Dishub

Asa Membara Rute Baru Trans Koetaradja

Aceh TRANSit – Kabar gembira bagi masyarakat Banda Aceh dan sekitarnya. Di tahun 2025, bus Trans Koetaradja kembali menghadirkan inovasi layanan dengan membuka tiga rute baru yang semakin mempermudah mobilitas warga. Rute-rute baru tersebut mencakup Darussalam- Pasar Lam Ateuk, rute Pusat Kota-Lampaseh-Lambung, dan rute Keudah – Pasar Al Mahirah. Mulai beroperasi sejak 25 Februari 2025, kehadiran rute baru ini merupakan jawaban atas permintaan masyarakat yang menginginkan akses transportasi umum lebih luas dan efisien. Kepala UPTD Angkutan Massal Trans Kutaraja, M. Hanung Kuncoro, menjelaskan bahwa dari banyaknya usulan rute baru, tiga rute inilah yang dapat direalisasikan. “Masyarakat di kawasan ini melapor ke perangkat desa agar bus Trans Koetaradja bisa menjangkau wilayah mereka. Permintaan ini kemudian diperkuat oleh surat dari DPRK dan DPRA, sehingga akhirnya tiga rute baru ini bisa kami wujudkan,” ujarnya dalam wawancara dengan tim majalah Aceh TRANSit, Selasa, 25 Maret 2025. Keputusan ini ternyata mendapat sambutan luar biasa dari masyarakat. Berdasarkan data pergerakan penumpang e-Manifes yang terdapat di laman Dinas Perhubungan Aceh, feeder 8 (Pusat Kota – Lampaseh – Lambung) menjadi rute paling ramai sejak awal beroperasi hingga 25 Maret 2025. Ini menunjukkan bahwa hadirnya rute baru benar-benar memberikan dampak positif bagi mobilitas masyarakat. Salah satu penumpang setia bus Trans Koetaradja, Rahmawati, mengungkapkan rasa syukurnya atas perluasan rute ini. Perempuan yang akrab disapa Wati ini telah menggunakan layanan Bus Rapid Transit (BRT) sejak tahun 2016. Sebagai warga Gampong Pie, Kecamatan Meuraxa, Kota Banda Aceh, Wati yang tidak memiliki kendaraan pribadi merasa sangat terbantu dengan hadirnya rute baru ini. Memang, saat ini banyak masyarakat berharap adanya penambahan halte Trans Koetaradja, terutama di daerah yang minim fasilitas dan membutuhkan tempat berlindung. Namun, pembangunan halte permanen juga memiliki tantangan tersendiri. Beberapa halte kerap menjadi sasaran vandalisme, dan tidak jarang disalahgunakan sebagai tempat tidur oleh Orang dengan Gangguan Jiwa (ODGJ), yang dapat mengganggu kenyamanan serta estetika lingkungan. Pemerintah Aceh melalui Dishub Aceh terus berupaya meningkatkan kualitas pelayanan, termasuk dalam hal prasarana transportasi. Salah satu langkah yang telah dilakukan adalah berkoordinasi dengan Dinas Sosial. “Kami sudah menyurati Dinas Sosial untuk menangani keberadaan ODGJ yang mengganggu kenyamanan penumpang, baik di halte maupun di dalam bus Trans Koetaradja. Beberapa ODGJ bahkan melakukan tindakan tidak senonoh yang membuat penumpang merasa khawatir,” jelas Hanung. Terlepas dari berbagai tantangan tersebut, Hanung berharap penambahan rute ini dapat mempermudah mobilitas masyarakat ke fasilitas publik. Dengan semakin bertambahnya rute, diharapkan semakin banyak warga yang beralih ke transportasi publik yang lebih nyaman, aman, terjangkau, dan ramah lingkungan. Pemerintah pun terus berkomitmen untuk meningkatkan pelayanan, agar masyarakat dapat menikmati perjalanan yang lebih mudah dan efisien. Bagi warga Banda Aceh yang belum mencoba bus Trans Koetaradja, yuk manfaatkan fasilitas ini! Dengan semakin luasnya jangkauan rute, kini perjalanan menuju pusat perbelanjaan, kawasan pendidikan, hingga area perdagangan semakin mudah dan nyaman.(Dhea Atifa) Baca Selengkap Tulisan Aceh TRANSit lainnya klik di bawah ini:

Kisah Warga Kala Trans Koetaradja Berhenti Sementara

Aceh TRANSit – Seiring dengan penghentian sementara layanan Trans Koetaradja pada awal tahun ini, warga Banda Aceh dan Aceh Besar dihadapkan pada realitas baru dalam mobilitas harian mereka. Transportasi publik ini telah menjadi penopang utama aktivitas warga. Salah satu suara yang mencerminkan keresahan masyarakat datang dari Nurul Aini (27), pegawai toko di Peunayong, Kota Banda Aceh yang telah bergantung pada Trans Koetaradja selama hampir empat tahun terakhir. “Saya merasa seperti kehilangan teman perjalanan yang setia,” ucap Nurul saat ditemui Tim Aceh TRANSit di sela waktu istirahatnya, Senin, 24 Maret 2025.” Ia tinggal di Lambaro, Aceh Besar dan setiap hari menempuh perjalanan ke tempat kerjanya di pusat kota Banda Aceh. Selama ini, Trans Koetaradja bukan hanya menjadi pilihan karena tarifnya masih gratis, tapi juga karena kenyamanan dan keamanannya yang tidak ia temukan di moda transportasi lain. “Busnya bersih, ber-AC, sopirnya sopan. Saya bisa duduk dengan tenang, nggak perlu was-was,” tutur Nurul, mengenang masa-masa ketika bus biru-putih itu masih setia mengantarnya bekerja. Semasa berhentinya bus ini pada 1 Januari – 24 Februari, rutinitas itu berubah drastis. Ia harus memilih antara ojek daring atau labi-labi dua moda transportasi yang menurutnya kurang ideal, baik dari sisi biaya maupun kenyamanan. Nurul mengakui bahwa lonjakan pengeluaran transportasi menjadi salah satu tantangan utama sejak penghentian layanan. “Dulu saya bisa simpan uang transport untuk keperluan lain, sekarang hampir setengah gaji habis di jalan,” keluhnya. Tapi lebih dari itu, ia juga merasa produktivitasnya terganggu. “Kalau dulu saya bisa atur waktu dengan rapi, sekarang sering telat karena harus menunggu angkutan lain yang kadang nggak pasti datangnya. Kadang harus berdiri lama di pinggir jalan, kadang juga tidak kebagian tempat duduk. Jauh berbeda dengan dulu saat bisa naik bus Trans Koetaradja dengan nyaman dan teratur,” ungkapnya. Meski kecewa, ia sadar bahwa mungkin ada kebijakan yang membuat operasional Trans Koetaradja harus dihentikan sementara waktu. Harapannya sederhana namun penuh makna, ia ingin akses terhadap transportasi publik yang layak, terjangkau, dan berkelanjutan ini tetap tersedia bagi masyarakat. Cerita Nurul bukanlah cerita tunggal. Ia mewakili ribuan suara yang senada, suara masyarakat yang merasa terpinggirkan ketika layanan publik yang selama ini mereka andalkan tiba-tiba dihentikan dengan sementara waktu. Trans Koetaradja dalam pandangan mereka, bukan hanya alat transportasi. Ia simbol kemajuan, keadilan akses, dan perhatian negara terhadap warganya. Di tengah arus pembangunan yang terus diupayakan, suara seperti Nurul perlu mendapat tempat di meja kebijakan konkrit nan strategis di masa mendatang agar kisah ini tidak terulang kembali. Sebab kota yang baik bukan hanya dibangun dengan beton dan jalan raya, tapi juga dengan mendengar denyut harian warganya yang paling terdampak.(Rahma Yanti) Baca Selengkap Tulisan Aceh TRANSit lainnya klik di bawah ini:

Trans Koetaradja Berhenti, Macet Tak Terhindari

Aceh TRANSit – Trans Koetaradja, bus idolanya warga ibu kota awal tahun 2025 ini, berhenti beroperasi. Berbagai tanggapan dan harapan masyarakat, tersampaikan di media sosial, tak terkecuali di media sosial resmi @dishub_aceh. Tentu pula, komentar ini juga merambat ke obrolan warung kopi dan lainnya. Hal ini wajar, mengingat pentingnya layanan ini bagi mobilitas masyarakat Aceh, terutama di Kota Banda Aceh dan Aceh Besar. Angkutan massal yang telah beroperasi sejak tahun 2016 silam, di tahun ini berhenti beroperasi sementara pada Januari dan Februari. Apa yang menyebabkan terhentinya layanan yang sudah menjadi tulang punggung transportasi masyarakat ini ? Aceh TRANSit berbicara dengan Kepala UPTD Angkutan Massal Trans Kutaraja, M.Hanung Kuncoro, Senin, 24 Maret 2025 lalu. Menurut Hanung, terhentinya operasional Trans Koetaradja pada awal tahun 2025 disebabkan oleh berakhirnya kontrak pengelolaan antara Pemerintah Aceh dengan operator yang mengoperasikan layanan bus tersebut, layanan Trans Koetaradja yang masih gratis ini didukung oleh APBA. “Pada akhir tahun 2024, kontrak dengan mitra pengelola layanannya berakhir,” sebut Hanung. Keputusan untuk berhentinya layanan sementara waktu memang bukanlah langkah yang diinginkan oleh Pemerintah. Tentu saja, menurutnya keputusan ini berdampak pada pengguna setia Trans Koetaradja. Misalnya, masyarakat, pelajar, pegawai, yang membutuhkan mobilitas harian ke tempat tujuannya jadi terganggu, hingga hampir dua bulan lamanya. Sebab, kehadiran Trans Koetaradja selama ini telah menjadi pilihan utama bagi masyarakat untuk menghindari kemacetan jalanan Ibu Kota. “Ketika layanan ini berhenti, tentu saja menyebabkan meningkatnya jumlah pengguna kendaraan pribadi maupun angkutan umum, pada akhirnya membuat jalanan semakin macet,”tambah Hanung. Banyak pengguna layanan yang terpaksa mencari alternatif lain, seperti ojek daring atau taksi, yang tentu saja lebih mahal dan kadang tidak nyaman. Oleh karena itu, dalam perkembangannya, kata Hanung, Dishub Aceh terus mengupayakan kembali beroperasinya Trans Koetaradja dan menempatkan atensi yang serius terkait hal ini. “Pada waktu itu, kita bekerja keras untuk memastikan agar Trans Koetaradja dapat beroperasi kembali secepat mungkin. Alhamdulillah, pada 25 Februari lalu, bus ini telah beroperasi kembali,” ujar Hanung. Mengenai inovasi pelayanan bus, saat ini sedang dirampungkan sebuah aplikasi yang terintegrasi dan memudahkan pengguna memantau jadwal bus secara realtime. Pemerintah juga berkomitmen untuk memperbaiki infrastruktur yang ada, termasuk terminal bus dan halte, untuk memastikan kenyamanan dan keselamatan penumpang. “Kita ingin Trans Koetaradja tidak hanya menjadi solusi untuk mengatasi kemacetan, tetapi juga memberikan kenyamanan dan kemudahan bagi masyarakat Aceh dalam beraktivitas sehari-hari,” pungkasnya. Melalui adanya perbaikan dan pembaruan yang dilakukan, kehadiran Trans Koetaradja diharapkan bisa terus menjadi solusi yang berkelanjutan dan ramah bagi pengguna.(Rahma Yanti) Baca Selengkap Tulisan Aceh TRANSit lainnya klik di bawah ini:

Komitmen Anti Korupsi Gubernur Aceh dan DPRA

Jakarta, 5 Mei 2025 – Pemerintah Provinsi Aceh dan Dewan Perwakilan Rakyat Aceh menyatakan komitmennya untuk memperkuat upaya pencegahan korupsi melalui penandatanganan Komitmen Antikorupsi yang difasilitasi oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Penandatanganan dokumen dilakukan langsung oleh Gubernur Aceh, Muzakir Manaf, dan Ketua DPR Aceh, Zulfadhli, A.Md, sebagai bentuk keseriusan daerah dalam menjalankan tata kelola pemerintahan yang bersih dan transparan. Dalam dokumen tersebut, terdapat delapan poin utama komitmen antikorupsi yang disepakati, antara lain: Menolak segala bentuk pemberian, hadiah, atau gratifikasi yang dapat dikategorikan sebagai suap dan tindak pidana korupsi lainnya. Mendukung penegakan hukum terhadap dugaan tindak pidana korupsi. Melaksanakan upaya pencegahan korupsi di tingkat pemerintah daerah berdasarkan prinsip Monitoring Center for Prevention (MCP) dari KPK. Menjalankan proses perencanaan dan penganggaran APBD secara tepat waktu dan sesuai peraturan perundang-undangan. Menyusun APBD berdasarkan hasil Musrenbang dan Pokok-Pokok Pikiran DPRD (Pokir) yang disampaikan sebelum RKPD disusun. Menyusun APBD berdasarkan RPJMD dengan memperhatikan skala prioritas, belanja wajib, dan mandatory spending tanpa memaksakan anggaran. Tidak melakukan intervensi terhadap proses pengadaan barang/jasa (PBJ), hibah, dan bantuan sosial yang bertentangan dengan regulasi. Memperkuat fungsi pengawasan oleh DPRD dan Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP). Komitmen ini menjadi tonggak penting bagi Aceh dalam memperkuat integritas pemerintahan dan memastikan anggaran daerah dikelola untuk kepentingan publik secara akuntabel. Pemerintah Provinsi Aceh berharap langkah ini dapat menjadi teladan bagi daerah lain dalam membangun sistem pemerintahan yang bersih dan bebas dari praktik korupsi. Untuk informasi lebih lanjut, masyarakat dapat mengakses situs resmi Pemerintah Aceh di www.drka.acehprov.go.id.  

