Dishub

Dialog Suara Publik : KMP. Aceh Hebat Akselerator Ekonomi Aceh

Semaraknya isu yang merebak terkait KMP Aceh Hebat belakangan ini, TVRI Aceh dalam program acara Dialog Suara Publik mengangkat pembahasan akankah KMP Aceh Hebat mampu membebaskan daerah-daerah yang selama ini dianggap terisolir dan mendongkrak pertumbuhan ekonomi masyarakat? Acara yang dipandu oleh M. Syuib Hamid berlangsung secara live dari studio TVRI Aceh dengan mengundang para pakar yang berkompeten di bidangnya. Hadir Kepala Dinas Perhubungan Aceh, Junaidi Ali, S.T., M.T., Ketua Fraksi Partai Gerindra yang merupakan anggota Komisi IV DPR Aceh, Drs. H. Abdurrahman Ahmad, GM PT. ASDP Indonesia Ferry Cabang Banda Aceh, Syamsuddin, S.E., dan pengamat transportasi sekaligus Dosen Jurusan Teknik Sipil Universitas Syiah Kuala, Prof. Dr. Ir. Sofyan M. Saleh. Dalam acara yang mengusung tema “KMP. Aceh Hebat, Akselerator Ekonomi Aceh”, Junaidi menjelaskan pertimbangan dan gagasan awal terhadap kebutuhan pembangunan kapal ini. “Melihat pada tren pertumbuhan penumpang dari masing-masing pelabuhan ada perhitungan pertumbuhan penumpang dan barang logistik harus dipenuhi, selama ini jika terjadi cuaca buruk dan puncak penumpang maupun barang sering kali menyebabkan antrian di pelabuhan. Hal ini akan berpengaruh sekali terhadap ekonomi masyarakat, dampak terhadap fluktuasi harga pokok sehingga banyak usaha yang merugi, karena inilah kita memulai menggagas pembangunan kapal ini, tentu saja dengan persetujuan anggaran melalui DPR Aceh,” jelas Junaidi. Penambahan armada KMP Aceh Hebat merupakan upaya pengembangan wilayah, jaminan ketersediaan sarana dan kepastian jadwal transportasi sangat berpengaruh pada pengembangan pariwisata, perikanan dan sector-sektor lain sebagai salah satu faktor utama yang mengundang para pelaku usaha dalam mengembangkan potensi wilayah, ada banyak pesona Aceh yang belum terekspos. DPR Aceh juga menerima masukan-masukan dari masyarakat melalui wakil rakyat di masing-masing kabupaten/kota. Dalam hal pembangunan kapal, masyarakat Sabang dan Sinabang beraudiensi dalam rapat kerja untuk adanya penambahan kapal karena pada kondisi puncak seperti momen lebaran, mereka selalu tidak dapat terlayani kebutuhan akan transportasi. “Banyak masyarakat dan kebutuhan logistik kepulauan yang tidak bisa terangkut pada saat tertentu. Dengan adanya penambahan kapal ini mempercepat pergerakan orang dan barang. Masukan yang seperti inilah yang sering kami terima dari masyarakat,” ujar Abdurrahman. Pada Tahun 2018, Dinas Perhubungan Aceh berdasarkan Rencana Strategis (Renstra) mengajukan usulan pembangunan kapal untuk melayani Sabang dan Simeulue yang didiskusikan bersama DPR Aceh. “Kami komisi IV pun tidak keberatan, bahkan pada waktu itu juga disampaikan jika Singkil butuh satu kapal lagi, sehingga menimbang kebutuhan tersebut, alangkah baiknya kita punya kapal sendiri agar terjadinya kontak dagang antara Pulau Banyak dengan daratan Singkil dan Subulussalam dalam konteks pertumbuhan ekonomi,” tambahnya lagi. Selaku operator angkutan penyeberangan, General Manager PT. ASDP Indonesia Ferry Cabang Banda Aceh, Syamsuddin menyampaikan bahwa KMP Aceh Hebat adalah kapal yang cukup bagus, speed-nya cukup tinggi sehingga waktu tempuhnya jadi terpangkas. Khususnya Sabang, biasanya kita menempuh dengan waktu 1 jam 40 menit, sekarang bisa lebih cepat 20 menit karena top speed operasionalnya bisa mencapai 13 knot. Ini telah menjadi kapal pilihan untuk tujuan pariwisata ke Sabang, animo masyarakat pun cukup tinggi serta sesuatu yang baru dan kami selaku operator berusaha maksimal untuk terus merawat dan menjaga agar kapal ini menjadi akselerator pembangunan ekonomi Aceh. Pengamat transportasi dari Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala, Prof. Sofyan M. Saleh memberikan tanggapan program pembangunan KMP. Aceh Hebat 1, 2 dan 3. “Sebenarnya, sebulan lalu saya ada juga dimintai tanggapan tentang KMP Aceh Hebat di salah satu laman berita daerah, jadi saya katakan, mengapa tidak dari 20 tahun lalu, artinya hal ini sangat bagus daripada kita tidak punya sama sekali, ini merupakan tahap awal dalam menarik minat pelaku usaha di Aceh,” jelas Prof. Sofyan. Tantangan ke depan dalam pengembangan transportasi Aceh, Prof. Sofyan menyampaikan perlunya kontinuitas dari frekuensi pelayaran yang mampu menyediakan (supply) untuk memenuhi kebutuhan atau permintaan perjalanan (demand) yang semakin meningkat. Selanjutnya, bagaimana keterlibatan masyarakat terutama UMKM dalam menyikapi adanya pelayanan kapal yang sudah tersedia, apabila terjadi peningkatan jumlah kunjungan wisata, maka masyarakat perlu menyiapkan kuliner, kerajinan tangan (souvenir) sehingga masyarakat tidak hanya sebagai penonton. (MS)

