal ST., MT., melepas keberangkatan 20 tim dari Depo Trans Koetaradja untuk melaksanakan kegiatan bakti sosial ke berbagai lokasi di Banda Aceh dan Aceh Besar. Tim-tim tersebut bergerak ke sejumlah panti asuhan dan dayah, di antaranya Panti Asuhan Penyantun Islam, Panti Asuhan Islam Media Kasih, Pesantren Inshafuddin, Dayah Daruzzahidin, Dayah Madani Al Aziziyah, Dayah Ruhul Falah, hingga Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak Rumah Penyantun Muhammadiyah. Di setiap tempat, mereka melaksanakan kegiatan sosial seperti membersihkan lingkungan, memberikan santunan, sembako, alat tulis, serta perlengkapan ibadah. Anak-anak panti pun tampak gembira menerima kunjungan. “Terima kasih telah berbagi. Alhamdulillah anak-anak senang dengan banyaknya aktivitas seperti ini,” ujar Murni, pengasuh Panti Asuhan Penyantun Islam di Seutui. Selain itu, para peserta juga menyambangi fasilitas publik seperti Pelabuhan Ulee Lheue, Terminal Batoh, Terminal Lueng Bata, Bandara Sultan Iskandar Muda, hingga halte-halte bus Trans Koetaradja. Di lokasi tersebut, mereka membersihkan fasilitas, membagikan sembako kepada pengguna jasa, sekaligus mengampanyekan pentingnya menggunakan transportasi umum. Momen menarik terjadi di Pelabuhan Ulee Lheue ketika seorang turis asal Belanda yang akan ke Sabang baru mengetahui layanan bus gratis Trans Koetaradja. “Kenapa baru kasih tahu saya sekarang? Woww… Saya akan mengingatnya,” ujarnya sambil langsung mengunduh aplikasi Trans Koetaradja di ponselnya. Kegiatan ini juga melibatkan keluarga pegawai Dishub. Cut Muti, istri Kadishub Aceh, memimpin salah satu tim yang berkunjung ke panti dan dayah. Ia turut menyosialisasikan fasilitas publik milik Pemerintah Aceh seperti Trans Koetaradja dan kapal KMP Aceh Hebat. Anak-anak pun antusias berbagi cerita tentang pengalaman mereka menaiki moda transportasi tersebut. “Enak naik kapalnya. Besar. Tapi pusing,” kata Rahma, anak asal Simeulue penghuni Panti Asuhan Muhammadiyah. Perjalanan bakti sosial berakhir di Gampong Lubok Sukon, sebuah desa wisata di Aceh Besar. Para peserta disambut hangat oleh masyarakat dengan sajian aneka makanan tradisional. Sebagai penutup, para pegawai Dishub melakukan prosesi penanaman pohon sebagai simbol bakti bagi negeri. “Harhubnas tahun ini kita rayakan dengan cara berbeda. Tidak sekadar upacara atau seremoni, tapi aksi nyata untuk masyarakat. Inilah semangat ‘Bakti Transportasi untuk Negeri’ yang coba kita gaungkan,” kata Kadishub Aceh.(HM) Baca Berita Lainnya: 418 Armada AKDP di Aceh Jalani Rampcheck dan Evaluasi Standar Pelayanan Minimal 220 Peserta Ikut Serta, Ini Daftar Pemenang Lomba Menulis Transportasi Aceh 2025 Persiapan Launching Rute Simpang Mesra-Kajhu, Trans Koetaradja Gelar Rakornis Lintas Stakeholder