Menyusuri Panasnya Jalanan Demi Senyuman

Aceh TRANSit – Di bawah terik matahari yang bersinar, Khairul Anam, seorang mahasiswa Fakultas Syariah UIN Ar-Raniry, memutar kunci kontak motornya. Suara mesin menderu pelan, menjadi pertanda awal perjalanan. Tujuannya? Sigli, sebuah kota di Kabupaten Pidie yang menjadi tempat pulang, tempat di mana orang tuanya menanti dengan senyuman. Dengan tekad dan niat yang kuat, ia melaju. Namun, Anam tidak gegabah. Ia mempersiapkan diri jauh hari sebelum keberangkatan. Diantara persiapan tersebut adalah mengganti oli, memeriksa kondisi mesin, mengecek tekanan ban, serta memastikan rem dan lampu berfungsi optimal. Ia juga melengkapi diri dengan helm standar, jas hujan, dan masker. Memastikan keselamatan sebagai prioritas utama. Setiap kali rasa lelah menyerang, kala melewati pegunungan Seulawah, Aceh Besar yang panjang, bayangan wajah kedua orang tuanya kembali hadir di benaknya, memompa semangat yang nyaris padam. Perjalanan pun ditempuh dengan penuh kehati-hatian. Mudik dengan sepeda motor memang penuh tantangan, namun baginya, semua itu layak dilalui demi sebuah momen lebaran. Ia percaya, setiap kilometer yang dilaluinya setara dengan senyuman orang tua saat menyambutnya. Lain halnya dengan Delva, mahasiswi Sosiologi Universitas Syiah Kuala (USK) ini rela menempuh kurang lebih 11 jam perjalanan untuk sampai ke kampung halaman. Gadis ini berasal dari Aceh Selatan, tepatnya di Labuhan Haji. Pengalaman pertama mudik naik sepeda motor ia lakukan pada libur semester satu, sekitar Desember 2022.Ada alasan kuat kenapa Delva memilih sepeda motor sebagai moda transportasi untuk mudik. Baginya, mudik naik sepeda motor jauh lebih hemat. Di kampung halamannya, sepeda motor juga sangat dibutuhkan untuk mobilitas harian. Mengirim sepeda motor lewat jasa ekspedisi memerlukan biaya tambahan yang tidak sedikit. Selain itu, Delva merasa naik sepeda motor lebih praktis dan fleksibel. Delva pun mengaku lebih nyaman berkendara sendiri. Soal kekhawatiran orang tua, Delva mengakui bahwa mereka tentu cemas. Apalagi perjalanan dari Banda Aceh ke Aceh Selatan memakan waktu tempuh yang cukup lama. Namun, Delva tetap mantap menempuh perjalanan ini sendirian. Meski jalur menuju kampung halaman berliku dan rawan kecelakaan di sejumlah titik, Delva mengaku sudah biasa dan tidak merasa takut. Untuk kendaraan, ia tidak pernah melewatkan persiapan teknis. Sehari sebelum keberangkatan, sepeda motornya selalu diservis terlebih dahulu, mulai dari ganti oli, pengecekan rem, hingga memeriksa kondisi ban. Ia juga membawa pompa kecil, jas hujan, STNK, SIM, serta memastikan tangki bahan bakar terisi penuh. Delva berpesan untuk setiap orang yang ingin mudik naik sepeda motor untuk selalu mengutamakan keselamatan saat berkendara.(Achdiyat Perdana) Baca Selengkap Tulisan Aceh TRANSit lainnya klik di bawah ini:

Wagub Fadhlullah Luncurkan Aplikasi Perjalanan Trans Koetaradja, Masuk Program 100 Hari Pemerintah Aceh