Kuliah Tatap Muka Dimulai Kembali, Mahasiswa ‘Serbu’ Trans Koetaradja

Trans Koetaradja kembali ‘diserbu’ oleh pengguna setianya, yaitu mahasiswa yang berkuliah di Banda Aceh, Selasa, 16 Maret 2021. Hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah pengguna bus Trans Koetaradja pada sejumlah koridor, khususnya koridor 1 yang menghubungkan pusat Kota Banda Aceh dengan kotanya mahasiswa, yaitu Darussalam. Mulai berlakunya sistem perkuliahan tatap muka pada dua kampus ternama di Aceh, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry dan Universitas Syiah Kuala (USK), diyakini sebagai alasannya. Seperti diketahui, selama masa pandemi, mahasiswa harus mengikuti perkuliahan secara daring. Namun, mulai awal tahun 2021, sejumlah kampus kembali menerapkan perkuliahan tatap muka secara terbatas. Maksudnya, hanya diperuntukkan bagi angkatan tertentu saja. USK misalnya, kuliah tatap muka hanya diberlakukan bagi mahasiswa angkatan 2019 dan 2020. Sebagai informasi, guna mencegah penyebaran virus di dalam bus, UPTD Angkutan Massal Perkotaan Trans Koetaradja membatasi jumlah penumpang supaya protokol kesehatan dapat berjalan dengan baik. Bus berukuran besar yang mampu menampung 70 orang dibatasi hanya 21 penumpang saja. Sama halnya dengan bus sedang yang mampu menampung 40 orang, dibatasi menjadi 11 penumpang saja. (AM)

BUS LISTRIK : FEEDER TRANS KOETARADJA BEBAS BISING DAN POLUSI

Keberhasilan suatu program pembangunan bergantung pada kestabilan lingkungan di samping nilai ekonomi yang sangat penting, ini artinya infrastruktur yang dibangun harus berasaskan “ramah lingkungan”, jika istilah kaum millenial disebut “Go Green”. Dalam visi misi Pemerintah Aceh, ada satu program yang diberi nama “Aceh Green” yang merupakan giat Aceh untuk menjaga dan melestarikan alam, salah satu upaya yang dilakukan adalah pemanfaatan angkutan umum yang berdaya listrik sebagai Green Transportation. Mengapa harus dengan transportasi ramah lingkungan? Faktanya aktivitas transportasi menjadi salah satu donatur utama dalam memasok emisi. Tanpa sadar, asap kendaraan yang dikeluarkan melalui knalpot telah menurunkan kualitas udara sehingga menyebabkan berbagai dampak pada kehidupan seperti global warming sampai masalah kesehatan. Dilansir dalam jurnal Berita Dirgantara oleh Dessy Gusnita, seorang Peneliti Pusat Pemanfaatan Sains Atmosfir dan Iklim, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) pada Tahun 2020, dinyatakan bahwa faktor yang paling mengganggu akibat aktivitas transportasi adalah kebisingan dan polusi udara. Adapun dampak polusi udara dalam jangka panjang terhadap manusia dapat berupa gangguan kesehatan yang dapat mengakibatkan penurunan daya refleks dan kemampuan visual; atau jangka pendek seperti gangguan pernafasan dan sakit kepala. Polusi udara umumnya memberikan dampak terhadap sistem pernafasan manusia seperti kesulitan bernafas, batuk, asma, kerusakan fungsi paru, penyakit pernafasan kronis dan iritasi penglihatan. Tingkat keseriusan gangguan tersebut tergantung dari tingkat paparan dan konsentrasi polutan yang merupakan fungsi dari volume dan komposisi lalu lintas, kepadatan serta kondisi cuaca. Bus listrik menjadi salah satu kendaraan ramah lingkungan yang telah hadir di Aceh. Bus yang tidak berbahan bakar fossil ini tidak mengeluarkan suara bising dan tanpa asap knalpot sehingga kendaraan ini lebih aman. Demi menjaga kualitas udara yang kian tercemar dan mengurangi dampak emisi akibat aktivitas transportasi, Dinas Perhubungan Aceh mengujicobakan bus listrik yang berlangsung pada 13 Januari – 6 Februari 2021. Uji coba dilakukan sebagai salah satu bentuk sosialisasi kepada masyarakat akan kehadiran bus listrik ini, dan sebagai kajian untuk melihat seberapa besar emisi yang dapat dikurangi oleh bus listrik. Di samping itu, bus listrik yang direncanakan sebagai feeder diharapkan menjadi penghubung antar koridor utama Trans Koetaradja dengan wilayah yang belum terlayani angkutan umum dan adanya peningkatan pelayanan operasioanal Trans Koetaradja. Ada lima rute prioritas bus listrik yang telah diuji coba. Adapun lima rute yang diuji coba tersebut di antaranya; Darusalam, Lampineung – Pango, Simpang Jambo Tape – TPI Lampulo, Simpang Rima – Ulee Lhee, dan Simpang Tiga – Simpang Rima. Dengan adanya 6 koridor bus listrik Trans Koetaradja tersebut diharapkan bus listrik ini memiliki kelebihan utama dibanding dengan bus berbahan bakar lain, emisi yang dihasilkan adalah nol atau lazim disebut zero emissions. Bus listrik ini juga lebih hemat dibanding dengan bus yang berbahan dasar diesel. Bukan hanya itu saja, pelayanan dari bus listrik ini tidak kalah menjadi sorotan. Bus listrik ini menghadirkan kenyamanan bagi para penggunanya. Bus berkapasitas 18 orang penumpang ini dilengkapi pendingin udara dan kursi yang empuk. Selain itu, saat penumpang menaiki bus, tidak tercium aroma bahan bakar seperti bus-bus lain. Bus listrik ini juga tidak berisik. “Ini sangat membantu masyarakat, jika pergi ke kota suasananya enak, nyaman, ada AC-nya, kita pun kemana-mana jadi lebih mudah” ujar Fitriani, salah satu pengguna bus listrik saat diwawancarai Tim Metro TV kala itu. Semenjak pandemi melanda Indonesia tentu protokol kesehatan harus terus dijaga. Begitu pula saat uji coba bus listrik ini, protokol kesehatan  tetap harus diutamakan seperti disediakannya hand sanitizer, menjaga jarak, dan menggunakan masker. Saat masa uji coba, bus listrik beroperasi mulai pukul 07.00 hingga pukul 20.00 WIB, kurang lebih akan ada sebanyak 18 trip setiap harinya. Bus listrik ini akan membantu masyarakat yang tinggal di rute yang jauh dari kota untuk memperoleh moda transportasi yang layak. Semoga kehadiran bus listrik ini tidak hanya meningkatkan load factor bus Trans Koetaradja, namun juga membawa perubahan lain yang berguna untuk lingkungan dan masa yang akan datang. (MS)

Pelayaran Perdana KMP. AH-1 : Alternatif Transportasi Utama yang Ditunggu Masyarakat Simeulue

