Dishub

Prinsip Waktu: Masa Depan yang Positif

Waktu adalah karunia terbesar yang diberikan Tuhan kepada manusia, namun sering kali diabaikan sebagai sesuatu yang telah dipastikan. Kita tidak hanya hidup dalam waktu; kita harus hidup untuk waktu.”*— Seneca Di tengah gema jam yang terus berdetak, kita menemukan diri kita merenung tentang prinsip waktu—entitas abstrak yang merajut benang merah dalam setiap aspek kehidupan. Waktu tidak hanya sekedar pengukur detik, menit, dan jam; ia adalah refleksi perjalanan manusia, keberlanjutan, dan harapan. Saat kita memandang masa depan, penting untuk membawa perspektif prinsip yang mempromosikan pemikiran positif dan penciptaan arah yang lebih baik. Waktu Hari Ini: Kesadaran dan Kehadiran, Prinsip waktu hari ini mengajarkan kita untuk hidup dalam kesadaran dan kehadiran saat ini. Dalam era ketidakpastian dan kecepatan teknologi, seringkali kita terperangkap dalam kecemasan akan masa depan atau penyesalan akan masa lalu. Namun, filosofi ini mengajak kita untuk menikmati momen sekarang, memahami bahwa setiap detik memiliki nilai dan keindahan sendiri. Waktu hari ini adalah kanvas di mana kita bisa menciptakan makna. Dalam kehadiran saat ini, kita memiliki kemampuan untuk merasakan kebahagiaan, menghargai keindahan sekitar, dan membangun hubungan yang bermakna. Saat kita memahami arti setiap detik, kita dapat menjalani hidup dengan lebih penuh dan bermakna. Waktu Sekarang: Penciptaan Realitas, Sejalan dengan prinsip waktu hari ini, kita menemukan konsep penciptaan realitas di waktu sekarang. Setiap keputusan, tindakan, dan pilihan yang kita buat saat ini membentuk fondasi masa depan kita. Oleh karena itu, memahami kekuatan penciptaan di waktu sekarang adalah kunci untuk membentuk takdir kita sendiri. Waktu sekarang adalah titik tolak. Kita bisa membayangkan dan mewujudkan visi positif untuk masa depan. Apa yang kita lakukan hari ini menciptakan jejak yang akan kita ikuti esok. Dalam setiap langkah yang diambil dengan keberanian dan ketekunan, kita sedang membentuk dunia yang akan datang.Waktu Esok: Harapan dan Pemenuhan Potensi, Prinsip waktu yang berfokus pada masa depan positif menanamkan harapan dan pemenuhan potensi. Esok adalah bukan sekadar perpanjangan hari ini; itu adalah panggung di mana mimpi-mimpi kita bisa menjadi kenyataan. Setiap tantangan hari ini adalah peluang untuk tumbuh dan berkembang, mengarahkan kita ke arah yang lebih baik. Menghadapi waktu esok dengan optimisme dan keyakinan bahwa hal-hal baik akan terjadi adalah langkah awal menuju pencapaian potensi penuh. Ini bukanlah harapan buta, tetapi panggilan untuk bertindak dengan keyakinan bahwa setiap usaha yang ditempuh akan membawa hasil positif.Seneca, mengajak kita untuk menghargai waktu sebagai karunia yang tak ternilai. Ia menyoroti bahwa hidup bukanlah hanya tentang melewati waktu, tetapi juga tentang bagaimana kita hidup dan menciptakan makna dalam setiap momen. ”Jangan menunggu waktu. Buatlah waktu.”*— Anselm Feuerbach Anselm Feuerbach, seorang filsuf Jerman, menekankan pada keaktifan kita dalam membentuk waktu. Daripada menjadi penonton dalam perjalanan waktu, kita memiliki kemampuan untuk menjadi pembuat waktu. Pilihan dan tindakan kita membentuk alur waktu kita sendiri. “Waktu adalah peluang terbaik, dan peluang yang hilang adalah waktu yang hilang selamanya.”— Benjamin Franklin Benjamin Franklin, salah satu Bapak Pendiri Amerika Serikat, menyoroti pentingnya memanfaatkan waktu sebagai peluang. Ia mengajak kita untuk menghargai setiap momen karena waktu yang terbuang adalah kesempatan yang hilang untuk menciptakan perubahan positif. Prinsip waktu yang berfokus pada masa depan yang positif memandang waktu sebagai sekutu, bukan musuh. Waktu hari ini adalah kesempatan untuk hidup dengan penuh kesadaran, waktu sekarang adalah panggung penciptaan realitas, dan waktu esok adalah sumber harapan dan pemenuhan potensi. Dengan pandangan ini, kita dapat memanfaatkan setiap detik untuk mengarahkan dunia ke arah yang lebih baik, merangkul peran kita dalam membentuk masa depan yang penuh arti.(*) Versi cetak digital Tabloid Aceh TRANSit Edisi 15 dapat diakses di laman:

Kendaraan Listrik, Upaya untuk Merawat Lingkungan

Saat ini negara kita yang dijuluki Heaven on Earth serta paru paru dunia telah tercemar polusi udaranya, terutama ibukota Jakarta. Kepadatan dan ramainya penduduk di ibukota membuat meningkatnya polusi udara yang diakibatkan dari emisi kendaraan dan juga industri yang dapat menyebabkan tingginya tingkat polusi udara. Polusi udara di Indonesia merupakan masalah serius yang mempengaruhi kesehatan masyarakat dan lingkungan. Dikarenakan polusi udara merupakan salah satu masalah lingkungan yang paling mendesak di dunia saat ini, karena ini telah menjadi ancaman serius terhadap kesehatan masyarakat dan lingkungan. Berdasarkan laporan terbaru dari kualitas udara dunia IQAir 2021 yang dirilis pada Maret tahun 2022, Indonesia menduduki peringkat ke-17 sebagai negara dengan tingkat polusi udara tertinggi di dunia, dengan konsentrasi PM2,5 mencapai 34,3 μg per meter kubik.Pada September tahun 2021, laporan Air Quality Life Index (AQLI) yang diterbitkan oleh Energy Policy Institute, University of Chicago (EPIC) menjelaskan bahwa rata-rata orang Indonesia diperkirakan dapat kehilangan 2,5 tahun dari usia harapan hidupnya akibat kualitas udara yang tidak memenuhi ambang aman sesuai pedoman World Health Organization (WHO) untuk konsentrasi partikel halus (PM2.5). Dengan demikian, penanganan polusi udara menjadi prioritas yang harus diatasi oleh pemerintah dan masyarakat. Dampak dan efek serius dari polusi udara terhadap kesehatan manusia yaitu dapat menyebabkan masalah pernapasan, penyakit kardiovaskular, dan bahkan dapat berkontribusi pada perubahan iklim. Selain itu, polusi udara juga merugikan lingkungan, merusak tanaman, air, dan keanekaragaman hayati. Salah satu faktor utama meningkatnya polusi udara di Indonesia disebabkan oleh emisi kendaraan konvensional. Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan pencegahan dan pengurangan emisi yang perlu ditingkatkan, untuk menjaga kualitas udara yang lebih baik serta peningkatan kesadaran tindakan perlindungan lingkungan. Untuk menangani masalah polusi udara ini dapat mengambil langkah-langkah seperti pengurangan emisi kendaraan, peningkatan efisiensi energi, penanaman lebih banyak pohon dan mendukung kebijakan lingkungan. Salah satu cara menangani pengurangan pada emisi kendaraan yaitu dengan beralih ke kendaraan listrik. Dikarenakan kendaraan listrik dianggap ramah lingkungan karena tidak menghasilkan emisi gas buang saat digunakan. Kendaraan listrik beroperasi sepenuhnya menggunakan baterai untuk menyimpan energi dan menggerakkan kendaraan listriknya, tanpa menghasilkan gas buang yang berbahaya, sehingga tidak memerlukan bahan bakar fosil seperti bensin atau diesel yang biasanya digunakan pada mobil konvensional. Keunggulan lain dari mobil listrik yaitu meliputi efisiensi energi yang tinggi, biaya operasional yang lebih murah, kontribusi positif terhadap lingkungan, dan memiliki performa yang baik. Mobil listrik juga memerlukan perawatan yang lebih sedikit dibandingkan mobil konvensional. Namun, kendaraan listrik juga memiliki beberapa kekurangan yang meliputi keterbatasan jangkauan per charge, ketergantungan pada infrastruktur pengisian daya, dan biaya awal yang lebih tinggi. Selain itu, masih ada tantangan terkait daur ulang baterai dan dampak lingkungan produksi baterai. Karena beberapa kekurangan itulah yang membuat kendaraan listrik kurang banyak diminati oleh masyarakat. Akan tetapi, pemerintah mendukung dan menganjurkan untuk jangka menengah ke atas mulai beralih menggunakan kendaraan listrik, seperti yang disebutkan oleh Presiden Joko Widodo di gedung MPR/DPR pada Jumat, 16 Agustus 2019, Jakarta. Jokowi menyebutkan keinginannya akan industri otomotif dalam negeri untuk memproduksi dan mengekspor kendaraan bermotor listrik. Tujuannya tidak lain adalah untuk mengurangi emisi karbon sebesar 29 persen pada tahun 2030. Menurut data dari Gaikindo, pada Agustus tahun 2023 volume penjualan dan minat pembelian kendaraan listrik berbasis baterai atau Battery Electric Vehicle (BEV) di Indonesia mencapai 1.331 unit. Angka tersebut naik 24 persen dibanding Juli tahun 2023, serta lebih tinggi 30 persen dibanding Agustus tahun lalu.Jika diakumulasikan, selama periode Januari-Agustus tahun 2023 volume penjualan mobil listrik BEV di dalam negeri mencapai sekitar 8,2 ribu unit. Pencapaian itu lebih tinggi sekitar lima kali lipat dibanding Januari-Agustus tahun 2022, yang penjualan wholesale-nya hanya sekitar 1,6 ribu unit. Hal ini menunjukkan tren mobil listrik di Indonesia pada tahun 2023 sudah berkembang pesat dibanding tahun lalu. Dari tulisan saya yang di atas dapat kita simpulkan bahwa mobil listrik cenderung positif dan dianggap sebagai langkah positif untuk mengurangi polusi udara dan ketergantungan pada bahan bakar fosil. Banyak orang mengapresiasi konsep mobil listrik sebagai solusi ramah lingkungan, tetapi beberapa juga menyoroti tantangan seperti infrastruktur pengisian daya dan harga yang masih tinggi. Beberapa orang melihat mobil listrik sebagai langkah maju yang penting untuk menjaga lingkungan dan mengurangi dampak perubahan iklim. Namun, perlu diakui bahwa masih ada pekerjaan yang perlu dilakukan untuk meningkatkan aksesibilitas dan efisiensi teknologi ini agar dapat diterima oleh lebih banyak orang. Pendapat tentang mobil listrik cenderung berkembang seiring waktu sejalan dengan perkembangan teknologi dan solusi untuk mengatasi hambatan-hambatan yang ada. Dengan adanya anjuran penggunaan mobil listrik dari pemerintah juga berdampak negatif bagi perusahaan bahan bakar batu bara dikarenakan merosotnya pembelian bahan bakar oleh masyarakat yang sudah beralih ke penggunaan tenaga listrik. Karena dengan menggunakan kendaraan listrik masyarakat tidak perlu mengantri membeli bahan bakar di SPBU, serta tidak harus mengeluarkan rupiah yang tinggi jika terjadinya kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Jika pemerintah sudah mendukung dan menganjurkan peningkatan penggunaan kendaraan listrik, sebaiknya pemerintah juga menyediakan atau memberikan subsidi kendaraan listrik, menambah titik Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) dan meningkatkan kebijakan peraturan tentang kendaraan listrik. Agar masyarakat bisa menerima penerapan penggunaan kendaraan listrik. Dengan meningkatnya penggunaan kendaraan listrik dapat membantu mencegahnya pencemaran polusi udara.(*) *Oleh Jihad Syura, Mahasiswi Magang MBKM Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Syiah Kuala (USK)