Banda Aceh – Wakil Gubernur Aceh Fadhlullah resmi meluncurkan Layanan Trans Koetaradja Digital pada acara puncak perayaan ulang tahun Trans Koetaradja kesembilan di Depo Trans Koetaradja Banda Aceh, Minggu, 4 Mei 2025. Peluncuran aplikasi Trans Koetaradja tersebut ditandai dengan penekanan klakson bus bersama sejumlah pejabat Forkopimda serta Bupati Aceh Besar dan Banda Aceh. Aplikasi Trans Koetaradja merupakan sebuah platform digital yang dihadirkan oleh Dinas Perhubungan Aceh untuk memberikan kemudahan perjalanan bagi masyarakat menggunakan layanan bus Trans Koetaradja. Aplikasi ini memungkinkan pengguna untuk memantau pergerakan bus secara online dan real-time serta bisa melacak lokasi halte terdekat dengan pengguna. Sehingga masyarakat bisa merencanakan perjalanan dengan lebih efisien dan akurat. Dalam sambutannya, Fadhlullah yang diwakili oleh Sekretaris Daerah (Sekda) Aceh M Nasir menyebutkan bahwa Trans Koetaradja merupakan salah satu tonggak penting dalam membangun sistem transportasi umum yang modern, aman, nyaman, dan terjangkau di ibu kota provinsi Aceh. “Kehadiran Trans Koetaradja telah memudahkan mobilitas masyarakat, terutama transportasi bagi pelajar dan mahasiswa, pedagang kecil, penyandang disabilitas, dan dukungan terhadap berbagai kegiatan/event lokal dan nasional,” sebut M Nasir. Sekda Aceh itu menambahkan, Trans Koetaradja telah terbukti mendukung kelancaran berbagai kegiatan besar, termasuk saat Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI Aceh–Sumut, karena ketepatan waktu dan layanan gratis yang diandalkan masyarakat. Pada kesempatan yang sama, Kepala Dinas Perhubungan Aceh Teuku Faisal melaporkan bahwa Peluncuran aplikasi Trans Koetaradja sejalan dengan misi ke-5 Gubernur dan Wakil Gubernur Aceh yaitu Meningkatkan Kualitas dan Daya Saing SDM dengan menggerakkan transformasi digitalisasi dan teknologi modern untuk semua sektor. Peluncuran aplikasi ini termasuk ke dalam program Gerak Cepat (Quick Win) 100 hari Pemerintahan Gubernur Aceh Muzakir Manaf dan Wakil Gubernur Aceh Fadhlullah. “Launching ini menjadi spesial karena dilakukan dalam rangkaian Hari Ulang Tahun Trans Koetaradja yang ke-9,” ungkap Teuku Faisal dengan penuh semangat. Dengan tersedianya aplikasi ini, tambah Teuku Faisal, diharapkan semakin meningkatkan loyalitas pengguna bus Trans Koetaradja, sekaligus menarik minat masyarakat yang belum menggunakan Trans Koetaradja agar beralih menggunakan angkutan massal perkotaan ini karena kini perjalanannya semakin mudah dan pasti. Aplikasi Trans Koetaradja saat ini hanya tersedia untuk pengguna Android yang dapat diunduh di Playstore. Dalam waktu dekat, aplikasi ini akan tersedia di Appstore sehingga dapat digunakan pula oleh pengguna Iphone. Di tengah kemeriahan perayaan ulang tahun Trans Koetaradja, Kadishub Aceh menegaskan bahwa layanan bus Trans Koetaradja bagi Masyarakat Aceh masih gratis ke depannya melalui subsidi APBA. “Semua berubah, kecuali satu yang masih tidak berubah : Trans Koetaradja masih Gratis. Terima kasih Pemerintah Aceh,” ujarnya. Pada kesempatan tersebut juga dilakukan penandatanganan Perjanjian Kerja Sama antara Dishub Aceh dengan PT Grab Teknologi Indonesia dalam rangka kolaborasi terkait branding dan sosialisasi Trans Koetaradja serta kemudahan menjangkau halte-halte dengan penyediaan diskon khusus dari Grab. Berikut sejumlah capaian dan transformasi Trans Koetaradja sejak pertama beroperasi hingga saat ini; jumlah bus di tahun 2016 sebanyak 25 unit, saat ini telah berjumlah 59 unit. Jumlah halte permanen di tahun 2016 sebanyak 16 unit, kini berjumlah 94 unit. Tahun 2016 rute yang dilayani hanya 1 rute, saat ini menjadi 14 rute. Panjang jalan yang dilayani tahun 2016 sepanjang 12,6 Km, saat ini mencapai 184,4 km (Banda Aceh dan Aceh Besar).(AB/HA) Baca Berita Lainnya: Semarak HUT Ke-9 Trans Koetaradja: ASN Dishub Aceh Gelar Aksi Bersih-Bersih Halte Forum LLAJ Aceh: Tumpahan CPO dan Hewan Ternak Liar Jadi Penyebab Kecelakaan di Jalan Raya Peringati Hari Kartini, Tiga Perempuan Hebat Bicara Keselamatan Berlalu Lintas di Dishub Aceh