KMP Aceh Hebat 1 yang telah melalui proses yang panjang akhirnya melakukan pelayaran perdana pada hari ini, Selasa, 9 Maret 2021. Kapal baru ini diperbolehkan beroperasi setelah terbitnya keputusan Kementerian Perhubungan RI tentang penetapan operator angkutan penyeberangan perintis yang dibiayai melalui APBN 2021. Pemerintah Aceh selaku pemilik kapal juga melakukan kerjasama dengan PT. ASDP Indonesia Ferry Cabang Singkil tentang operasional penyeberangan perintis KMP Aceh Hebat 1. Tentunya, pelayaran perdana hari ini tidak luput dari campur tangan Biro Klasifikasi Indonesia (BKI) yang telah melakukan penilaian terkait Sistem Manajemen Keselamatan pada kedua kapal yang dibuktikan dengan terbitnya Safety Manajement Certificate (SMC) yang merupakan dokumen terakhir sebelum KMP Aceh Hebat 1 dan 3 beroperasi. KMP Aceh Hebat 1 bertolak dari Pelabuhan Calang pada pelayaran perdana tepat Pukul 17.30 WIB disaksikan langsung oleh Gubernur Aceh, Nova Iriansyah, didampingi oleh Kepala Dinas Perhubungan Aceh, Junaidi Ali. Peresmian ini ditandai dengan pelepasan tali kapal yang akan menuju Sinabang. Nova menyampaikan KMP Aceh Hebat 1 ini mulai beroperasi hari ini sesuai skema perjanjian kerjasama. Kendala teknis memang kerap terjadi pada setiap pelayaran, namun hal ini yang akan menjadi pembelajaran berharga agar terus memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat. “Tentunya, mekanisme pemeliharaan menjadi suatu yang sangat berat, usaha pihak ASDP tanpa bantuan masyarakat juga akan menjadi sia-sia, mari sama-sama kita merawat kapal ini agar pelayaran tetap nyaman dan bersih, seperti membuang sampah pada tempatnya. Kita harapkan juga pelayaran ini berjalan lancar dan selamat sampai tujuan,” Ujar Nova. Pada kesempatan ini juga Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Simeulue, Mulyawan Rohas menyampaikan bahwa sebelum hadirnya KMP Aceh Hebat 1 sering terjadi penumpukan kendaraan di pelabuhan sehingga harga barang pokok masyarakat kian melonjak. Penyeberangan yang membutuhkan waktu yang relatif panjang selama 14 jam dari Calang menuju Sinabang memang sangat membutuhkan fasilitas yang ada dalam KMP Aceh Hebat 1 seperti tersedianya tempat tidur yang membuat masyarakat lebih nyaman selama perjalanan. “Masyarakat Simeulue memang sangat menanti-nanti KMP Aceh Hebat 1 berlayar, apalagi setelah mereka tahu bahwa hari ini adalah pelayaran perdana kapal ini. Masyarakat pun sudah tak sabar menunggu kapal ini tiba di Pelabuhan Sinabang,” Ujar Mulyawan. Turut hadir juga Sekretaris Daerah Aceh, Inspektur Aceh, Kepala Badan Pengelolaan dan Keuangan Aceh, Bupati Aceh Jaya dan jajarannya, Kepala Dinas Perhubungan Simeulue, Direktur Perencaan dan Pengembangan PT. ASDP Indonesia Ferry (Persero), GM PT. Jasa Raharja Cabang Banda Aceh dan Forkopimda Aceh Jaya. Di lain tempat, bersamaan pelepasan tali KMP Aceh Hebat 1 menuju ke Sinabang, KMP Aceh Hebat 3 juga melakukan pelayaran perdana menuju Pulau Banyak dari Pelabuhan Penyeberangan Singkil.

Pelayaran Perdana KMP. AH-3 : Kuatkan Tameng Ekonomi, Investasi dan Pariwisata Pulau Banyak

Mewakili Bupati Aceh Singkil, Dulmursid, Sekretaris Daerah Aceh Singkil, Drs. Azmi melepas secara resmi pelayaran perdana dari Pelabuhan Penyeberangan Aceh Singkil menuju Pelabuhan Penyeberangan Pulau Banyak, Aceh Singkil, Selasa (9/3/2021). Azmi menyebut dengan proses launching pelayaran perdana berjalan baik dan lancar. adanya KMP. Aceh Hebat 3 ini mempermudah giat perekonomian di Pulau Banyak dan Singkil secara baik dan lancar. “Sehingga roda giat ekonomi masyarakat kita dan akan mendatangkan multiplayer effect terhadap kehidupan ekonomi kepulauan.” Kini, KMP Aceh Hebat 3 mencatat sejarah baru. Kapal dengan bobot rencana 600 GT ini diharapkan dapat meningkatkan sektor pariwisata sehingga menjadi jembatan masyarakat yang ingin menikmati indahnya Pulau Banyak. “Insya Allah masuknya investor dari Uni Emirat Arab untuk menggiatkan pariwisata, tentunya kehadiran KMP. Aceh Hebat sangat mendukung dari sektor transportasi,” harapnya. Pada pelayaran perdana ini, KMP. Aceh Hebat 3 membawa sebanyak 36 penumpang, 4 truk besar, dan 5 sepeda motor. Kapten Laode Mat Salim ditunjuk sebagai kapten KMP Aceh Hebat 2 oleh PT. ASDP Ferry Indonesia Cabang Singkil selaku operator kapal yang membawai 18 ABK dan direncanakan menempuh perjalanan selama lebih kurang 4 jam. Hadirnya KMP Aceh Hebat 3 membuka pintu keterisolasian masyarakat Pulau Banyak. Jaraknya yang relatif jauh dengan ibukota kabupaten menghambat langkah perekonomian, pendidikan, dan sosial masyarakat. Faktanya transportasi laut menjadi satu-satunya alternatif masyarakat dalam memenuhi kebutuhan mobilisasi. Dapat diketahui, keterbatasan transportasi di wilayah kepulauan ini begitu berpengaruh ke seluruh lini masyarakat. Seperti halnya, harga bahan bangunan yang melonjak drastis akibat susahnya pengangkutan material sehingga pembangunan infrastruktur berjalan lamban. Di sektor pendidikan, wawasan yang dimiliki generasi pulau terjebak pada perairan. Pasalnya untuk menyeberang pulau mereka harus membayar dengan biaya yang begitu mahal. Dapat dibayangkan, jika pelayanan transpotasi penyeberangan ini diberhentikan, masyarakat pulau akan merasakan lonjakan harga pasar yang sangat tinggi hingga kelangkaan kebutuhan pokok karena tidak adanya pasokan logistik bagi masyarakat. (MR)