Inilah Perbedaan MRT dengan LRT

Perkembangan dunia perkeretaapian memang cukup pesat ya Rakan Moda. Kini hadir ditanah air, jenis transportasi yang keren dan lebih ramah lingkungan yaitu Mass Rapid Transit (MRT) dan Light Rail Transit (LRT), keduanya termasuk dalam jenis transportasi umum. Sekilas, MRT dan LRT terlihat mirip karena berbentuk kereta dan menggunakan rel sebagai lintasan dan keduanya digerakkan oleh aliran listrik. Tapi sebenarnya kedua transportasi ini memiliki perbedaan signifikan yang bisa dilihat dari berbagai aspek. Apa sajakah perbedaan antara MRT dan LRT? Perbedaan utama antara keduanya terletak pada jangkauan atau batasan operasionalnya. MRT (Mass Rapid Transit) bisa menjangkau daerah yang lebih luas. Sedangkan LRT (Light Rail Transit) hanya bisa menjangkau daerah tertentu, misalnya pada batas kota. MRT biasa digunakan bagi mereka yang ingin bepergian di luar batas kota atau yang jarak tempuhnya cukup jauh. Sedangkan LRT hanya bisa dijangkau di dalam  kota. Untuk lebih jelasnya terkait perbedaan antara MRT dan RLT telah mimin rangkum dan dapat dilihat pada tabel dibawah ini ya Rakan Moda Perbedaannya MRT (Mass Rapid Transit) LRT (Light Rail Transit) Jangkauan MRT memiliki jangkauan rute yang luas LRT memiliki Jangkauan Rute yang lebih terbatas Kecepatan MRT memiliki kecepatan yang tinggi bahkan melebihi LRT LRT memiliki kecepatan yang cemderung lebih rendah dari MRT Jumlah Gerbong MRT memiliki gerbong lebih banyak biasanya berjumlah 6 gerbong LRT memiliki jumlah gerbong yang cenderung sedikit biasanya berjumlah 4 gerbong Daya Tampung Penumpang Daya Tampung Penumpang MRT cukup besar yaitu dapat mengangkut 1.950 Penumpang dalam sekali jalan Daya tampung LRT lebih sedikit yaitu 600 Penumpang dalam sekali jalan Lintasan MRT menggunakan lintasan bawah tanah dan layang LRT menggunakan lintasan layang Rute MRT mampu melayani lebih banyak rute perjalanan LRT melayani rute perjalanan yang lebih sedikit Nah, meski terkesan sama, MRT dan LRT ternyata memiliki perbedaan signifikan ya, kehadiran moda transportasi ini menjadi angin segar di Indonesia, mari sama-sama kita dukung kemajuan dalam Bidang Transportasi ya Rakan semua.(AP)

Terminal di Aceh dan Sejarah Keberadaannya

Rakan Moda, Apa yang ada dipikiran kita ketika mendengar kata “terminal”. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata terminal memiliki makna: perhentian penghabisan (bus, kereta api dan sebagainya). Sebagian kita juga beranggapan bahwa terminal adalah sebuah tempat pertukaran penumpang atau pengguna jasa angkutan darat saja bukan? Kenyataannya adalah terminal bukan hanya tempat perhentian angkutan darat saja, juga termasuk jalur udara dan laut. Terminal dapat ditemukan di setiap provinsi, termasuk di provinsi Aceh.  Keberadaan Terminal di Aceh mengalami perkembangan sepanjang sejarah yang berkaitan dengan transportasi dan konektivitas di provinsi Aceh. Berikut merupakan sejarah singkat tentang terminal di Aceh: Aceh memiliki beberapa jenis terminal yang berfungsi sebagai pusat transportasi untuk berbagai moda transportasi, termasuk darat, laut, dan udara. Berikut adalah beberapa jenis terminal yang ada di Aceh: Selama beberapa tahun terakhir, Aceh telah mengalami perkembangan signifikan dalam sektor transportasi dan infrastruktur, termasuk terminal-terminal yang lebih modern dan nyaman untuk melayani kebutuhan penduduk dan wisatawan. Sejarah ini mencerminkan pentingnya konektivitas dan mobilitas dalam pengembangan ekonomi dan sosial di provinsi Aceh. (FL)

Tidak Perlu Bingung, Inilah Perbedaan Gerbong dengan Kereta

Rakan Moda, tahukah kamu pada rangkaian kereta api ada namanya bagian yang namanya gerbong dan kereta. Gerbong dan kereta adalah dua komponen utama dalam sistem kereta api, tetapi keduanya memiliki perbedaan dalam fungsi dan penggunaan. Gerbong adalah bagian dari kereta api yang digunakan untuk mengangkut barang atau penumpang. Gerbong memiliki roda yang berputar di atas rel kereta, dan mereka ditarik oleh lokomotif. Gerbong terdiri dari dua yaitu gerbong penumpang dan gerbong barang. Gerbong penumpang adalah kompartemen di dalam kereta api yang digunakan untuk mengangkut penumpang. Gerbong biasanya dilengkapi dengan kursi, jendela, dan fasilitas lainnya untuk kenyamanan penumpang. Sedangkan Gerbong barang digunakan untuk mengangkut berbagai jenis kargo seperti kontainer, batu bara, bahan bakar minyak, dan banyak lagi. Mereka memiliki desain yang berbeda tergantung pada jenis kargo yang diangkut. Berbeda dengan gerbong,  kereta adalah satu unit kendaraan yang terdiri dari satu atau lebih gerbong yang terhubung satu sama lain.  Kereta api adalah hasil dari perkembangan teknologi transportasi yang berlangsung selama berabad-abad, dan tidak dapat diatribusikan kepada satu penemu tunggal. Terdapat beberapa tokoh dan inovator penting yang berkontribusi perkembangan awal kereta api. Richard Trevithick (1771-1833) yang merupakan Insinyur asal Inggris, Richard merupakan salah satu pionir dalam perkembangan lokomotif uap membangun lokomotif uap pertama yang berhasil digunakan di jalur kereta api pada tahun 1804. Kemudian pada tahun 1814 George Stephenson yang juga merupakan seorang insinyur asal Inggris. George Stephenson juga dianggap sebagai “Bapak Kereta Api” karena pada tahun 1814, ia membangun lokomotif uap pertamanya yang dikenal dengan nama “Blücher.” Selanjutnya pada tahun 1829, ia memenangkan kompetisi lokomotif Rainhill dengan lokomotif “Rocket,” yang menjadi terkenal dan digunakan dalam pengembangan awal sistem kereta api komersial. Seiring perkembangan masa Robert Stephenson yang merupakan putra dari George Stephenson bersama Isambard Kingdom Brunel. Keduanya berkolaborasi mengembangankan lokomotif uap dan jalur kereta api modern dengan pembangunan berbagai jalur kereta api di Inggris. Dengan demikian kereta api adalah hasil dari berbagai perkembangan teknologi, ide, dan kontribusi dari banyak individu di seluruh dunia. Ini adalah contoh penting dari kolaborasi dan evolusi dalam dunia transportasi yang berlangsung selama berabad-abad. Jadi Rakan Moda, perbedaan utama antara gerbong dan kereta terletak pada peran dan fungsi mereka dalam sistem kereta api. Gerbong adalah bagian individu yang digunakan untuk mengangkut barang atau penumpang, sementara kereta adalah satu unit kendaraan yang terdiri dari satu atau lebih gerbong yang terhubung satu sama lain. (FL)