Strategi Pelabuhan Ulee Lheue Layani ‘Lautan’ Pemudik

Aceh TRANSit – Bagi kebanyakan orang, mudik merupakan momen sakral yang selalu dinanti. Selain momen kehangatan dan kebersamaannya, mudik juga menjadi kesempatan recharged energy setelah lama di perantauan. Pelabuhan menjadi salah satu infrastruktur guna mengakomodir kebutuhan tersebut. Salah satunya Pelabuhan Penyeberangan Ulee Lheu Kota Banda Aceh. Sebagai masterpiece pelabuhan penyeberangan di Aceh, Pelabuhan Ulee Lheue terus melakukan berbagai persiapan dalam melayani lonjakan pengunjung. Tak hanya pemudik, lonjakan juga bersinggungan dengan momen pergerakan wisatawan yang hendak rehat sejenak ke Pulau Weh, Kota Sabang setelah lebaran usai. Data yang terpantau pada laman informasi Pergerakan Penumpang Libur Lebaran Idulfitri 1446H dari tanggal 24 Maret hingga 8 April 2025 (H-7 sampai dengan H+7 lebaran) menunjukkan bahwa sebanyak 198.850 pengguna jasa transportasi melakukan perjalanan di masa libur tahun ini. Nah, khusus data produksi angkutan penyeberangan di lintasan Ulee Lheue – Balohan pada tahun ini mengalami peningkatan sebesar 1,79 persen dibandingkan periode lalu. Sejak periode 24 Maret sampai dengan 8 April 2025, tercatat sebanyak 56.648 pergerakan pemudik dan wisatawan yang menyeberang pada lintasan favorit ini. Sedangkan pada periode lalu hanya sebanyak 55.650 pergerakan penumpang. Puncak lonjakan pergerakan arus pengunjung terjadi pada tanggal 4 April 2025 (H+4) lebaran yang mencapai 7.300 penumpang. Banyak usaha yang diupayakan oleh Dinas Perhubungan (Dishub) Aceh dan pemangku kepentingan terkait agar grafik pengunjung terus meningkat. Salah satunya sistem e-ticketing yang sudah diberlakukan di Pelabuhan Ulee Lheue. Tujuannya sudah pasti memberikan pelayanan terbaik, kenyamanan dan keterbukaan transparansi publik. Masyarakat juga menyambut baik inovasi ini, karena dengannya kepastian waktu keberangkatan dan antrean panjang dapat dielakkan. Prosesnya juga mudah hanya dengan mengakses langsung situs resmi atau aplikasi Ferizy melalui ponsel pintar, masyarakat dari daerah mana pun dan di waktu kapan pun dapat langsung memesan tiket tanpa perlu bertatap muka di pelabuhan. PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) cabang Banda Aceh dan PT Sakti Inti Makmur (SIM) juga tak mau kalah dalam mengakomodir kebutuhan pengunjung. Terdapat 7 armada kapal feri dengan keberangkatan mencapai 20 trip PP (pulang – pergi) perhari yang beroperasi periode lebaran 1446 H. Rekor keberangkatan kapal terbanyak terjadi pada hari Kamis, 3 April 2025 yang mencapai 23 trip sehari, dengan rincian 9 trip kapal cepat dan 14 trip kapal feri Ro-Ro. Kadishub Aceh, Teuku Faisal sangat mengapresiasi setiap pemangku kepentingan transportasi di Aceh yang sudah bekerja maksimal, baik pada moda darat, laut dan udara, yang turut menyukseskan penyelenggaraan transportasi selama masa mudik lebaran ini. Pelabuhan Penyeberangan Ulee Lheue telah berupaya menunjukkan kesiapan yang optimal dalam menghadapi arus mudik Lebaran 1446 H. Berbagai langkah antisipatif, seperti penambahan frekuensi trip kapal, peningkatan jumlah personel, serta inovasi yang dihadirkan demi kelancaran arus penumpang. Selain itu, koordinasi yang solid antar lembaga terus ditingkatkan agar arus mudik dapat berlangsung dengan aman dan lancar. Dengan langkah tersebut diharapkan masyarakat dapat merasakan momen kehangatan dan kenyamanan yang terus diupayakan disetiap sarana prasarana perhubungan.(Rahmi Caesaria Nazir) Baca Selengkap Tulisan Aceh TRANSit lainnya klik di bawah ini:

Kelayakan Armada Jadi Faktor Krusial Tekan Kecelakaan Lalu Lintas

Aceh TRANSit – Gema takbir menyambut Idulfitri 1446 Hijriah kian dekat, menandai dimulainya rutinitas tradisi mudik lebaran jadi aman dan nyaman. Para perantau bersiap kembali ke kampung halaman tak terkecuali masyarakat yang ada di Bumi Serambi Mekkah ini, dan angkutan umum, menjadi pilihan utama, menjadikan aspek keselamatan penumpang merupakan prioritas mutlak. Menjawab tantangan ini, Dinas Perhubungan (Dishub) Aceh menggencarkan inspeksi keselamatan (rampcheck) armada bus di sejumlah Terminal Tipe B di Aceh. Pelaksanaan Inspeksi Serentak di Tiga Terminal Sebagai langkah konkret, Dishub Aceh menggelar rampcheck serentak di beberapa titik strategis. Selama periode 8 hingga 12 Maret 2025, kegiatan difokuskan pada tiga Terminal Tipe B, yaitu Terminal Tipe B Bireuen, Aceh Tamiang, dan Aceh Selatan. Kegiatan ini melibatkan sinergi sejumlah pihak, termasuk Tim LLAJ Dishub Aceh, Petugas Terminal Tipe B, Dishub Kabupaten/Kota terkait, BPTD Kelas II Aceh, Ditlantas Polda Aceh, DPMPTSP Aceh, dan Jasa Raharja. Kelaikan armada menjadi faktor krusial dalam menekan potensi kecelakaan lalu lintas, terlebih di tengah lonjakan penumpang saat musim mudik. Kadishub Aceh, Teuku Faisal, melalui Kabid Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ), Deddy Lesmana, menekankan bahwa rampcheck adalah kegiatan rutin yang krusial. “Rampcheck merupakan pemeriksaan kendaraan rutin yang dilaksanakan guna memastikan kelaikan kendaraan dan keselamatannya dalam mengantisipasi potensi kecelakaan lalu lintas,” ujar Deddy. Ia menambahkan, petugas rampcheck di lapangan melakukan pemeriksaan yang mencakup dua aspek utama administrasi dan fisik kendaraan seperti SIM, STNK, Hasil Uji KIR, Izin Trayek dan sebagainya termasuk memastikan fisik angkutan umum demi memastikan angkutan umum memenuhi aturan standar keselamatan. Tercatat sebanyak 306 unit kendaraan AKDP telah menjalani rampcheck di tiga terminal tersebut, dengan rincian 167 kendaraan di Terminal Bireuen, 119 kendaraan di Terminal Aceh Tamiang, dan 20 kendaraan di Terminal Aceh Selatan. Inspeksi serupa juga menyasar Terminal Lueng Bata di Banda Aceh, yang notabene melayani trayek AKDP terbanyak di provinsi ini. Digitalisasi Mempermudah Pengawasan Inovasi turut mewarnai pelaksanaan rampcheck tahun ini. Sekretaris Dinas Perhubungan Aceh, Teuku Rizki Fadhil, mengungkapkan bahwa proses inspeksi kini telah berbasis digital. “Kegiatan rampcheck tahun ini sudah berbasis digital yang langsung terintegrasi dengan sistem perizinan dan data pengujian KIR (BLU-e),” paparnya. Integrasi ini, yang terhubung dengan sistem Online Single Submission (OSS) untuk perizinan dan Bukti Lulus Uji Elektronik (BLU-e) untuk data KIR, memberikan kemudahan signifikan. “Ini memudahkan petugas untuk mengecek status izin penyelenggaraan, izin trayek, data perusahaan maupun data KIR kendaraan masih berlaku atau sudah kadaluarsa hanya dengan memasukkan nomor plat kendaraan,” tambahnya. Dedikasi para petugas di lapangan layak mendapat apresiasi tinggi. “Terima kasih kepada seluruh personil atas dedikasi yang tinggi dalam kegiatan ini, bekerja siang malam di bulan puasa demi memastikan masyarakat bisa selamat dalam perjalanan saat mudik nantinya,” ungkap Rizki saat memberikan arahan kepada petugas di Terminal Tipe B Bireuen. Dedikasi para petugas di lapangan layak mendapat apresiasi tinggi. “Terima kasih kepada seluruh personil atas dedikasi yang tinggi dalam kegiatan ini, bekerja siang malam di bulan puasa demi memastikan masyarakat bisa selamat dalam perjalanan saat mudik nantinya,” ungkap Rizki saat memberikan arahan kepada petugas di Terminal Tipe B Bireuen. Upaya intensif melalui rampcheck yang terdigitalisasi ini menjadi wujud komitmen Dishub Aceh dan instansi terkait dalam menghadirkan layanan transportasi yang berkeselamatan di Bumi Serambi Mekkah. Di sisi lain, para pengusaha angkutan umum diimbau untuk terus proaktif dalam melengkapi segala aspek legalitas administrasi dan memastikan kelayakan kendaraan demi memberikan rasa aman, nyaman, dan selamat bagi pengguna jasa angkutan umum. Tak lupa, partisipasi masyarakat pemudik untuk cermat memilih jasa transportasi tentu diperlukan demi keselamatan bersama.(Reza Ali Ma’sum) Baca Selengkap Tulisan Aceh TRANSit lainnya klik di bawah ini:

Semarak HUT Ke-9 Trans Koetaradja: ASN Dishub Aceh Gelar Aksi Bersih-Bersih Halte

BANDA ACEH – Seluruh ASN Dinas Perhubungan Aceh mengikuti kegiatan bersih-bersih halte bus Trans Koetaradja dalam rangka memeriahkan Hari Ulang Tahun (HUT) Trans Koetaradja ke-9 pada Jumat, 2 Mei 2025. Aksi bersih-bersih hari ini terpusat di halte Mesjid Raya Baiturrahman dan halte Mesjid Jamik USK. Kegiatan ini merupakan wujud kepedulian dan komitmen ASN Dishub Aceh untuk meningkatkan kenyamanan serta kebersihan fasilitas transportasi publik kebanggaan masyarakat Aceh ini. Kegiatan yang dimulai sejak pagi hari ini difokuskan pada membersihkan area halte dari sampah serta debu yang mengganggu estetika. Sehingga diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kebersihan fasilitas umum. Rangkaian perayaan HUT Trans Koetaradja ke-9 akan dilanjutkan dengan berbagai kegiatan lainnya seperti Trans Koetaradja Saweu Sikula bersama DWP Dishub Aceh, aneka perlombaan, anugerah pramudi Trans Koetaradja terbaik, serta peluncuran aplikasi perjalanan Trans Koetaradja di hari puncak atau Minggu (4/5) mendatang.(AB) Baca Berita Lainnya: Forum LLAJ Aceh: Tumpahan CPO dan Hewan Ternak Liar Jadi Penyebab Kecelakaan di Jalan Raya Peringati Hari Kartini, Tiga Perempuan Hebat Bicara Keselamatan Berlalu Lintas di Dishub Aceh Jadi Pembicara dalam Talkshow Civil Insight, Kadishub Paparkan Sejumlah Program Strategis Pemerintah Aceh di Sektor Transportasi  