Korban Kecelakaan Didominasi Usia Produktif, Menhub Ajak Pelajar Utamakan Keselamatan

Jakarta – Korban kecelakaan berlalu lintas di jalan raya didominasi oleh usia produktif antara 20 sampai dengan 29 tahun. Untuk itu Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengajak para pelajar dan mahasiswa agar selalu disiplin dalam berlalu lintas dan mengutamakan aspek keselamatan. “Sayangi nyawa kalian dengan disiplin berlalu lintas, terutama yang mengemudi. Patuhi peraturan yang ada, dan kalau naik motor jangan lupa gunakan helm dengan benar,” demikian disampaikan Menhub saat membuka Webinar Edukasi Transportasi bertema “Bangun Budaya Keselamatan Bertransportasi Jalan dan Budaya Selamat Bersepeda” yang diselenggarakan Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kemenhub, Selasa (9/3) di SMAN 6 Depok. Berdasarkan data dari Ditjen Perhubungan Darat Kemenhub, jika dilihat dari profil korban kecelakaan di Indonesia pada tahun 2020 berdasarkan tingkat pendidikan, yang menjadi korban kecelakaan terbesar yaitu para pelajar dengan tingkat pendidikan SLTA sebanyak 80.641 orang, SLTP (17.699 orang), dan SD (12.557 orang). Sedangkan, untuk tingkat pendidikan D3 (770 orang), S1 (3.751 orang), dan S2 (136 orang). Kemudian jika dilihat dari profil korban kecelakaan berdasarkan usia yaitu : usia 10-19 tahun sebanyak 26.906 orang, usia 20-29 tahun (29.281 orang), usia 30-39 tahun (18.553 orang), 40-49 tahun (17.980 orang), dan 50 tahun keatas (31.740 orang). Selanjutnya berdasarkan data Korlantas Polri tentang kecelakaan di Indonesia tahun 2020, tercatat sebanyak 100.028 kejadian kecelakaan yang mengakibatkan 113.518 korban luka ringan, 10.751 korban luka berat, dan 23.529 korban meninggal dunia. Menhub mengungkapkan, salah satu fokus dari Kemenhub adalah meningkatkan keselamatan bertransportasi di semua moda baik di darat, laut, udara, dan perekretaapian. “Semua pengguna transportasi baik kendaraan pribadi maupun angkutan umum harus bisa terjamin keselamatannya,” tutur Menhub. Pada kesempatan yang sama, Menhub juga mengajak para pelajar untuk selalu disiplin menerapkan protokol kesehatan saat bertransportasi, mulai dari keberangkatan, selama perjalanan dan ketika sampai tujuan. *Beralih ke Sepeda* Sementara itu, Direktur Sarana Transportasi Jalan, Ditjen Perhubungan Darat Risal Wasal yang menjadi pembicara dalam webinar mengatakan, di tengah situasi pandemi Covid-19, sepeda menjadi tren moda transportasi – non motor yang banyak digunakan masyarakat. Bersepeda tidak hanya sebagai sarana olahraga juga telah menjadi gaya hidup (lifestyle) masyarakat ditandai dengan adanya berbagai komunitas pesepeda seperti : bike to school, bike to work, dan lain sebagainya. Ia menambahkan, permasalahan kemacetan, polusi udara, tingginya biaya perjalanan, waktu perjalanan yang semakin panjang, tingkat emosional yang tidak stabil, dan banyaknya kecelakaan merupakan masalah utama yang dihadapi dalam transportasi perkotaan. Untuk itu ia mengajak masyarakat untuk beraktivitas menggunakan moda transportasi seperti sepeda yang lebih ramah lingkungan, hemat biaya, dan lebih sehat. “Dengan semakin meningkatnya minat masyarakat dan para pelajar yang menggunakan sepeda ini, tentunya pengetahuan akan keselamatan bersepeda perlu ditingkatkan untuk mencegah dampak negatif seperti meningkatnya kasus kecelakaan di jalan,” ucap Direktur Sarana Transportasi Jalan. Risal Wasal menjelaskan, untuk menjamin keselamatan penggunaan sepeda di jalan, Kemenhub telah mengeluarkan Peraturan Menteri Perhubungan (PM) No. 59 Tahun 2020 tentang Keselamatan Pesepeda yang mengatur tentang persyaratan teknis sepeda, tata cara bersepeda, dan fasilitas pendukung sepeda. Beberapa persyaratan yang diatur seperti: spakbor (untuk sepeda balap/gunung), bel, sistem rem, lampu, alat pemantul cahaya berwarna merah, alat pemantul cahaya roda berwarna putih atau kuning, pedal. Selain itu, para pesepeda juga dapat melengkapi alat pelindung diri saat bersepeda seperti helm, sarung tangan, sepatu, dan kacamata. Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kemenhub Junaidi mengatakan, kegiatan Edukasi Transportasi ini bertujuan menumbuhkan kesadaran atas pentingnya ketertiban dan keselamatan bertransportasi jalan, serta memberikan pemahaman tentang peraturan keselamatan pesepeda kepada para pelajar Sekolah Menengah Atas dan para pendidik di wilayah Jabodetabek. “Kami mengajak agar para pelajar dapat menjadi pelopor keselamatan dan contoh inspiratif dalam membudayakan keselamatan bertransportasi dan membantu pemerintah untuk mengkampanyekan program ‘Yuk, selamat bersama, budayakan keselamatan bertransportasi yang selamat, nyaman, dan sehat’,”tuturnya. (Sumber: Kemenhub RI)

Meng-elaborasi Riset dalam Spirit Kolaborasi

Oleh Diana Devi, M.T. (Kepala Bidang Pengembangan Sistem dan Multimoda Dinas Perhubungan Aceh) DINAMIKA di sektor transportasi yang bergerak dan bertransformasi secara cepat telah berdampak pada kompleksnya kebutuhan dan variasi pelayanan publik. Pengayaan inovasi dan penguatan konsep pelayanan harus secara dinamis dikembangkan untuk menghadirkan kebijakan yang berorientasi pada pelayanan prima bagi masyarakat dalam kerangka acuan normatif. Tentu saja dibutuhkan tahapan yang sistematis dan terukur untuk mewujudkannya, di mana tahapan perencanaan menjadi awal yang krusial. Keterbatasan internal serta kebutuhan jejaring, melahirkan inisiasi kolaborasi dalam memanfaatkan inovasi dan teknologi yang melayani seluruh lapisan masyarakat. Bermula dari fakta maupun gagasan imajiner, sebuah keputusan yang berkualitas dan tepat dapat ditentukan melalui suatu proses riset yang akuntabel. Kehadiran suatu wadah riset yang representatif -dalam hal tempat, personil dan organisasi- sangat berpengaruh terhadap proses riset, serta akan menentukan kualitas output yang dihasilkan dari suatu riset. Di sela-sela tuntutan pelayanan dan aktifitas rutin yang padat, Dinas Perhubungan Aceh berkomitmen mewujudkan pembangunan sektor transportasi yang berbasis pada data, riset dan perencanaan, serta mengedepankan kerjasama (partnership) dengan berbagai lembaga/instansi. Konsistensi terhadap komitmen tersebut dimulai dengan merintis sebuah wadah atau kelembagaan khusus yang akan fokus pada aktivitas-aktivitas riset serta kerja sama di sektor transportasi. Secara seremonial, spirit ini ditandai dengan diresmikannya gedung Center for Transportation Research and Cooperation (CTRC) pada tanggal 18 September 2020 oleh Bapak Ir. H. Nova Iriansyah, M.T. selaku Plt. Gubernur Aceh sebagai rangkaian peringatan Hari Perhubungan Nasional 2020 (Harhubnas 2020) yang jatuh tepat sehari sebelumnya. Momen historis ini berlangsung khidmat, meskipun pada jumát pagi yang berkah tersebut Dinas Perhubungan Aceh baru saja memberlakukan pembatasan/ pengetatan aktivitas perkantoran, seiring meningkatnya secara signifikan kasus Covid-19 di lingkungan keluarga besar insan transportasi ini. Namun suasana yang menggelisahkan ini seolah tersemangati karena bersamaan pada momen tersebut Bapak Plt. Gubernur Aceh yang hadir ke kantor Dinas Perhubungan Aceh dengan melakukan gowes bersama istri (Ibu Dr. Ir. Dyah Erti Idawati, M.T.) juga me-launching Hari Bebas Kendaraan Bermotor dan Gerakan Pengurangan Sampah Plastik. Dua kegiatan yang diinisiasikan sebagai langkah-langkah kecil dalam bagian upaya merubah paradigma pelayanan melalui konsep Green and Smart Office menuju Sustainable Transportation Services. Memanfaatkan bangunan eks gedung kantor Dinas Kelautan dan Perikanan Aceh yang bernuansa klasik, langkah-langkah strategis dan lompatan-lompatan kecil akan dirintis dan diinovasikan melalui riset-riset dan kerjasama terkait sektor transportasi. Hal ini sejalan dengan tema Harhubnas 2020 yaitu “Wujudkan Asa, Majukan Bangsa”. Momen ini merupakan langkah nyata dalam membangun sinergisitas kolaboratif untuk mewujudkan transportasi yang berkeadilan dalam mengurangi kesenjangan antarwilayah di Aceh. Mengapa CTRC? Karena melalui CTRC, Dinas Perhubungan Aceh berupaya mengelaborasi riset dan kerja sama sebagai elemen yang saling menguatkan dalam membangun sistem transportasi yang berkelanjutan (sustainable transport). Sejalan dengan fungsi pengembangan teknologi dan rekayasa di sektor transportasi yang diemban oleh Dinas Perhubungan Aceh, riset dibutuhkan sebagai tool dalam merumuskan dan menetapkan suatu kebijakan serta program yang akan dilaksanakan. Kompleksitas pelayanan yang terdapat pada sektor transportasi menuntut cara pandang yang luas dalam menjangkau tatanan kehidupan masyarakat. Oleh karenanya perlu suatu pedoman ilmiah yang lahir dari pemikiran profesional, aplikatif, dan terukur yang teraktualisasi melalui riset yang berbasis pada keakuratan data, ketepatan metode, serta kecermatan analisis. Pada tataran birokrasi, profesi peneliti cenderung belum diminati oleh para Aparatur Sipil Negara (ASN) dan tidak setenar profesi lainnya di lingkungan pemerintahan, namun tidak sedikit pula yang menekuninya. Begitu pula di lingkungan kerja Dinas Perhubungan Aceh, masih banyak keterbatasan yang dimiliki serta support yang dibutuhkan untuk mengoptimalkan capaian di bidang riset transportasi. Hadirnya CTRC diharapkan dapat menstimulasi dan mengeksplore potensi tersembunyi dari para insan perhubungan. Talenta dan ASN millennial yang selama ini terpaku dengan rutinitas, dirangsang untuk membedah suatu fakta melalui analisis yang ilmiah, dan mampu melahirkan inovasi serta gagasan-gagasan yang aplikatif. Untuk mewujudkan ekspektasi tersebut, kelembagaan CTRC akan ditopang dan dibina melalui kerja sama dan kolaborasi peran akademisi serta pakar dari berbagai multidisplin ilmu, kompetensi, serta peran lembaga/instansi lainnya. Keseriusan atas komitmen dan cita-cita ini telah dibuktikan dalam beberapa kegiatan yang pernah dilakukan, seperti Kerjasama antara Dinas Perhubungan Aceh dengan Fakultas Teknik Unsyiah berdasarkan Nota Kesepahaman antara Pemerintah Aceh dan Unsyiah tentang Kerjasama Pendidikan, Penelitian, Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi serta Pengembangan Sumber Daya Manusia, antara lain: Pembuatan Prototype dan Simulasi E-Ticketing Sistem Angkutan Massal Transkutaraja; Aplikasi Sapa Mudik; pelibatan beberapa akademisi dari Universitas Syiah Kuala sebagai Tenaga Ahli; serta beberapa studi di sektor transportasi. Yang paling mutakhir adalah penandatanganan Nota Kesepahaman oleh Kepala Dinas Perhubungan Aceh bersama Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh dalam rangka melakukan kerja sama di bidang penyediaan dan pertukaran data, transfer knowledge, serta pengembangan riset dan teknologi pada awal November 2020. Tak hanya mengawal kegiatan riset, CTRC juga akan mengambil peran dalam mensinergikan kerjasama program sektor perhubungan melalui Coorporate Social Responsibility (CSR). Sistem kemitraan ini dilakukan dengan menggandeng beberapa perusahaan BUMN, BUMD, swasta, maupun lembaga independen lainnya untuk mewujudkan tanggung jawab sosial mereka kepada lingkungan dan masyarakat di sektor transportasi. Bukan sekedar tren formalitas, CSR mampu memberikan kredibilitas yang baik terhadap perusahaan melalui kontribusi positif yang dilakukan dalam kemitraan tersebut. Kontribusi CSR terhadap infrastruktur transportasi dapat bermanfaat secara langsung bagi masyarakat seperti pembangunan halte, pembangunan jalur bersepeda serta fasilitas layanan informasi dan fasilitas pendukung lainnya; seperti layanan ATM, mushalla dan pembangunan ruang hijau di lingkungan terminal/pelabuhan/ stasiun. Pembangunan beberapa Halte TransKutaraja di kota Banda Aceh, merupakan contoh nyata kegiatan CSR yang telah dirintis oleh Dinas Perhubungan Aceh dengan melibatkan Bank ternama di Aceh, seperti Bank Aceh, Bank BRI dan Bank BNI. Sistem kemitraan ini menjadi pola kolaborasi yang akan terus dikembangkan seiring upaya peningkatan pelayanan transportasi publik di Aceh. Perwujudan transportasi yang beradilan pada haikkatnya adalah menghadirkan fungsi transportasi sebagai “penunjang” dalam mengimbangi pesatnya pertumbuhan suatu kawasan/ wilayah (transport follows the trade), serta secara seimbang juga dibina sebagai “pendorong” tumbuh kembangnya potensi pada wilayah terluar/terdepan dan terisolir melalui penyediaan akses transportasi dan peningkatan konektivitasnya dengan wilayah yang telah berkembang (transport attracts the trade). Insya Allah, CTRC akan menjadi ”rumah” bagi insan perhubungan dalam menumbuhkan dan mengaktualisasi gagasan-ide-inovasi bagi pelayanan transportasi yang berkeadilan, mereduksi dampak lingkungan, dan merangkul anak negeri tanpa diskriminasi.(*) Selengkapnya cek di laman:

Terminal Tipe-B Bener Meriah Resmi Beroperasi

Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur  Nomor 551/1412/2020 tentang penetapan status Terminal Tipe B Bener Meriah menjadi kewenangan Pemerintah Aceh. Dulunya, Terminal ini berstatus Terminal Tipe C, yang melayani trayek antar kecamatan. Peningkatan status ini dilakukan untuk mengoptimalkan pelayanan jasa angkutan masyarakat yang lebih luas, dari antar kecamatan menjadi antar kabupaten. Sehingga, jaringan trayek pun lebih melebar. Kamis, 4 Maret 2021 dilakukan acara launching Terminal Tipe B Bener Meriah oleh Bupati Bener Meriah, Tgk. Syarkawi didampingi Kepala UPTD Penyelenggaraan Terminal Tipe B, Erizal. Kegiatan ini bersamaan dengan launching tempat parkir mobil barang yang berlokasi tepat di samping Terminal Tipe B Bener Meriah. “Pengoperasian terminal ini diharapkan menjadi inti pertumbuhan aktivitas ekonomi daerah serta pengelolaan yang lebih profesional,” sebut Erizal dalam sambutannya. Ia melanjutkan, tentunya dengan infrastruktur yang lebih moderen guna menjawab tantangan yang cukup komplek serta beradaptasi dengan kondisi angkutan umum. Selain untuk menyempurnakan infrastruktur yang ada, Dishub Aceh akan berusaha lebih kreatif untuk menghidupkan suasana terminal seperti pengembangan pelayanan fasilitas berbasis teknologi informasi, serta memperluas fungsi terminal agar dapat juga dijadikan sebagai area publik yang nyaman. Seperti yang diketahui, penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan memiliki peran yang sangat penting sebagai tulang punggung aktivitas sosial dan ekonomi masyarakat. Demi keamanan, keselamatan, kelancaraan serta ketertiban lalu lintas dan masyarakat maka dalam aktivitas menaikkan dan menurunkan penumpang serta barang dilakukan dalam kawasan terminal yang telah disediakan. “Kami menyambut gembira dengan adanya fasilitas parkir bongkar muat barang yang berlokasi di jalan lintas Ketipis yang berada tepat di sebelah terminal penumpang yang menjadi simpul jaringan transportasi di Bener Meriah,” tutur Tgk. H. Sarkawi. Tambahnya lagi, Selama ini kegiatan bongkar muat dilakukan di depan toko ataupun di ruas jalan pasar. Hal ini sangat mengganggu kegiatan jual beli masyarakat karena aktivitas ini memakai hamper seluruh badan jalan seperti yang terjadi di pasar Pondok Baru. Diharapkan, dengan adanya fasilitas parkir ini diharapkan pengusaha angkutan lebih tertib dalam melakukan aktivitas bongkar muat serta mempercepat sinergisitas pergerakan orang dan barang di Bener Meriah. Acara ini juga dihadiri oleh Kapolres, Dandim 0119/Bener Meriah dan Kepala Kejaksaan Negeri Bener Meriah. Sebelum launching dilakukan, Dishub Aceh yang diwakili Kepala UPTD Penyelenggaraan Terminal Tipe B telah melakukan rapat bersama pengusaha angkutan pada Senin, 1 Maret 2021. Dalam kesempatan itu hadir Kadishub Bener Meriah, Kadishub Aceh Tengah, BPTD Wilayah I Provinsi Aceh, dan DPD Organda Aceh. Dalam rapat ini, pengusaha angkutan mengungkapkan bahwa mereka akan mengapresiasi langkah dan menggunakan terminal sebagaimana fungsinya dalam melayani masyarakat yang melakukan perjalanan. (MS)

Proses Pembangunan KMP. Aceh Hebat 1, 2, dan 3

Kehadiran moda transportasi sebagai aspek utama dalam upaya meningkatkan konektivitas dan aksesibilitas antar wilayah. Guna memutus keterisolasian suatu daerah, kehadirannya berperan penting dalam menunjang pembangunan dan perekonomian masyarakat secara berbarengan. Kapal adalah salah satu pilihan terbaik guna menghubungkan daerah kepulauan. Selama ini, penumpukan penumpang dan angkutan barang/kendaraan yang membawa logistik menjadi hal lumrah dan terhambat pemasokan ke wilayah kepulauan sehingga harga pasar tidak terkendali, masyarakat kembali morat-marit dan nilai ekonomi kembali anjlok. Belum lagi jika musim gelombang tinggi dan cuaca eksrem terjadi, masyarakat pulau harus siap-siap “mengurut dada” dengan harga dan ketersediaan barang, mau tidak mau dengan harga mahal, masyarakat terpaksa membeli. Satu hal lagi jika musim liburan tiba, penumpang melonjak signifikan. Seperti dikehatui, Aceh sebagai salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki daerah kepulauan dengan panorama yang begitu menawan mengundang wisatawan untuk menikmatinya, sudah sewajarnya Aceh butuh kapal baru guna mewujudkan transportasi berkeadilan yang setara dengan wilayah daratan. Untuk itu, Pemerintah Aceh melalui Dinas perhubungan pada tahun 2018 lalu telah melakukan perencanan pembangunan kapal. Untuk mengurangi kesenjangan antar wilayah, peningkatan konektivitas antar kepulauan, sektor pariwisata, dan logistik, maka berdasarkan kesepakatan bersama (MoU) Pemerintah Aceh dan Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) pada tanggal 28 November 2018, melalui APBA TA 2019 dan 2020 (tahun jamak) telah dialokasikan anggaran untuk pembangunan tiga kapal Aceh Hebat. Proses pelelangan ketiga kapal dilakukan melalui Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) Kementerian Perhubungan RI dengan pertimbangan bahwa Pemerintah Aceh belum memiliki pengalaman dalam pelelangan kapal dengan spesifikasi khusus. Sedangkan Sumber Daya Manusia (SDM) di kementerian Perhubungan RI telah memiliki kompetensi untuk pembangunan kapal Ro-ro. Perencanaan terhadap ketiga kapal tersebut pun telah dilakukan pendampingan teknis dari kementerian. Selama pelaksanaan pekerjaan, Dinas Perhubungan Aceh didampingi oleh Konsultan Pengawas dan Tim Teknis yang melibatkan personil dari Kementerian Perhubungan dan Dishub Aceh. Untuk terlaksananya setiap tahapan pembangunan, telah dilakukan sertifikasi oleh Kementerian Perhubungan RI dan Biro Klasifikasi Indonesia (BKI). BKI yang merupakan ahli yang berkompetensi di bidang perkapalan yang bertugas untuk mengecek dan menginspeksi kapal, baik yang akan dibuat ataupun yang sedang beroperasi di Indonesia serta melakukan Pengetesan peralatan maupun perlengkapan kapal yang berhubungan dengan kelas kapal, baik badan kapal ataupun mesin. Nantinya, setelah kapal diinspeksi dan lolos, maka kapal akan mendapatkan sertifikat dari kelas kapal yang membuktikan bahwa kapal tersebut sudah memenuhi kualifikasi dan standar yang diberlakukan oleh Biro Klasifikasi. Pentingkah kelas atau sertifikasi untuk kapal? Tentu saja sangat penting. Jangankan untuk dioperasikan, ketika kapal dibuat saja BKI akan datang untuk melakukan pengecekan, di mana struktur kapal sudah harus sesuai dengan standar yang berlaku pada SOLAS II-1, yang berisikan tentang struktur rancangan kapal. Kapal tidak akan disertifikasi bila tidak sesuai dengan ketentuan-ketentuan SOLAS II-1, yang tentu saja dampaknya kapal tidak akan bisa beroperasi, mengingat tugas dari BKI adalah untuk menerbitkan sertifikat pengoperasian kapal. KMP. Aceh Hebat 1, 2 dan 3 yang dibangun baru di tiga galangan yang berada di Indonesia diawali dengan proses Keel Laying atau dikenal juga peletakan lunas kapal sebagai titik awal pembangunan sebuah kapal dilaksanakan serentak pada tanggal 21 Oktober 2019 yang dipusatkan di galangan PT Adiluhung Saranasegara Indonesia, Madura, Jawa Timur. Sekaligus di tanggal itu, penabalan nama KMP. Aceh Hebat pada masing-masing kapal oleh Plt. Gubernur Aceh (Kini Gubernur Aceh), Ir. Nova Iriansyah, M.T. Selanjutnya, pada masing-masing galangan kapal yang telah memiliki ahli yang berkompetensi melakukan proses pembangunan kapal. KMP. Aceh Hebat 1 dengan bobot rencana 1300 GT yang melayani lintasan Pantai Barat-Simeulue dibangun selama 470 hari di galangan PT Multi Ocean Shipyard Tanjung Balai Karimun, Kepulauan Riau. Di waktu bersamaan, KMP. Aceh Hebat 2 bobot rencana 1100 GT untuk lintasan Ulee Lheue-Balohan dibangun selama 497 hari di galangan PT Adiluhung Saranasegara Indonesia, Madura, Jawa Timur. Sementara itu, KMP. Aceh Hebat 3 dengan bobot rencana 900 GT untuk lintasan Singkil-Pulau Banyak dibangun selama 497 hari di galangan PT Citra Bahari Shipyard, Tegal, Jawa Tengah. Proses sakral berikutnya yang menjadi seremoni puncak dari pembangunan kapal adalah proses peluncuran kapal ke air yang sering disebut dengan launching kapal, proses ini berturut-turut dilakukan pada 3 Oktober 2020, 16 Oktober 2020, dan 5 November 2020 untuk KMP. Aceh Hebat 1, 2, dan 3. Selang beberapa hari setelah keberhasilan launching kapal ke air, dilakukan uji stabilitas kapal (inclining test), sebagai salah satu pemenuhan persyaratan kapal kelas BKI dan juga dalam rangka pemenuhan persyaratan statutory untuk Badan Pemerintahan. Persyaratan utama agar uji stabilitas kapal ini dapat dilaksanakan bahwa kapal mendekati penyelesaian akhir, diusahakan semua mesin dan barang terpasang dalam kapal, toleransi yang berikan bagi alat yang belum terpasang tidak boleh lebih dari 2 persen dan kelebihan beban tidak melebihi 4 persen dari berat kapal kosong tidak termasuk air balas. Semua barang yang berada di dalam kapal harus dicatat dengan cermat. Salah satu tes lainnya yang dilalui oleh KMP. Aceh Hebat 1, 2 dan 3 menjadi faktor penting dari segi keamanan dan ekonomi adalah sea keeping test untuk melihat kelayakan kapal berdasarkan teori dan uji langsung di kolam pengujian. Uji sea-keeping ini merupakan uji model kapal yang meliputi olah gerak kapal, daya tekan lambung kapal, gaya geser, momen lentur dan torsi, faktor probabilitas air masuk ke geladak kapal dan kemampuan baling-baling, kemampuan gerak relatif kapal antara gelombang dan lambung kapal, bantingan, akselerasi dan peningkatan hambatan pada kapal. Pengujian ini dilakukan di Balai Teknologi Hidrodinamik milik Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi di Kampus Institut Teknologi Sepuluh November (ITS). Setelah dinyatakan lulus uji, selanjutnya dilakukan dock trial. Proses ini dilakukan untuk menguji sistem dan perlengkapan kapal pada masing-masing galangan kapal. Sebelum diberangkatkan ke Aceh, KMP. Aceh Hebat 1, 2, dan 3 harus melalui rangkaian proses akhir tahap uji spesifikasi teknis atau official sea trial serta melengkapi dokumen dan sertifikat. Pada setiap tahapan pembangunan kapal, telah dilakukan sertifikasi oleh Kementerian Perhubungan RI dan Biro Klasifikasi Indonesia (BKI). Seperti informasi sebelumnya, di Pelabuhan Penyeberangan Ulee Lheue Banda Aceh, KMP. Aceh Hebat 2 telah tiba pada 19 Desember 2020, KMP. Aceh Hebat 3 tiba tanggal 28 Desember 2020, dan KMP. Aceh Hebat 1 tiba pada 14 Januari 2021. Kedatangan ketiga kapal ini disambut langsung oleh Gubernur Aceh, Nova Iriansyah dan pejabat terkait. “Aceh belum pernah punya kapal

The Most Frequent Cause of Traffic Accident

Kecelakaan lalu lintas merupakan hal yang berlawanan dengan keselamatan lalu lintas. Semakin tinggi angka kecelakaan lalu lintas maka semakin rendah tingkat keselamatan di jalan, begitu juga sebaliknya. Is that really the most important thing in traffic? Seperti rakan ketahui, keselamatan lalu lintas itu merupakan hal yang paling krusial (penting) dalam berlalu lintas, seperti penggunaan alat perlengkapan keselamatan berkendara, kelaikan kendaraan, jalan yang berkeselamatan dan aspek-aspek lain yang menunjang keselamatan. Jika aspek-aspek tersebut tidak terpenuhi, maka resiko terjadinya kecelakaan semakin tinggi.  Begitu juga sebaliknya jika aspek-aspek keselamatan lalu lintas terpenuhi maka kemungkinan kecil akan terjadi kecelakaan. Hal tersebut menunjukkan bahwa keselamatan sangat berkaitan dengan kecelakaan lau lintas dan merupakan hal yang penting. Kecelakaan lalu lintas merupakan penyumbang penyebab kematian di Indonesia, termasuk di Aceh. Jumlah kejadian kecelakaan lalu lintas di Aceh pada tahun 2019 mengalami peningkatan hampir 50% dari tahun 2018. Berdasarkan data dari Dirlantas Polda Aceh, pada tahun 2018 terdapat 1998 kejadian sedangkan pada tahun 2019 sebanyak 3958 kejadian. Berbagai lini gatra mempengaruhi tinggi rendahnya angka kecelakaan lalu lintas.  Dari segi kepatuhan dan habbit pengguna lalu lintas, segi kelengkapan informasi petunjuk jalan, segi kendaraan, segi jalan dan lain-lain. Segi-segi tersebut merujuk menjadi beberapa faktor penyebab yang paling sering menyebabkan kecelakaan atau “The Most Frequent Cause of Traffic Accident”, antara lain : Faktor Manusia; Faktor Jalan; Faktor Kendaraan; Faktor Lingkungan. First thing first, phôn dari yang phôn, adalah faktor manusia. Manusia seringkali lalai dalam berlalu lintas, kelalaian tersebut terjadi karena banyak hal. Beberapa hal tersebut antara lain, perilaku (attitude), kebiasaan (behavior), pengetahuan (knowledge), dan kondisi psikologis. Perilaku (attitude) sering dikaitkan dengan sikap dan perilaku saat berkendara.  Sikap dan perilaku yang tidak menjaga kedamaian/keharmonisan antar pengguna jalan seperti menggunakan kecepatan tinggi tanpa memperhatikan kendaraan sekitar dan tidak patuh terhadap peraturan berkendara yang berlaku merupakan salah satu dari banyak sikap yang dapat meningkatkan resiko kecelakaan. Jika attitude adalah sikap yang dilakukan pada suatu keadaan, kebiasaan (behavior) adalah attitude yang dilakukan secara berulang-ulang. Jika pengendara tidak memahami kecakapan dalam berkendara dan tidak mengindahkan cara-cara yang berlaku, maka kebiasaan yang buruk dalam berkendara akan terjadi. Selanjutnya faktor jalan, jalan adalah jalur-jalur transportasi darat yang digunakan oleh manusia, hewan atau kendaraan untuk melintasi dari suatu daerah ke daerah lain. Jalan terdiri dari bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukan bagi lalu lintas, baik yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di permukaan tanah dan/atau air, maupun di atas permukaan air. Terdapat beberapa kondisi yang menyatakan jalan menjadi penyebab kecelakaan. Kondisi tersebut antara lain seperti jalan yang tidak memiliki fasilitas keselamatan yang dibutuhkan, jalan yang berlubang, tikungan tajam, pandangan yang terhalang, minimnya informasi petunjuk jalan melalui aplikasi petunjuk arah berbasis online merupakan salah satu dari sekian banyak faktor jalan yang menyebabkan kecelakaan lalu lintas. Instansi pemerintah seperti Perhubungan,  PUPR. Kominfo, Kepolisian, serta Industri dan Perdagangan sangat berkontribusi besar dalam penyelenggaraan dan pembinaan jalan sesuai tugas pokok dan fungsinya. Dari kegiatan perencanaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan jalan banyak instansi yang terlibat, salah satunya yaitu Perhubungan. Ya, faktor ketiga adalah kendaraan. Kendaraan yang bagaimana sih yang berkeselamatan? Keyword dalam faktor ini adalah kelaikan kendaraan bermotor . Kelaikan kendaraan adalah suatu kondisi dimana suatu kendaraan dapat beroperasi di jalan raya dengan memenuhi serangkaian kegiatan pemeriksaan persyaratan administrasi dan teknis yang berlaku. Dan the last part adalah faktor lingkungan. Kondisi alam dan kondisi cuaca menjadi point yang paling utama pada faktor lingkungan. Jika terjadi gempa bumi, tsunami, banjir atau gunung meletus, resiko terjadinya kecelakaan sangat tinggi dan diperlakukan penanganan khusus apabila hal tersebut terjadi. Jika cuaca hujan lebat, sangat dikhawatirkan terjadi kecelakaan beruntun akibat dari kendaraan yang tergelincir. (A.Mega)