Sistem Navigasi Barometer Kapal untuk Mengukur Tekanan Atmosfer

Sistem navigasi modern by Ibrahim Boran

Kapal Feri Vs Pesiar: 12 Perbedaan yang Perlu Diketahui

Ada banyak perbedaan antara feri dan kapal pesiar – tetapi Anda mungkin tidak menyadari semuanya. Jika Anda bukan seseorang yang pernah berlayar sebelumnya, atau Anda belum pernah mencari layanan feri, Anda mungkin berasumsi bahwa mereka serupa. Namun sebenarnya tidak demikian, meskipun ada beberapa kesamaan yang mereka miliki. Dalam panduan ini, saya akan menjelaskan perbedaan utama antara feri dan kapal pesiar sehingga Anda selalu tahu cara membedakannya. Apakah Kapal Feri Dianggap sebagai Kapal Pesiar? Feri tidak dianggap sebagai kapal pesiar. Kapal-kapal tersebut merupakan jenis kapal yang berbeda-beda dengan tujuan yang berbeda – kapal feri adalah kapal pengangkut yang membawa Anda dari satu lokasi ke lokasi lain, sementara kapal pesiar berkeliling di beberapa pelabuhan dan sering kali kembali ke pelabuhan awal. Petunjuknya ada pada namanya – “feri” akan mengantar Anda dari titik A ke titik B, sementara “kapal pesiar” akan berlayar mengelilingi lautan dan pelabuhan dengan kecepatan yang lebih santai. Mungkin ada kebingungan karena beberapa kapal pesiar akan melakukan perjalanan dari satu pelabuhan ke pelabuhan lain, bukan pulang pergi. Namun sebagai pemandu, Anda akan memesan kapal feri untuk mencapai tujuan Anda, sedangkan di kapal pesiar, kapal adalah tempat liburan sama seperti pelabuhan.Jelas sekali, saya mempunyai minat terhadap kapal pesiar dan saya sering berbicara dengan orang-orang yang mengatakan kepada saya bahwa mereka pernah naik kapal pesiar, hanya untuk kemudian mengatakan “hanya satu malam ke Prancis”. Mungkin itu terjadi di kapal pesiar, tapi mungkin juga tidak – mungkin saja kapal feri. Anda tidak naik kapal pesiar, Anda pergi ke Prancis. Anda kebetulan bepergian dengan kapal. 12 Perbedaan Kapal Pesiar dan Feri Berikut adalah beberapa perbedaan terbesar antara kapal pesiar dan feri: 1. Tujuan kapal Seperti yang telah saya sebutkan, tujuan kapal adalah salah satu perbedaan terbesar di antara keduanya. Pelayaran dimaksudkan untuk menjadi bagian dari pengalaman pemesanan Anda, sedangkan feri hanyalah transportasi – meskipun terkadang transportasi cukup nyaman. Pikirkan tentang tujuan Anda. Dengan kapal feri, tujuan Anda adalah mencapai suatu tempat di atas air – kapal feri akan membawa Anda ke sana. Dengan kapal pesiar, tujuan Anda hanyalah bersenang-senang – dan kapal itu sendiri memberikan banyak pengalaman itu. 2. Ukuran kapal Ada feri besar, dan ada kapal pesiar kecil, tapi aturan praktisnya, kapal pesiar akan selalu lebih besar dari feri. Kapal pesiar membawa lebih banyak penumpang dan memiliki lebih banyak hal untuk dilakukan di dalamnya, sementara kapal feri dirancang untuk perjalanan yang lebih pendek dan pada saat yang sama lebih sedikit penumpang. Sebagai panduan singkat, berikut ini gambaran MV John F. Kennedy (kapal feri Staten Island, MS Spirit of Britain (salah satu feri terbesar di dunia, dan Icon of the Seas (kapal pesiar terbesar di dunia)… Pengukuran MV John F Kennedy MS Spirit Inggris (Feri) Ikon Lautan (Kapal Pesiar) Panjang 277 kaki 698,8 kaki 1.198 kaki Tonase Kotor (volume internal) 2.109 GT 47.592GT 250.800GT Kapasitas penumpang 3.500 2.000 7.600 3. Pergerakan kapal Karena kedua jenis kapal tersebut memiliki tujuan yang berbeda, Anda tidak akan berada dalam situasi di mana Anda harus memilih di antara keduanya. Namun jika Anda mengalaminya – dan Anda menderita mabuk laut – maka Anda sebaiknya memesan kapal pesiar daripada kapal feri. Kapal feri jauh lebih kecil dan dibangun dengan anggaran yang lebih besar. Jadi Anda tidak hanya akan lebih merasakan pergerakan gelombang laut karena ukuran kapalnya, tetapi mereka juga tidak memiliki teknologi stabilisasi canggih yang dimiliki kapal pesiar modern. Jadi, jika Anda berada di kapal feri, Anda akan lebih merasakan pergerakan kapal dibandingkan dengan kapal pesiar besar. 4. Apa yang dapat dibawa oleh kapal Kapal pesiar dirancang murni untuk mengangkut penumpang – seringkali ribuan penumpang sekaligus. Ada beberapa contoh di mana kapal pesiar juga bisa berlayar dengan hewan peliharaan, namun ini sangat terbatas. Feri, sebaliknya, dapat mengangkut penumpang dan sering kali hewan peliharaan, terkadang berada di ruangan yang sama dengan pemiliknya. Dan mereka juga bisa membawa kendaraan juga. Banyak feri yang mengizinkan Anda naik ke kapal, sehingga Anda dapat berkendara di sisi lain dan melanjutkan perjalanan. 5. Biaya ongkos Maklum saja, biaya kapal feri dan kapal pesiar tidak sama. Dengan feri, Anda membayar jauh lebih sedikit – kapal pesiar mencakup banyak pilihan makanan, akomodasi yang lebih besar, dan lebih banyak hiburan. Perjalanan feri satu malam dari Dublin, Irlandia ke Cherbourg, Prancis akan menelan biaya sekitar £70. Dan meskipun mungkin untuk mendapatkan kapal pesiar dengan biaya sebesar ini, Anda biasanya akan membayar untuk perjalanan yang lebih lama dan tarif Anda bisa mencapai ribuan, tergantung pada pilihan kabin Anda. 6. Jarak yang ditempuh Kapal feri biasanya dirancang untuk perjalanan jarak pendek. Paling lama, mereka biasanya akan berlayar selama dua hari, meskipun jaraknya bisa sangat kecil dan hanya memakan waktu satu atau dua jam untuk menyelesaikannya – seperti rute feri Inggris ke Prancis. Kapal pesiar dirancang untuk pelayaran yang lebih lama, seringkali dengan beberapa hari laut berturut-turut. Dan mereka akan melakukan perjalanan jarak yang sangat jauh dalam satu pelayaran – bahkan kapal pesiar dunia akan mengelilingi seluruh dunia. 7. Jadwal Feri cenderung memiliki jadwal yang sangat statis. Mereka akan berlayar pada waktu yang sama dalam sehari, dan pada hari yang sama dalam seminggu, hampir setiap minggu. Dan tahun berikutnya, kapal feri tersebut kemungkinan besar akan menjalankan jadwal yang sangat mirip. Tidak perlu mengubahnya ketika kapal hanya berlayar bolak-balik antar tujuan. Kapal pesiar memiliki jadwal yang jauh lebih rumit. Mereka sering kali memiliki rencana perjalanan yang berbeda-beda, dan bergantian di antara mereka selama satu musim. Mereka mungkin menghabiskan musim panas di Eropa sebelum menyeberangi Samudera Atlantik untuk musim Karibia di musim dingin. Mereka mungkin benar-benar mengubah tempat mereka berada pada tahun berikutnya. Ada lebih banyak prediktabilitas dibandingkan feri, baik dan buruk. 8. Pilihan akomodasi Banyak feri yang bisa Anda gunakan untuk berlayar terutama ditujukan untuk perjalanan jarak pendek, namun ada beberapa yang memiliki akomodasi di kapal untuk para tamu, untuk pelayaran semalam. Namun pilihannya jauh lebih terbatas. P&O Ferries memang memiliki beragam pilihan kabin, mulai dari Standar hingga Kabin Club Suite. Namun jenis suite ini tidak sama dengan yang Anda dapatkan di kapal pesiar. Dan kamarnya masih cukup mendasar. Keunggulan Club Suite Cabin dibandingkan dengan Standard Cabin di kapal yang sama, antara lain TV, fasilitas minuman panas, dan ruang tamu terpisah. Di kapal pesiar, ini sering kali merupakan standar – mungkin bukan ruang tamu, tapi pasti tersedia di beberapa kabin Balkon dan

Mengenal Abbas Ibn Firnas, Bapak Penerbangan Dunia

Sejarah dipenuhi dengan kisah-kisah orang-orang legendaris yang berusaha terbang; tidak lebih dari mitos Icarus yang dikatakan terbang terlalu dekat dengan matahari dan terbakar. Faktanya, manusia pertama yang terbang adalah Abbas Abu Al-Qassim Ibn Firnas Ibn Wirdas Al-Takurini. Ibnu Firnas lahir di tempat yang sekarang dikenal sebagai Ronda, Spanyol pada tahun 810AD. Namun, ia tinggal di Cordoba, yang merupakan pusat pembelajaran dunia Islam pada saat itu. Ibnu Firnas adalah seorang ulama brilian yang memiliki keterampilan tingkat lanjut sebagai astronom, penemu, insinyur, penerbang, dokter, musisi dan penyair. Dia merancang antara lain jam air, kaca tidak berwarna, dan lensa korektif. Dia sangat tertarik pada perangkat mekanis dan terutama kristal, yang membawanya untuk melebur pasir menjadi kaca dan menciptakan gelas minum Andalusia. Konon ia terinspirasi oleh seorang stuntman bernama Armen Firman yang mengembangkan sarana simulasi penerbangan dengan mengamati alam dan memadukannya dengan pemahaman dasar mekanika penerbangan. Firman konon membuat semacam pakaian sutra yang diperkuat dengan batang kayu, yang digunakannya untuk memanjat ke puncak menara masjid agung di Cordoba, dan melompat. Meskipun dia tidak terbang, penemuannya cukup berkembang sehingga memperlambat kejatuhannya. Ini berarti dia hanya menderita luka ringan dibandingkan menjadi cacat atau lebih buruk lagi, meninggal. Menurut beberapa laporan, Ibnu Firnas berada di tengah kerumunan orang yang mengamati hal ini dan hal ini mendorongnya untuk mendalami dunia aeronautika sehingga ia mampu membuat mesin terbangnya sendiri 23 tahun setelah ia pertama kali mengamati Firman dan alat terbangnya. Ibnu Firnas terbang dengan sepasang sayap yang terbuat dari bulu asli dan dibuat dari kayu dan sutra. Dia kemudian pergi ke Jabal al-Arus dan melompat dari tebing. Pengamat menyatakan bahwa dia meluncur selama sepuluh menit sebelum mulai turun. Saat turun, dia menyadari bahwa dia memiliki kelemahan besar dalam desainnya. Dia terlalu fokus pada kemampuan dan mekanisme lepas landas dan lupa mempelajari keturunan dalam penerbangan. Ini berarti dia turun dan mendarat dengan kecepatan sangat tinggi, yang menyebabkan dia terluka parah. Selama dua belas tahun berikutnya, dia memikirkan apa yang salah dengan rancangannya dan dia menyimpulkan bahwa seperti burung, dia memerlukan ekor untuk memperlambat penurunannya. Dia tidak pernah lagi melakukan penerbangan seumur hidupnya tetapi berabad-abad kemudian, banyak orang mengikuti jejaknya untuk mempelajari ilmu pengetahuan dan mekanika penerbangan. Pada tahun 1976, Kelompok Kerja tata nama Sistem Planet menamai kawah bulan dengan namanya sebagai pengakuan atas pencapaiannya. Ada juga bandara yang dinamai menurut namanya di Bagdad yang dikenal sebagai Bandara Ibnu Firnas.(*) Sumber: Linkedin

Leubeung

Oleh Khairurrijal, Juara 3 Lomba Menulis Transportasi Aceh Tahun 2023 Subtema        : Budaya Bersih untuk Transportasi Hijau Judul              : Leubeung Leubeung merupakan suatu kosakata dalam Bahasa Aceh yang pada era lampau dimaksudkan sebagai suatu area genangan yang berfungsi sebagai tempat tampungan atau resapan air limbah rumah tangga seperti buangan air dari kamar mandi atau dapur. Leubeung biasanya berada berdekatan dengan sumur, kamar mandi, area dapur, dan memanfaatkan kedalaman alamiah kontur tanah atau digali sedalam 0,5 – 1 m serta tidak berbentuk konstruksi atau struktur bangunan tertentu. Keindahan leubeung akan dihiasi dengan jejeran pohon pisang, pandan wangi, talas dan jenis tumbuhan lainnya yang dapat hidup berdampingan dengan air comberan atau dalam Bahasa Aceh dikenal sebagai ie adeen. Pada era sebelum tahun 2000-an, leubeung dapat ditemui di banyak rumah masyarakat Aceh di wilayah perdesaan atau setidaknya di bagian tempat asal penulis yaitu wilayah pesisir utara – timur Aceh. Di era modern saat ini, leubeung menjadi padanan analogi kontradiktif terhadap standar pengelolaan limbah yang semestinya tersedia pada suatu tempat, usaha dan kegiatan. Budaya bersih untuk mewujudkan Transportasi Hijau tentu tidak hanya cukup pada upaya menumbuhkan empati terhadap lingkungan dan aktivitas penanganan kebersihan lingkungan semata, namun setidaknya perlu ditopang juga oleh beberapa aspek seperti sarana, prasarana, norma, pedoman, sumber daya manusia, aparatur, dan kampanye kebersihan. Dalam hal tema budaya bersih untuk transportasi hijau, penulis memaknai bahwa budaya bersih tidak hanya harus menyasar pada komponen perilaku pengelola, pengguna jasa, mitra dan stakeholder sektor transportasi dalam menjaga prasarana agar bersih dari sampah, namun budaya bersih perlu dikaji lebih luas bahkan pada aspek yang berada di bawah permukaan atau tersembunyi di balik layar operasional sektor transportasi. Contohnya sudah sesuai standarkah pengelolaan sampah dan limbah dari operasional sarana dan prasarana angkutan darat, laut, serta udara. Segmen tinjauan tulisan ini akan membahas tentang bagaimana penerapan “budaya bersih” di Pelabuhan Penyeberangan Ulee Lheue Kota Banda Aceh. Besar harapan sumbangsih tulisan ini dapat dimaknai sebagai kontribusi konstruktif dari masyarakat dalam mendukung upaya Dinas Perhubungan Aceh untuk mewujudkan visi transportasi hijau di wilayah Aceh. Patut disyukuri bahwa Dinas Perhubungan Aceh selaku pengelola Pelabuhan Penyeberangan Ulee Lheue telah menunjukkan secara konkret komitmennya dalam menjaga lingkungan hidup mulai dari memenuhi kewajiban perizinan lingkungan hidup, membangun kolaborasi kegiatan lingkungan hingga membangun kerjasama penanganan sampah terpilah dengan Bank Sampah Universitas Syiah Kuala. Konsistensi komitmen lingkungan tersebut terpampang secara jelas hingga tiga tahun terakhir melalui berbagai aksi dan postingan pada platform-platform media sosial milik Dinas Perhubungan Aceh. Di tengah kekaguman tersebut penulis tersentak oleh kenangan masa lalu yang bernostalgia ke kampung halaman. Betapa tidak! pada era modern ini masih dapat terciduk sebuah “Leubeung Raya” di halaman belakang Pelabuhan Penyeberangan Ulee Lheue, tepatnya di area belakang bangunan toilet dekat mushalla. Tidak dapat diketahui secara pasti apakah leubeung tersebut benar-benar difungsikan sebagai tempat penampungan resapan air kotor atau hanya terbentuk secara alami pada area yang topografi tanahnya relatif lebih rendah dari kawasan di sekitarnya. Apapun fungsi dan alasan terbentuknya, namun area genangan tersebut seperti menghantarkan kita kembali pulang ke rumah-rumah di wilayah perdesaan masa lampau. Sejenak terpikir apakah ini perlu kita lestarikan dengan baik agar kosakata leubeung tersosialisasi pada generasi mendatang atau wisatawan yang berkunjung. Beranjak dari lamunan tersebut, pertanyaan-pertanyaan besar lainnya bergemuruh di pikiran seperti, lantas bagaimana pengelolaan sampah dan limbah dari kapal KMP. Aceh Hebat 2, KMP. BRR, KMP. Papuyu, kapal-kapal cepat Express Bahari, dan kapal-kapal lainnya yang ada di Pelabuhan Penyeberangan Ulee Lheue. Hasil searching pada media sosial Dinas Perhubungan Aceh tidak menunjukkan adanya publikasi tentang pengelolaan limbah dari kapal di pelabuhan. Adakah prasarana dan kelembagaan untuk pengelolaan sampah secara terpilah dan penanganan limbah dari kapal di Pelabuhan Penyeberangan Ulee Lheue. Penelitian yang dilakukan oleh Yulianto dan Winarni (2023) menyimpulkan bahwa timbulan sampah harian dari kapal seperti sisa makanan, plastik, kemasan makanan dan minuman, kemasan peralatan, suku cadang, kardus atau palet harus ditangani secara terpilah sesuai dengan kategori sampah. Begitu pula limbah dan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) mesti ditangani sesuai prosedur yang tepat karena sampah dan limbah berpotensi merugikan alam sekitar dan akan memerlukan biaya yang sangat besar untuk memulihkan kembali jika menimbulkan dampak seperti pencemaran air laut, kerusakan kehidupan biota laut, kerusakan terumbu karang, penurunan estitika lingkungan atau kerusakan keindahan alam laut. Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 24 Tahun 2022 tentang Perubahan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 29 Tahun 2014 tentang Pencegahan Pencemaran Lingkungan Maritim diantaranya mengatur bahwa dalam hal fasilitas penutuhan kapal (ship recycling facilities) tidak memiliki peralatan pengelolaan limbah dan/atau sampah, maka limbah dan/atau sampah yang ada di atas kapal harus dibuang pada pelabuhan terakhir. Menerapkan peraturan tersebut serta regulasi/ketentuan lainnya secara komprehensif dalam pengelolaan lingkungan pelabuhan adalah jalan menuju terwujudnya visi transportasi hijau atau green port pada Pelabuhan Penyeberangan Ulee Lheue. Mewujudkan visi transportasi hijau melalui budaya bersih setidaknya perlu ditopang secara sinergis oleh 4 (empat) pilar, yaitu fasilitas penunjang lingkungan, norma atau Standar Operasional Prosedur (SOP), sumber daya aparatur, serta edukasi dan kampanye pola hidup bersih. Penyediaan fasilitas penunjang lingkungan seperti tempat penanganan sampah dan instalasi pengelolaan limbah harus mendapat perhatian prioritas jika Dinas Perhubungan Aceh benar-benar serius ingin mewujudkan Pelabuhan Penyeberangan Ulee Lheue sebagai suatu green port. Kenapa sampah dan limbah perlu menjadi prioritas penanganan? Pertama, karena timbulan sampah di pelabuhan penyeberangan bersifat kontinyu dan variatif sepanjang aktivitas mobilitas berlangsung, serta tersebar di seluruh area pelayanan dan jasa lainnya sehingga selayaknya penanganan sampah dilakukan pada suatu unit tertentu seperti Tempat Pengolahan Sampah dengan Prinsip 3R (reduce, reuse dan recycle) atau minimal unit pemilahan sampah seperti Bank Sampah. Kedua, karena Pelabuhan Penyeberangan Ulee Lheue berpotensi menghasilkan limbah domestik dan B3 dari aktivitas operasional pelayanan, perkantoran, kegiatan usaha atau bisnis, serta limbah dari kapal yang bersandar di dermaga sehingga sepatutnya disediakan suatu bangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah dan Limbah B3 yang memenuhi standar serta ketentuan teknis. Pemenuhan infrastruktur penunjang lingkungan yang representatif dan memadai adalah keniscayaan dalam mendukung terwujudnya budaya bersih menuju transportasi hijau. Norma atau SOP adalah instrumen penting yang sering terabaikan dalam mencapai sebuah visi adalah bagaimana mendetilkan kebutuhan, peran dan fungsi dari para pihak yang akan terlibat dalam misi-misi yang telah dirumuskan. Penerapan SOP yang baik dan

Menjadikan Transkutaraja Angkutan Massal Perkotaan Yang Andal

Oleh Zikrillah, Juara 2 Lomba Menulis Transportasi Aceh Tahun 2023 Subtema        : Transportasi perkotaan yang didambakan Judul              : Menjadikan Transkutaraja Angkutan Massal Perkotaan Yang Andal Pada kawasan perkotaan seperti Banda Aceh dan sebagian wilayah Aceh Besar yang menjadi penyangga ibu kota provinsi Aceh sebagai salah satu pusat kawasan pertumbuhan ekonomi, pembangunan insfrastruktur, jumlah penduduk, jumlah pendatang tentu akan terus meningkat dan mengakibatkan pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor yang signifikan terutama kendaraaan roda dua. Hal ini jika tidak  diantisipasi sedini mungkin akan menimbulkan permasalahan serius dimasa yang akan datang. Kemacetan yang memiliki banyak dampak buruk serta polusi udara yang berpengaruh pada kesehatan akan memjadi kerugian yang besar. Kondisi angkutan umum yang ada sebagai salah satu solusi untuk mengatasi hal tersebut saat ini masih dirasakan belum dalam kondisi yang ideal, akibatnya kendaraan pribadi khususnya roda dua menjadi pilihan untuk melakukan perjalanan karena dianggap lebih murah dan praktis. Permasalahan ini menjadi semakin rumit, karena upaya pemerintah untuk menghadirkan angkutan massal perkotaan Transkutaraja saat ini sepertinya juga belum mampu menjadi solusi untuk mengatasi hal tersebut. Banyak pihak yang mungkin menganggap bahwa Transkutaraja saat ini telah berfungsi sebagai angkutan massal perkotaan yang ideal, namun sebenarnya terdapat beberapa kekurangan yang menyebabkan Transkutaraja masih tergolong sebagai angkutan umum. Hal ini sesuai dengan penjelasan Undang Undang Nomor 2 tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan pasal 1 ayat 3, angkutan umum adalah perpindahan orang dan/atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan di ruang lalu lintas jalan. Berdasarkan hal tersebut angkutan umum lebih sesuai untuk perjalanan antar kota dan antar provinsi, bukan pada kawasan utama suatu wilayah perkotaan. Angkutan massal dalam perkotaan seharusnya mengikuti standar angkutan massal berbasis jalan yang diatur pada Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM. 10 Tahun 2012 Tentang Standar Pelayanan Minimal Angkutan Massal Berbasis Jalan. Peraturan Menteri Perhubungan ini menjelaskan bahwa angkutan massal berbasis jalan merupakan suatu sistem angkutan umum yang menggunakan mobil bus dengan lajur khusus yang terproteksi sehingga memungkinkan peningkatan kapasitas angkut yang bersifat massal yang dioperasikan di Kawasan Perkotaan. Mengacu kepada peraturan ini maka Transkutaraja saat ini masih memiliki fungsi sebagai angkutan umum dan belum berfungsi menjadi angkutan massal perkotaan, karena syarat dasar mengenai lajur khusus terproteksi belum diterapkan sehingga belum mampu memberikan pelayanan yang optimal. Agar Transkutaraja dapat memberikan pelayanan yang lebih baik maka perubahan fungsi dari angkutan umum menjadi angkutan massal perkotaan mutlak untuk segera dilakukan. Perubahan ini akan banyak sekali memberi manfaat dan keuntungan yang dirasakan masyarakat, tetapi dengan syarat pelaksanaan sistem transportasi massal ini dilakukan secara utuh dan lengkap berdasarkan konsep serta manajemen yang baik. Semua hal terkait pelaksanaan sistem transportasi massal Transkutaraja harus disusun dalam sebuah pedoman berupa standar operasional prosedur (SOP), diantaranya standar operasional prosedur pengoperasian kendaraan dan standar operasional prosedur penanganan keadaan darurat. Untuk melakukannya, Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM. 10 Tahun 2012 Tentang Standar Pelayanan Minimal Angkutan Massal Berbasis Jalan seharusnya dijadikan sebagai acuan utama. Penerapan kebijakan yang sudah diterapkan di daerah lain bahkan di negara lain yang terbukti sukses menjadikan angkutan massal menjadi pilihan mayoritas penduduknya juga dapat menjadi tambahan referensi. Mengacu pada peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM. 10 Tahun 2012, hal utama dan pertama yang harus dilakukan untuk mewujudkan hal ini adalah membuat lajur khusus terproteksi agar memastikan Transkutaraja memiliki keandalan tertutama dari sisi kepastian waktu tempuh. Hal ini dapat terjadi karena Transkutaraja tidak akan terjebak kemacetan dengan kendaraan lain, bahkan dengan kondisi bus Transkutaraja yang memiliki ukuran relatif besar bukan tidak mungkin menjadi penyebab utama kemacetan tersebut. Penerapan jalur khusus ini mungkin memang membutuhkan biaya yang besar, namun hal ini sebanding bahkan lebih besar dari manfaat jangka panjang yang akan diperoleh. Agar waktu tempuh Transkutaraja lebih optimal, maka hal selanjutnya yang harus menjadi perhatian adalah standar pemenuhan waktu dalam satu kali perjalanan harus ditetapkan untuk masing-masing rute. Apabila selama ini waktu yang dijadikan acuan kinerja Transkutaraja ditentukan dengan menetapkan jadwal kedatangan bus pada tiap-tiap halte, maka ada baiknya diganti dengan dengan selisih waktu antara atau headway bus, misalnya ditetapkan selama 5 (lima) menit. Untuk memastikan waktu ini terjaga dengan baik, maka jumlah bus harus dipastikan tercukupi untuk satu rute. Sebagai contoh bila satu bus melayani satu rute adalah rata-rata membutuhkan waktu 40 (empat puluh) menit, maka untuk menjaga waktu antara 5 (lima) menit harus disediakan sebanyak 40 (empat puluh) menit dibagi 5 (lima) menit yaitu 8 (delapan) unit bus. Penetapan standar waktu tempuh berdasarkan headway ini belum cukup apabila tidak diikuti dengan pengawasan dalam pelaksanaannya. Sudah menjadi rahasia umum jika pengawasan yang dilakukan hanya melibatkan pihak internal maka hasilnya tidak akan terlalu optimal. Keterlibatan masyarakat khususnya pengguna angkutan massal Transkutaraja akan sangat dibutuhkan. Pada masa ini dimana perkembangan teknologi sangat pesat, maka persoalan ini dapat dengan mudah diatasi dengan pengggunaan teknologi informasi. Apabila pada setiap bus yang ada telah dipasang GPS Tracker, maka penyelenggara Transkutaraja dapat membuat aplikasi serupa yang digunakan pada trasportasi online, dimana calon penumpang akan mengetahui keberadaan bus yang akan menuju halte yang ada. Informasi ini juga dapat disampaikan melalui papan informasi digital pada tiap halte yang menyampaikan perkiraan waktu dalam hitungan menit terkait estimasi bus akan tiba di halte tersebut. Selanjutnya upaya lain yang harus diprioritaskan adalah penyempurnaan sarana dan prasarana Transkutaraja agar dapat memenuhi standar dari segi keamanan, keselamatan, kenyamanan, keterjangkauan, kesetaraan dan keteraturan sebagaimana diatur pada Peraturan Menteri Perhubungan terkait angkutan massal berbasis jalan. Evaluasi secara menyeluruh mutlak dilakukan terhadap fasilitas dan pelaksanaan sistem transportasi angkutan massal Transkutaraja selama ini. Penyelenggara Transkutaraja harus memastikan jumlah petugas dan peralatan yang sudah tersedia cukup serta mumpuni untuk mendukung tujuan tersebut. Pada halte dan bus wajib dipastikan penerangannya cukup, udaranya sejuk, ramah disabilitas kemudian diupayakan terdapat CCTV dan petugas untuk memastikan kemananan serta informasi terkait gangguan keamanan tersedia. Hal ini juga berlaku untuk setiap titik pemberhentian bus yang belum memiliki halte, kenyamanan dan keamanannya juga harus terjamin. Estetika tangga untuk menaiki bus pada titik pemberhentian juga harus menjadi perhatian. Sedapat mungkin desain tangga baik bentuk dan warnanya diupayakan memiliki ciri khas yang serupa dengan halte yang ada, sehingga akan memberikan kesan yang lebih baik sebagai satu kesatuan sistem