Rampcheck Jelang Mudik: Aman di Jalan, Tenang di Kampung

Aceh TRANSit – Anda tentunya sudah familiar dengan kata mudik. Tahukah bahwa, mudik sebenarnya memiliki berbagai pemaknaan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), mudik memiliki dua arti: pertama, (berlayar, pergi) ke udik (hulu sungai, pedalaman), dan kedua, pulang ke kampung halaman (kata kerja percakapan). Konon, istilah mudik sendiri berasal dari Bahasa Jawa, mulih disik yang berarti pulang dahulu, kini jadi sebuah tradisi tahunan di Indonesia. Khususnya menjelang hari raya keagamaan seperti Lebaran Idulfitri, di mana orang-orang yang merantau kembali ke kampung halaman untuk berkumpul dengan sanak saudara. Setiap tahunnya, mudik lebaran menjadi momen arus pergerakan orang secara besar-besaran, baik melalui jalur darat, laut, maupun udara. Lonjakan penumpang yang signifikan ini menuntut kesiapan berbagai moda transportasi untuk memastikan keselamatan dan kenyamanan selama perjalanan. Kecelakaan lalu lintas oleh moda transportasi, baik angkutan umum maupun barang memiliki risiko yang sama serta dapat berakibat dan berimplikasi menimbulkan korban jiwa. Untuk menekan angka fatalitas kecelakaan lalu lintas maupun menekan terjadinya musibah yang disebabkan oleh faktor teknis dan human error di moda transportasi darat, transportasi laut, transportasi udara, upaya pencegahan secara periodik berupa inspeksi dan penegakan hukum harus terus dilakukan. Dalam konteks inilah, rampcheck atau inspeksi kelayakan kendaraan dan armada menjadi langkah krusial yang tak bisa diabaikan. Pemeriksaan ini bertujuan untuk menekan potensi kecelakaan akibat kondisi teknis kendaraan yang tidak layak, sekaligus sebagai bentuk pengawasan terhadap penyelenggara transportasi agar tetap mematuhi standar operasional. Menjelang libur Lebaran 1446 H yang lalu misalnya, Terminal Tipe B Bireuen tidak hanya diramaikan oleh calon penumpang yang hendak balik kampung, namun juga oleh petugas Dinas Perhubungan Aceh yang tengah melakukan pemeriksaan kelayakan kendaraan atau yang dikenal dengan rampcheck. Kegiatan ini berguna untuk memastikan perjalanan masyarakat khususnya pemudik, aman dan nyaman. Selain di lintasan Barat – Selatan Aceh, Dishub Aceh juga melakukan rampcheck kendaraan serentak di Terminal Tipe B Aceh Tamiang, dan Terminal Tipe B Bireuen. Terakhir, Dinas Perhubungan Aceh telah melakukan rampcheck kendaraan di Terminal Lueng Bata yang melayani trayek AKDP terbanyak di Aceh. Lalu, Apa itu Rampcheck? Rampcheck adalah pemeriksaan menyeluruh terhadap kendaraan angkutan umum untuk memastikan bahwa kendaraan tersebut layak jalan dan memenuhi standar keselamatan. Pemeriksaan ini dilakukan secara rutin, terutama menjelang musim mudik, guna mencegah kecelakaan akibat kendaraan yang tidak memenuhi standar operasional. Dengan adanya pemeriksaan ini, kendaraan yang tidak layak jalan bisa segera diperbaiki atau dilarang beroperasi demi keselamatan bersama. Dalam rampcheck, petugas akan mengecek beberapa aspek penting, seperti kondisi fisik kendaraan, administrasi kendaraan meliputi SIM, STNK, hasil Uji KIR, izin penyelengaraan angkutan, dan izin trayek yang masih berlaku, lalu kelengkapan keselamatan pada kendaraan seperti dongkrak, segitiga pengaman, palu pemecah kaca, sabuk keselamatan, dan sebagainya. Dengan adanya rampcheck yang dilakukan secara menyeluruh dan berkelanjutan, diharapkan seluruh armada angkutan umum yang digunakan selama mudik lebaran berada dalam kondisi prima dan sesuai dengan standar keselamatan, sehingga masyarakat dapat menikmati perjalanan yang aman, selamat, dan nyaman hingga tiba di kampung halaman.(Ireane Putri Masdha) Baca Selengkap Tulisan Aceh TRANSit lainnya klik di bawah ini: