Dishub

Meng-elaborasi Riset dalam Spirit Kolaborasi

Oleh Diana Devi, M.T. (Kepala Bidang Pengembangan Sistem dan Multimoda Dinas Perhubungan Aceh) DINAMIKA di sektor transportasi yang bergerak dan bertransformasi secara cepat telah berdampak pada kompleksnya kebutuhan dan variasi pelayanan publik. Pengayaan inovasi dan penguatan konsep pelayanan harus secara dinamis dikembangkan untuk menghadirkan kebijakan yang berorientasi pada pelayanan prima bagi masyarakat dalam kerangka acuan normatif. Tentu saja dibutuhkan tahapan yang sistematis dan terukur untuk mewujudkannya, di mana tahapan perencanaan menjadi awal yang krusial. Keterbatasan internal serta kebutuhan jejaring, melahirkan inisiasi kolaborasi dalam memanfaatkan inovasi dan teknologi yang melayani seluruh lapisan masyarakat. Bermula dari fakta maupun gagasan imajiner, sebuah keputusan yang berkualitas dan tepat dapat ditentukan melalui suatu proses riset yang akuntabel. Kehadiran suatu wadah riset yang representatif -dalam hal tempat, personil dan organisasi- sangat berpengaruh terhadap proses riset, serta akan menentukan kualitas output yang dihasilkan dari suatu riset. Di sela-sela tuntutan pelayanan dan aktifitas rutin yang padat, Dinas Perhubungan Aceh berkomitmen mewujudkan pembangunan sektor transportasi yang berbasis pada data, riset dan perencanaan, serta mengedepankan kerjasama (partnership) dengan berbagai lembaga/instansi. Konsistensi terhadap komitmen tersebut dimulai dengan merintis sebuah wadah atau kelembagaan khusus yang akan fokus pada aktivitas-aktivitas riset serta kerja sama di sektor transportasi. Secara seremonial, spirit ini ditandai dengan diresmikannya gedung Center for Transportation Research and Cooperation (CTRC) pada tanggal 18 September 2020 oleh Bapak Ir. H. Nova Iriansyah, M.T. selaku Plt. Gubernur Aceh sebagai rangkaian peringatan Hari Perhubungan Nasional 2020 (Harhubnas 2020) yang jatuh tepat sehari sebelumnya. Momen historis ini berlangsung khidmat, meskipun pada jumát pagi yang berkah tersebut Dinas Perhubungan Aceh baru saja memberlakukan pembatasan/ pengetatan aktivitas perkantoran, seiring meningkatnya secara signifikan kasus Covid-19 di lingkungan keluarga besar insan transportasi ini. Namun suasana yang menggelisahkan ini seolah tersemangati karena bersamaan pada momen tersebut Bapak Plt. Gubernur Aceh yang hadir ke kantor Dinas Perhubungan Aceh dengan melakukan gowes bersama istri (Ibu Dr. Ir. Dyah Erti Idawati, M.T.) juga me-launching Hari Bebas Kendaraan Bermotor dan Gerakan Pengurangan Sampah Plastik. Dua kegiatan yang diinisiasikan sebagai langkah-langkah kecil dalam bagian upaya merubah paradigma pelayanan melalui konsep Green and Smart Office menuju Sustainable Transportation Services. Memanfaatkan bangunan eks gedung kantor Dinas Kelautan dan Perikanan Aceh yang bernuansa klasik, langkah-langkah strategis dan lompatan-lompatan kecil akan dirintis dan diinovasikan melalui riset-riset dan kerjasama terkait sektor transportasi. Hal ini sejalan dengan tema Harhubnas 2020 yaitu “Wujudkan Asa, Majukan Bangsa”. Momen ini merupakan langkah nyata dalam membangun sinergisitas kolaboratif untuk mewujudkan transportasi yang berkeadilan dalam mengurangi kesenjangan antarwilayah di Aceh. Mengapa CTRC? Karena melalui CTRC, Dinas Perhubungan Aceh berupaya mengelaborasi riset dan kerja sama sebagai elemen yang saling menguatkan dalam membangun sistem transportasi yang berkelanjutan (sustainable transport). Sejalan dengan fungsi pengembangan teknologi dan rekayasa di sektor transportasi yang diemban oleh Dinas Perhubungan Aceh, riset dibutuhkan sebagai tool dalam merumuskan dan menetapkan suatu kebijakan serta program yang akan dilaksanakan. Kompleksitas pelayanan yang terdapat pada sektor transportasi menuntut cara pandang yang luas dalam menjangkau tatanan kehidupan masyarakat. Oleh karenanya perlu suatu pedoman ilmiah yang lahir dari pemikiran profesional, aplikatif, dan terukur yang teraktualisasi melalui riset yang berbasis pada keakuratan data, ketepatan metode, serta kecermatan analisis. Pada tataran birokrasi, profesi peneliti cenderung belum diminati oleh para Aparatur Sipil Negara (ASN) dan tidak setenar profesi lainnya di lingkungan pemerintahan, namun tidak sedikit pula yang menekuninya. Begitu pula di lingkungan kerja Dinas Perhubungan Aceh, masih banyak keterbatasan yang dimiliki serta support yang dibutuhkan untuk mengoptimalkan capaian di bidang riset transportasi. Hadirnya CTRC diharapkan dapat menstimulasi dan mengeksplore potensi tersembunyi dari para insan perhubungan. Talenta dan ASN millennial yang selama ini terpaku dengan rutinitas, dirangsang untuk membedah suatu fakta melalui analisis yang ilmiah, dan mampu melahirkan inovasi serta gagasan-gagasan yang aplikatif. Untuk mewujudkan ekspektasi tersebut, kelembagaan CTRC akan ditopang dan dibina melalui kerja sama dan kolaborasi peran akademisi serta pakar dari berbagai multidisplin ilmu, kompetensi, serta peran lembaga/instansi lainnya. Keseriusan atas komitmen dan cita-cita ini telah dibuktikan dalam beberapa kegiatan yang pernah dilakukan, seperti Kerjasama antara Dinas Perhubungan Aceh dengan Fakultas Teknik Unsyiah berdasarkan Nota Kesepahaman antara Pemerintah Aceh dan Unsyiah tentang Kerjasama Pendidikan, Penelitian, Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi serta Pengembangan Sumber Daya Manusia, antara lain: Pembuatan Prototype dan Simulasi E-Ticketing Sistem Angkutan Massal Transkutaraja; Aplikasi Sapa Mudik; pelibatan beberapa akademisi dari Universitas Syiah Kuala sebagai Tenaga Ahli; serta beberapa studi di sektor transportasi. Yang paling mutakhir adalah penandatanganan Nota Kesepahaman oleh Kepala Dinas Perhubungan Aceh bersama Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh dalam rangka melakukan kerja sama di bidang penyediaan dan pertukaran data, transfer knowledge, serta pengembangan riset dan teknologi pada awal November 2020. Tak hanya mengawal kegiatan riset, CTRC juga akan mengambil peran dalam mensinergikan kerjasama program sektor perhubungan melalui Coorporate Social Responsibility (CSR). Sistem kemitraan ini dilakukan dengan menggandeng beberapa perusahaan BUMN, BUMD, swasta, maupun lembaga independen lainnya untuk mewujudkan tanggung jawab sosial mereka kepada lingkungan dan masyarakat di sektor transportasi. Bukan sekedar tren formalitas, CSR mampu memberikan kredibilitas yang baik terhadap perusahaan melalui kontribusi positif yang dilakukan dalam kemitraan tersebut. Kontribusi CSR terhadap infrastruktur transportasi dapat bermanfaat secara langsung bagi masyarakat seperti pembangunan halte, pembangunan jalur bersepeda serta fasilitas layanan informasi dan fasilitas pendukung lainnya; seperti layanan ATM, mushalla dan pembangunan ruang hijau di lingkungan terminal/pelabuhan/ stasiun. Pembangunan beberapa Halte TransKutaraja di kota Banda Aceh, merupakan contoh nyata kegiatan CSR yang telah dirintis oleh Dinas Perhubungan Aceh dengan melibatkan Bank ternama di Aceh, seperti Bank Aceh, Bank BRI dan Bank BNI. Sistem kemitraan ini menjadi pola kolaborasi yang akan terus dikembangkan seiring upaya peningkatan pelayanan transportasi publik di Aceh. Perwujudan transportasi yang beradilan pada haikkatnya adalah menghadirkan fungsi transportasi sebagai “penunjang” dalam mengimbangi pesatnya pertumbuhan suatu kawasan/ wilayah (transport follows the trade), serta secara seimbang juga dibina sebagai “pendorong” tumbuh kembangnya potensi pada wilayah terluar/terdepan dan terisolir melalui penyediaan akses transportasi dan peningkatan konektivitasnya dengan wilayah yang telah berkembang (transport attracts the trade). Insya Allah, CTRC akan menjadi ”rumah” bagi insan perhubungan dalam menumbuhkan dan mengaktualisasi gagasan-ide-inovasi bagi pelayanan transportasi yang berkeadilan, mereduksi dampak lingkungan, dan merangkul anak negeri tanpa diskriminasi.(*) Selengkapnya cek di laman:

Terminal Tipe-B Bener Meriah Resmi Beroperasi

Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur  Nomor 551/1412/2020 tentang penetapan status Terminal Tipe B Bener Meriah menjadi kewenangan Pemerintah Aceh. Dulunya, Terminal ini berstatus Terminal Tipe C, yang melayani trayek antar kecamatan. Peningkatan status ini dilakukan untuk mengoptimalkan pelayanan jasa angkutan masyarakat yang lebih luas, dari antar kecamatan menjadi antar kabupaten. Sehingga, jaringan trayek pun lebih melebar. Kamis, 4 Maret 2021 dilakukan acara launching Terminal Tipe B Bener Meriah oleh Bupati Bener Meriah, Tgk. Syarkawi didampingi Kepala UPTD Penyelenggaraan Terminal Tipe B, Erizal. Kegiatan ini bersamaan dengan launching tempat parkir mobil barang yang berlokasi tepat di samping Terminal Tipe B Bener Meriah. “Pengoperasian terminal ini diharapkan menjadi inti pertumbuhan aktivitas ekonomi daerah serta pengelolaan yang lebih profesional,” sebut Erizal dalam sambutannya. Ia melanjutkan, tentunya dengan infrastruktur yang lebih moderen guna menjawab tantangan yang cukup komplek serta beradaptasi dengan kondisi angkutan umum. Selain untuk menyempurnakan infrastruktur yang ada, Dishub Aceh akan berusaha lebih kreatif untuk menghidupkan suasana terminal seperti pengembangan pelayanan fasilitas berbasis teknologi informasi, serta memperluas fungsi terminal agar dapat juga dijadikan sebagai area publik yang nyaman. Seperti yang diketahui, penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan memiliki peran yang sangat penting sebagai tulang punggung aktivitas sosial dan ekonomi masyarakat. Demi keamanan, keselamatan, kelancaraan serta ketertiban lalu lintas dan masyarakat maka dalam aktivitas menaikkan dan menurunkan penumpang serta barang dilakukan dalam kawasan terminal yang telah disediakan. “Kami menyambut gembira dengan adanya fasilitas parkir bongkar muat barang yang berlokasi di jalan lintas Ketipis yang berada tepat di sebelah terminal penumpang yang menjadi simpul jaringan transportasi di Bener Meriah,” tutur Tgk. H. Sarkawi. Tambahnya lagi, Selama ini kegiatan bongkar muat dilakukan di depan toko ataupun di ruas jalan pasar. Hal ini sangat mengganggu kegiatan jual beli masyarakat karena aktivitas ini memakai hamper seluruh badan jalan seperti yang terjadi di pasar Pondok Baru. Diharapkan, dengan adanya fasilitas parkir ini diharapkan pengusaha angkutan lebih tertib dalam melakukan aktivitas bongkar muat serta mempercepat sinergisitas pergerakan orang dan barang di Bener Meriah. Acara ini juga dihadiri oleh Kapolres, Dandim 0119/Bener Meriah dan Kepala Kejaksaan Negeri Bener Meriah. Sebelum launching dilakukan, Dishub Aceh yang diwakili Kepala UPTD Penyelenggaraan Terminal Tipe B telah melakukan rapat bersama pengusaha angkutan pada Senin, 1 Maret 2021. Dalam kesempatan itu hadir Kadishub Bener Meriah, Kadishub Aceh Tengah, BPTD Wilayah I Provinsi Aceh, dan DPD Organda Aceh. Dalam rapat ini, pengusaha angkutan mengungkapkan bahwa mereka akan mengapresiasi langkah dan menggunakan terminal sebagaimana fungsinya dalam melayani masyarakat yang melakukan perjalanan. (MS)

Proses Pembangunan KMP. Aceh Hebat 1, 2, dan 3

Kehadiran moda transportasi sebagai aspek utama dalam upaya meningkatkan konektivitas dan aksesibilitas antar wilayah. Guna memutus keterisolasian suatu daerah, kehadirannya berperan penting dalam menunjang pembangunan dan perekonomian masyarakat secara berbarengan. Kapal adalah salah satu pilihan terbaik guna menghubungkan daerah kepulauan. Selama ini, penumpukan penumpang dan angkutan barang/kendaraan yang membawa logistik menjadi hal lumrah dan terhambat pemasokan ke wilayah kepulauan sehingga harga pasar tidak terkendali, masyarakat kembali morat-marit dan nilai ekonomi kembali anjlok. Belum lagi jika musim gelombang tinggi dan cuaca eksrem terjadi, masyarakat pulau harus siap-siap “mengurut dada” dengan harga dan ketersediaan barang, mau tidak mau dengan harga mahal, masyarakat terpaksa membeli. Satu hal lagi jika musim liburan tiba, penumpang melonjak signifikan. Seperti dikehatui, Aceh sebagai salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki daerah kepulauan dengan panorama yang begitu menawan mengundang wisatawan untuk menikmatinya, sudah sewajarnya Aceh butuh kapal baru guna mewujudkan transportasi berkeadilan yang setara dengan wilayah daratan. Untuk itu, Pemerintah Aceh melalui Dinas perhubungan pada tahun 2018 lalu telah melakukan perencanan pembangunan kapal. Untuk mengurangi kesenjangan antar wilayah, peningkatan konektivitas antar kepulauan, sektor pariwisata, dan logistik, maka berdasarkan kesepakatan bersama (MoU) Pemerintah Aceh dan Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) pada tanggal 28 November 2018, melalui APBA TA 2019 dan 2020 (tahun jamak) telah dialokasikan anggaran untuk pembangunan tiga kapal Aceh Hebat. Proses pelelangan ketiga kapal dilakukan melalui Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) Kementerian Perhubungan RI dengan pertimbangan bahwa Pemerintah Aceh belum memiliki pengalaman dalam pelelangan kapal dengan spesifikasi khusus. Sedangkan Sumber Daya Manusia (SDM) di kementerian Perhubungan RI telah memiliki kompetensi untuk pembangunan kapal Ro-ro. Perencanaan terhadap ketiga kapal tersebut pun telah dilakukan pendampingan teknis dari kementerian. Selama pelaksanaan pekerjaan, Dinas Perhubungan Aceh didampingi oleh Konsultan Pengawas dan Tim Teknis yang melibatkan personil dari Kementerian Perhubungan dan Dishub Aceh. Untuk terlaksananya setiap tahapan pembangunan, telah dilakukan sertifikasi oleh Kementerian Perhubungan RI dan Biro Klasifikasi Indonesia (BKI). BKI yang merupakan ahli yang berkompetensi di bidang perkapalan yang bertugas untuk mengecek dan menginspeksi kapal, baik yang akan dibuat ataupun yang sedang beroperasi di Indonesia serta melakukan Pengetesan peralatan maupun perlengkapan kapal yang berhubungan dengan kelas kapal, baik badan kapal ataupun mesin. Nantinya, setelah kapal diinspeksi dan lolos, maka kapal akan mendapatkan sertifikat dari kelas kapal yang membuktikan bahwa kapal tersebut sudah memenuhi kualifikasi dan standar yang diberlakukan oleh Biro Klasifikasi. Pentingkah kelas atau sertifikasi untuk kapal? Tentu saja sangat penting. Jangankan untuk dioperasikan, ketika kapal dibuat saja BKI akan datang untuk melakukan pengecekan, di mana struktur kapal sudah harus sesuai dengan standar yang berlaku pada SOLAS II-1, yang berisikan tentang struktur rancangan kapal. Kapal tidak akan disertifikasi bila tidak sesuai dengan ketentuan-ketentuan SOLAS II-1, yang tentu saja dampaknya kapal tidak akan bisa beroperasi, mengingat tugas dari BKI adalah untuk menerbitkan sertifikat pengoperasian kapal. KMP. Aceh Hebat 1, 2 dan 3 yang dibangun baru di tiga galangan yang berada di Indonesia diawali dengan proses Keel Laying atau dikenal juga peletakan lunas kapal sebagai titik awal pembangunan sebuah kapal dilaksanakan serentak pada tanggal 21 Oktober 2019 yang dipusatkan di galangan PT Adiluhung Saranasegara Indonesia, Madura, Jawa Timur. Sekaligus di tanggal itu, penabalan nama KMP. Aceh Hebat pada masing-masing kapal oleh Plt. Gubernur Aceh (Kini Gubernur Aceh), Ir. Nova Iriansyah, M.T. Selanjutnya, pada masing-masing galangan kapal yang telah memiliki ahli yang berkompetensi melakukan proses pembangunan kapal. KMP. Aceh Hebat 1 dengan bobot rencana 1300 GT yang melayani lintasan Pantai Barat-Simeulue dibangun selama 470 hari di galangan PT Multi Ocean Shipyard Tanjung Balai Karimun, Kepulauan Riau. Di waktu bersamaan, KMP. Aceh Hebat 2 bobot rencana 1100 GT untuk lintasan Ulee Lheue-Balohan dibangun selama 497 hari di galangan PT Adiluhung Saranasegara Indonesia, Madura, Jawa Timur. Sementara itu, KMP. Aceh Hebat 3 dengan bobot rencana 900 GT untuk lintasan Singkil-Pulau Banyak dibangun selama 497 hari di galangan PT Citra Bahari Shipyard, Tegal, Jawa Tengah. Proses sakral berikutnya yang menjadi seremoni puncak dari pembangunan kapal adalah proses peluncuran kapal ke air yang sering disebut dengan launching kapal, proses ini berturut-turut dilakukan pada 3 Oktober 2020, 16 Oktober 2020, dan 5 November 2020 untuk KMP. Aceh Hebat 1, 2, dan 3. Selang beberapa hari setelah keberhasilan launching kapal ke air, dilakukan uji stabilitas kapal (inclining test), sebagai salah satu pemenuhan persyaratan kapal kelas BKI dan juga dalam rangka pemenuhan persyaratan statutory untuk Badan Pemerintahan. Persyaratan utama agar uji stabilitas kapal ini dapat dilaksanakan bahwa kapal mendekati penyelesaian akhir, diusahakan semua mesin dan barang terpasang dalam kapal, toleransi yang berikan bagi alat yang belum terpasang tidak boleh lebih dari 2 persen dan kelebihan beban tidak melebihi 4 persen dari berat kapal kosong tidak termasuk air balas. Semua barang yang berada di dalam kapal harus dicatat dengan cermat. Salah satu tes lainnya yang dilalui oleh KMP. Aceh Hebat 1, 2 dan 3 menjadi faktor penting dari segi keamanan dan ekonomi adalah sea keeping test untuk melihat kelayakan kapal berdasarkan teori dan uji langsung di kolam pengujian. Uji sea-keeping ini merupakan uji model kapal yang meliputi olah gerak kapal, daya tekan lambung kapal, gaya geser, momen lentur dan torsi, faktor probabilitas air masuk ke geladak kapal dan kemampuan baling-baling, kemampuan gerak relatif kapal antara gelombang dan lambung kapal, bantingan, akselerasi dan peningkatan hambatan pada kapal. Pengujian ini dilakukan di Balai Teknologi Hidrodinamik milik Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi di Kampus Institut Teknologi Sepuluh November (ITS). Setelah dinyatakan lulus uji, selanjutnya dilakukan dock trial. Proses ini dilakukan untuk menguji sistem dan perlengkapan kapal pada masing-masing galangan kapal. Sebelum diberangkatkan ke Aceh, KMP. Aceh Hebat 1, 2, dan 3 harus melalui rangkaian proses akhir tahap uji spesifikasi teknis atau official sea trial serta melengkapi dokumen dan sertifikat. Pada setiap tahapan pembangunan kapal, telah dilakukan sertifikasi oleh Kementerian Perhubungan RI dan Biro Klasifikasi Indonesia (BKI). Seperti informasi sebelumnya, di Pelabuhan Penyeberangan Ulee Lheue Banda Aceh, KMP. Aceh Hebat 2 telah tiba pada 19 Desember 2020, KMP. Aceh Hebat 3 tiba tanggal 28 Desember 2020, dan KMP. Aceh Hebat 1 tiba pada 14 Januari 2021. Kedatangan ketiga kapal ini disambut langsung oleh Gubernur Aceh, Nova Iriansyah dan pejabat terkait. “Aceh belum pernah punya kapal

The Most Frequent Cause of Traffic Accident

Kecelakaan lalu lintas merupakan hal yang berlawanan dengan keselamatan lalu lintas. Semakin tinggi angka kecelakaan lalu lintas maka semakin rendah tingkat keselamatan di jalan, begitu juga sebaliknya. Is that really the most important thing in traffic? Seperti rakan ketahui, keselamatan lalu lintas itu merupakan hal yang paling krusial (penting) dalam berlalu lintas, seperti penggunaan alat perlengkapan keselamatan berkendara, kelaikan kendaraan, jalan yang berkeselamatan dan aspek-aspek lain yang menunjang keselamatan. Jika aspek-aspek tersebut tidak terpenuhi, maka resiko terjadinya kecelakaan semakin tinggi.  Begitu juga sebaliknya jika aspek-aspek keselamatan lalu lintas terpenuhi maka kemungkinan kecil akan terjadi kecelakaan. Hal tersebut menunjukkan bahwa keselamatan sangat berkaitan dengan kecelakaan lau lintas dan merupakan hal yang penting. Kecelakaan lalu lintas merupakan penyumbang penyebab kematian di Indonesia, termasuk di Aceh. Jumlah kejadian kecelakaan lalu lintas di Aceh pada tahun 2019 mengalami peningkatan hampir 50% dari tahun 2018. Berdasarkan data dari Dirlantas Polda Aceh, pada tahun 2018 terdapat 1998 kejadian sedangkan pada tahun 2019 sebanyak 3958 kejadian. Berbagai lini gatra mempengaruhi tinggi rendahnya angka kecelakaan lalu lintas.  Dari segi kepatuhan dan habbit pengguna lalu lintas, segi kelengkapan informasi petunjuk jalan, segi kendaraan, segi jalan dan lain-lain. Segi-segi tersebut merujuk menjadi beberapa faktor penyebab yang paling sering menyebabkan kecelakaan atau “The Most Frequent Cause of Traffic Accident”, antara lain : Faktor Manusia; Faktor Jalan; Faktor Kendaraan; Faktor Lingkungan. First thing first, phôn dari yang phôn, adalah faktor manusia. Manusia seringkali lalai dalam berlalu lintas, kelalaian tersebut terjadi karena banyak hal. Beberapa hal tersebut antara lain, perilaku (attitude), kebiasaan (behavior), pengetahuan (knowledge), dan kondisi psikologis. Perilaku (attitude) sering dikaitkan dengan sikap dan perilaku saat berkendara.  Sikap dan perilaku yang tidak menjaga kedamaian/keharmonisan antar pengguna jalan seperti menggunakan kecepatan tinggi tanpa memperhatikan kendaraan sekitar dan tidak patuh terhadap peraturan berkendara yang berlaku merupakan salah satu dari banyak sikap yang dapat meningkatkan resiko kecelakaan. Jika attitude adalah sikap yang dilakukan pada suatu keadaan, kebiasaan (behavior) adalah attitude yang dilakukan secara berulang-ulang. Jika pengendara tidak memahami kecakapan dalam berkendara dan tidak mengindahkan cara-cara yang berlaku, maka kebiasaan yang buruk dalam berkendara akan terjadi. Selanjutnya faktor jalan, jalan adalah jalur-jalur transportasi darat yang digunakan oleh manusia, hewan atau kendaraan untuk melintasi dari suatu daerah ke daerah lain. Jalan terdiri dari bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukan bagi lalu lintas, baik yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di permukaan tanah dan/atau air, maupun di atas permukaan air. Terdapat beberapa kondisi yang menyatakan jalan menjadi penyebab kecelakaan. Kondisi tersebut antara lain seperti jalan yang tidak memiliki fasilitas keselamatan yang dibutuhkan, jalan yang berlubang, tikungan tajam, pandangan yang terhalang, minimnya informasi petunjuk jalan melalui aplikasi petunjuk arah berbasis online merupakan salah satu dari sekian banyak faktor jalan yang menyebabkan kecelakaan lalu lintas. Instansi pemerintah seperti Perhubungan,  PUPR. Kominfo, Kepolisian, serta Industri dan Perdagangan sangat berkontribusi besar dalam penyelenggaraan dan pembinaan jalan sesuai tugas pokok dan fungsinya. Dari kegiatan perencanaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan jalan banyak instansi yang terlibat, salah satunya yaitu Perhubungan. Ya, faktor ketiga adalah kendaraan. Kendaraan yang bagaimana sih yang berkeselamatan? Keyword dalam faktor ini adalah kelaikan kendaraan bermotor . Kelaikan kendaraan adalah suatu kondisi dimana suatu kendaraan dapat beroperasi di jalan raya dengan memenuhi serangkaian kegiatan pemeriksaan persyaratan administrasi dan teknis yang berlaku. Dan the last part adalah faktor lingkungan. Kondisi alam dan kondisi cuaca menjadi point yang paling utama pada faktor lingkungan. Jika terjadi gempa bumi, tsunami, banjir atau gunung meletus, resiko terjadinya kecelakaan sangat tinggi dan diperlakukan penanganan khusus apabila hal tersebut terjadi. Jika cuaca hujan lebat, sangat dikhawatirkan terjadi kecelakaan beruntun akibat dari kendaraan yang tergelincir. (A.Mega)

Tangguh, Modern, dan Memanjakan

KMP Aceh Hebat menjadi primadona baru bagi masyarakat Aceh, khususnya mereka yang mendiami wilayah kepulauan. Bagaimana tidak, kehadiran armada ini diharapkan dapat memperlancar mobilitas masyarakat maupun distribusi logistik ke wilayah tersebut. KMP Aceh Hebat 1 misalnya, kapal ini diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan lama yang sering terulang. Sebut saja misalnya pengiriman barang yang membutuhkan waktu berhari-hari dari Pelabuhan Penyeberangan Labuhan Haji ke pulau Simeulue, karena pada lintasan ini hanya KMP Labuhan Haji yang melayani penyeberangan. Parahnya, antrean kendaraan akan menyemut saat kondisi cuaca tidak kondusif akibat kapal penyeberangan berhenti beroperasi. Sama halnya dengan KMP Aceh Hebat 2 dan 3, kedua kapal ini diharapkan dapat mendukung kunjungan pariwisata ke Pulau Weh (Sabang) dan Pulau Banyak (Singkil). Beroperasinya kedua kapal ini sejalan dengan agenda Pemerintah Aceh untuk menurunkan angka kemiskinan melalui pariwisata. Menanti KMP Aceh Hebat hadir memberikan kontribusi langsung kepada masyarakat, rasanya belum afdhal bila belum mengetahui keunggulan yang dimiliki oleh armada baru tersebut. Layaknya pesan pepatah lama “tak kenal maka tak sayang,” maka rasanya perlu mengenal lebih dekat kelebihan yang dimiliki oleh kapal milik rakyat Aceh ini. Teknologi Mutakhir di Aceh Hebat 1 Saat menyeberang ke Pulau Simeulue, penumpang akan mendapatkan pengalaman menarik dari KMP Aceh Hebat 1. Dengan waktu tempuh berkisar 10 jam lebih, penumpang dimanjakan dengan berbagai fasilitas yang dimiliki oleh kapal ini. Mulai dari tempat tidur, cafetaria indoor dan outdoor, mushalla bagi pria dan wanita, 12 unit kamar mandi, serta rooftop yang menawarkan pemandangan indah. Penumpang yang tertarik dengan seni fotografi tentu sangat cocok berada di tempat ini. Ukuran KMP Aceh Hebat 1 lebih besar dibandingkan dengan kapal lainnya yang telah beroperasi di Aceh. Kapal ini memiliki panjang 69,06 meter dengan lebar 15,10 meter sehingga mempunyai kabin atau deck yang luas untuk menampung sebanyak 250 penumpang. KMP Aceh Hebat 1 memiliki 3 fasilitas layanan bagi penumpang, di antaranya 106 tempat tidur untuk Ekonomi Kelas 1, 82 tempat tidur untuk Ekonomi Kelas 2, dan 62 tempat duduk bagi Ekonomi Kelas 3. Selain fasilitas untuk istirahat, juga tersedia ruang medis dan ruang menyusui bagi ibu-ibu. Kapal berkapasitas 1.300 gross tonage (GT) ini juga mampu menampung 33 unit kendaraan dalam sekali berlayar. Pada deck kendaraan, tersedia 8 unit tempat tidur dan 4 unit kamar mandi. Bisa dibayangkan bagaimana kenyamanan yang dihadirkan KMP Aceh Hebat 1 bagi para pengemudi kendaraan logistik yang biasanya harus beristirahat di dalam kendaraan mereka. Keunggulan KMP Aceh Hebat 1 lainnya adalah menggunakan teknologi bow visor pada haluan kapal yang berbentuk melengkung. Teknologi ini menjadikan kapal lebih stabil saat mengarungi lautan karena mampu membelah ombak yang tinggi. Meski berlayar dengan kecepatan 12 knot, penumpang tetap merasa nyaman saat berada di atas kapal. Deck Outdoor Memanjakan di Aceh Hebat 2 KMP Aceh Hebat 2 memiliki desain yang menarik yang akan memanjakan wisatawan. Pada deck penumpang, KMP Aceh Hebat 2 memiliki ruang VIP yang mampu menampung 96 orang, ruang kelas ekonomi 2 dan 3 sebanyak 100 orang, serta ruang outdoor yang mampu menampung 56 orang. Ruang outdoor menjadi spot favorit bagi para penumpang yang ingin melihat keindahan pulau Weh atau bertemu lumba-lumba yang sering mengikuti kapal penyeberangan di tengah laut. Selain ruang bagi penumpang, deck ini juga memiliki mushalla, kamar mandi, dan cafetaria bercorak kerawang Gayo yang siap melayani penumpang di kala lapar. KMP Aceh Hebat 2 memiliki bobot mati 1.100 GT sehingga menjadikannya lebih besar dari KMP BRR yang telah beroperasi saat ini. Kapal ini sudah dilengkapi sejumlah teknologi canggih seperti peralatan navigasi dan komunikasi, serta perekam data pelayaran yang mengunakan System Automatic Indentification System (AIS). Selain AIS, KMP Aceh Hebat 2 juga telah menggunakan teknologi bow thruster (25 KN), yaitu alat pendorong yang berfungsi untuk membantu kapal bermanuver. Biasanya, kapal berbadan besar sulit untuk melakukan manuver dengan diameter kecil. Dengan bow thruster, manuver kapal dapat diperkecil namun mampu menghasilkan putaran manuver yang besar. Menikmati Keindahan Pulau Banyak di Rooftop Aceh Hebat 3 Mendukung kunjungan pariwisata ke Pulau Banyak, Aceh Singkil merupakan misi utama KMP Aceh Hebat 3. Kapal ini pun memiliki sejumlah fasilitas yang dapat membuat penumpang merasa nyaman. Salah satunya adalah rooftop kapal yang akan menjadi tempat pilihan bagi wisatawan. Dari tempat ini penumpang dapat mengeksplor keindahan Pulau Banyak dan mengabadikan setiap pengalaman yang dirasakan. Pada ruang di bawahnya, KMP Aceh Hebat 3 memiliki ruang VIP yang mampu menampung 32 orang, ruang kelas bisnis sebanyak 96 orang, dan ruang ekonomi sebanyak 84 orang. Pada area ini juga terdapat cafetaria, mushallah, dan kamar mandi yang dapat diakses dengan mudah oleh penumpang. KMP Aceh Hebat 3 memiliki kapasitas yang lumayan besar untuk menampung kendaraan dalam sekali berlayar. Memiliki panjang 54,50 meter dan lebar 13 meter, kapal ini mampu menampung 15 unit truk, dan 6 unit mobil. (Amsal) Selengkapnya cek di laman:

Gerakan Aceh Hebat (GAH): Wakili Rakyat Suarakan Pendapat Terkait Pembangunan KMP Aceh Hebat

Belakangan ini sedang dihebohkan dengan isu mark-up kapal di berbagai laman media, yang diduga KMP. Aceh Hebat 1, 2, dan 3 merupakan kapal bekas hingga proses pembangunan kapal dengan mekanisme Penunjukan Langsung (PL). Isu yang beredar begitu heboh hingga menggerakkan hati nurani komunitas Gerakan Aceh Hebat (GAH) untuk menyuarakan pendapat atau demonstrasi terkait pengadaan tiga kapal Aceh Hebat di depan kantor Dinas Perhubungan Aceh, Kamis, 25 Februari 2021. Sesuai rilis berita yang dikeluarkan oleh GAH, mereka mempertanyakan proses pengadaan tiga kapal yang dilakukan oleh Pemerintah Aceh melalui Dinas Perhubungan Aceh. Mereka mengindikasi terjadi mark-up dengan alokasi anggaran sebesar 378 milyar untuk pengadaan tiga unit kapal Ro-ro dengan masing-masing harga kapal diduga 178 milyar. Koordinator Lapangan (korlap) GAH, Eriza Gusnanda dalam unjuk pendapat yang dilakukan di depan Kantor Dinas Perhubungan Aceh ini mempertanyakan proses pengerjaan yang berlangsung hanya 10 bulan, adanya indikasi mark-up anggaran, dan kapal ini disebut kapal bekas. “Kami ingin transparansi penggunaan anggaran,” ujar sang korlap saat berorasi. Pada saat diwawancarai, Syarbaini, salah satu demonstran menyatakan, pihaknya menduga 3 kapal Aceh Hebat merupakan kapal bekas karena durasi pembangunannya hanya 10 bulan saja. Dugaan tersebut berdasarkan publikasi Dinas Perhubungan saat kunjungan Gubernur Aceh, Nova Iriansyah pada bulan Februari 2020 ke galangan kapal PT. Multi Ocean Shipyard, Batam, Kepulauan Riau. “Dinas Perhubungan sampai ke sana sudah melihat dan mempostingkan bahwa kapal kita sebentar lagi siap. Jadi kami menghitung persiapannya dari jarak situ,” tukasnya. Aksi menyuarakan pendapat di muka umum merupakan hak bagi setiap warga negara yang dilindungi oleh konstitusi. Aksi unjuk rasa tersebut dilakukan untuk mempertanyakan atau meminta penjelasan kepada penyelenggara negara (Pemerintah) terkait sejumlah kebijakan atau program yang dilaksanakan. Dinas Perhubungan Aceh sangat menghargai masukan yang disampaikan sehingga publikasi kegiatan pembangunan sektor perhubungan semestinya terus ditingkatkan. Seusai berorasi yang berlangsung lebih kurang setengah jam ini, lima perwakilan dari GAH ini melakukan audiensi dengan Kepala Bidang Pelayaran, Muhammad Al Qadri mewakili Kadishub Aceh untuk mengklarifikasi secara jelas dan transparan terkait proses pembangunan tiga unit KMP. Aceh Hebat. Kehadiran mereka disambut dengan tangan terbuka. Untuk diketahui bahwa pembangunan tiga kapal Aceh Hebat dilakukan melalui kontrak tahun jamak (multiyears contract) tahun anggaran 2019 dan 2020. Proses pelelangan ketiga kapal yang ada dalam anggaran Pemerintah Aceh dilakukan melalui Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) Kementerian Perhubungan RI dengan pertimbangan bahwa Pemerintah Aceh tidak memiliki pengalaman dalam pelelangan kapal dengan spesifikasi khusus, sedangkan Sumber Daya Manusia (SDM) di kementerian telah memiliki kompetensi untuk pembangunan kapal Ro-ro. Perencanaan terhadap ketiga kapal tersebut pun telah dilakukan pendampingan teknis dari kementerian. “Proses pelaksanaan pembangunan ketiga kapal dimulai sejak Agustus 2019 sampai dengan akhir tahun 2020, KMP. Aceh Hebat 1 dengan spesifikasi rencana 1.300 Gross Tonage (GT) dibangun dengan anggaran 73,9 Miliar dikerjakan selama 470 Hari di galangan PT. Multi Ocean Shipyard yang berlokasi di Tanjung Balai Karimun, Kepulauan Riau. KMP. Aceh Hebat 2 dengan spesifikasi rencana 1.100 GT dengan anggaran 59,7 Miliar dikerjakan selama 497 hari di galangan PT. Adiluhung Saranasegara Indonesia yang berlokasi di Bangkalan, Madura, Jawa Timur. Sedangkan KMP. Aceh Hebat 3 dengan spesifikasi rencana 600 GT total anggaran 38 Miliar yang dikerjakan selama 497 hari di galangan PT. Citra Bahari Shipyard, Tegal, Jawa Tengah. Pembangunan ketiga kapal ini menghabiskan waktu rata-rata selama 15 bulan,” jelas Al Qadri dihadapan perwakilan GAH. Selama pelaksanaan pekerjaan, Dinas Perhubungan Aceh didampingi oleh Konsultan Pengawas dan Tim Teknis yang melibatkan personil dari Kementerian Perhubungan dan Dishub Aceh. Untuk terlaksananya setiap tahapan pembangunan, telah dilakukan sertifikasi oleh Kementerian Perhubungan RI dan Biro Klasifikasi Indonesia (BKI) di antaranya; Builder Certificate, Keel Laying, Launching, Inclining Test, Dock Trial, dan Official Sea Trial. Bahkan untuk menguji kesesuaian perencanaan dan pelaksanaan pembangunan kapal telah dilakukan uji kelayakan dan kestabilan kapal di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) RI yang berlokasi di Institut Teknologi Sepuluh November, Surabaya. Unjuk rasa ini berlangsung damai dan turut dikawal oleh Kepolisian Daerah Kota Banda Aceh. (AM/MS)  

Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran Kini Miliki Prodi Magister Terapan

Jakarta – Kementerian Perhubungan melalui salah satu sekolah tingginya yaitu Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Jakarta berhasil mendapatkan izin dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk membuka program studi magister terapan mulai tahun ajaran 2022. Surat keputusan Mendikbud tentang izin pembukaan program studi tersebut diserahkan oleh Dirjen Pendidikan Vokasi Kemendikbud Wikan Sakarinto kepada Kemenhub pada hari ini, Senin (22/2), yang dihadiri Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi secara virtual. “Kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu mewujudkan pembukaan program studi magister terapan pada lembaga pendidikan yang ada di bawah naungan Kemenhub. Terobosan baru ini merupakan wujud komitmen kami dalam menyediakan SDM Transportasi yang unggul, profesional dan memiliki kompetensi di bidangnya,” kata Menhub. Menhub juga menyampaikan terima kasih kepada Kemendikbud yang terus mendukung program-program pendidikan yang dilaksanakan oleh lembaga pendidikan yang ada di Kemenhub melalui Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Perhubungan (BPSDMP). Selanjutnya, Menhub menginstruksikan kepada STIP agar mempersiapkan diri dalam pelaksanaan penerimaan peserta didik Program Studi Magister Terapan tahun ajaran 2022/2023, dan mendorong sekolah transportasi lainnya seperti darat, udara dan kereta api untuk juga membuka program magister terapan. “Kami minta agar BPSDMP juga menjajaki kerjasama dengan universitas baik di dalam maupun luar negeri yang juga menyelenggarakan program magister terapan melalui program double degree agar lulusannya dapat memiliki kualitas yang sama dengan universitas lain,” tutur Menhub. Sementara itu, Dirjen Pendidikan Vokasi (DIKSI) Kemendikbud Wikan Sakarinto mengatakan, pembangunan infrastruktur dan pengembangan SDM merupakan syarat yang sangat penting untuk menjadikan transportasi Indonesia semakin baik. “Transportasi seperti urat nadi, namun jika tidak dikembangkan SDMnya, seperti tidak ada darah yang mengalir. Kami berharap sinergi antara perguruan tinggi di bawah Kemenhub dan perguruan tinggi di bawah Kemendikbud semakin kuat kedepannya,” tandas Wikan. Kepala BPSDMP Sugihardjo menjelaskan, progam studi magister terapan yang ada di STIP antara lain: Magister Terapan Rekayasa Keselamatan dan Resiko dan Magister terapan Pemasaran, Inovasi, dan Teknologi. Usulan program studi magister di STIP mulai diajukan kepada Kemendikbud pada Oktober 2020. Kemudian divalidasi oleh BAN PT pada 26 Januari 2021 dan akhirnya diterbitkan SK Mendikbud pada 15 Februari 2021. Pada tahun 2020 lalu, BPSDMP telah mengusulkan 8 (delapan) program studi baru untuk tingkat D.IV dan Magister (S2) Terapan. Perguruan tinggi yang mengusulkan selain STIP yaitu : Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang, Politeknik Ilmu Pelayaran Makassar, Politeknik Pelayaran Surabaya, dan Politeknik Transportasi Darat Indonesia (PTDI)-STTD. (Sumber: Kemenhub RI)

KMP. Aceh Hebat, Sejarah Baru Transportasi Laut Aceh

SESUAI dengan namanya “Aceh Hebat”, kapal ini menjadi sejarah pembangunan sektor transportasi di Aceh dan dibangun dengan anggaran Aceh sendiri. Kelancaran mobilitas penumpang, logistik, dan pengembangan pariwisata kepulauan di Aceh, akan tertumpu pada moda transportasi ini. Harapannya, dengan hadirnya kapal ini dapat menyetarakan taraf kehidupan masyarakat di kepulauan, menjadi sama dengan yang di daratan. “Menurut jadwal, 30 November, kapal (KMP. Aceh Hebat 1 –red) akan di-delivery atau berlayar ke Aceh, selanjutnya akan beroperasi sebagaimana mestinya,” ujar Plt. Gubernur Aceh, Ir. Nova Iriansyah, M.T, saat menyaksikan langsung launching kapal pada galangan PT. Multi Ocean Shipyard di Tanjung Balai Karimun, Kepulauan Riau, Sabtu 3 Oktober 2020. Berita kedatangan kapal motor penyeberangan (KMP) Aceh Hebat 1 menjadi sebuah harapan yang baru bagi mereka. Pengorbanan dan proses yang panjang demi mendapatkan sekantong beras, akan lebih terasa ringan. Jembatan penghubung kepada tanah kelahiran dan keluarga telah nampak lebih nyata sekarang. “Aceh belum pernah punya kapal yang dibangun sendiri, kapal pertama ini (KMP. Aceh Hebat 1 –red) kita bangun dengan uang Rakyat Aceh, ukurannya yang relatif besar 1300 GT serta desainnya juga yang up to date, nantinya akan melayari Pantai Barat ke Simeulue. Kapal ini bukan hanya kebanggaan Rakyat Aceh, akan tetapi kebanggaan Indonesia juga,” sebuah penggalan kata dari Plt. Gubernur Aceh (Kini Gubernur Aceh) yang akan menjadi catatan sejarah transportasi laut Aceh. Kapal 1300 Gross Tonnage (GT) berkapasitas 250 orang, 25 unit truk, dan 8 unit kendaraan roda empat ini diharapkan mampu berlayar dengan aman dan selamat dalam gelombang tinggi, disertai angin dan hujan. Jarak tempuh mencapai 120 mil dengan waktu tempuh 10 sampai 11 jam perjalanan, menuntut kapal ini harus benar-benar tangguh berlayar di samudera lepas. Jika musim penghujan, alam pantai barat agak sedikit berkecamuk dengan gelombang tinggi disertai angin kencang dan hujan lebat menjadi keseharian. Begitu pula kisah dari dermaga pelabuhan yang berada di pantai barat, yaitu Pelabuhan Kuala Bubon di Meulaboh, Pelabuhan Calang, dan Pelabuhan Labuhan Haji di Aceh Selatan. Lambung kapal yang bersandar pun kerap bertabrakan dengan badan dermaga hingga menghancurkan fender. Cerita ini tak berujung di sini saja, setelah bermalam menanti hingga cuaca kembali bersahabat, tidak semua truk dapat termuat di dalam kapal dan harus mengantri lagi untuk penyeberangan berikutnya jika antrian kendaraan begitu panjang. Tak perlu dipertanyakan lagi, berapa kali lipat biaya yang harus dikeluarkan oleh mereka – yang tetap teguh agar kebutuhan pokok di kepulauan tetap tersedia-. Sebagai bayangan lagi, proses pengangkutan logistik ini bukan dimulai dari pelabuhan kemudian berlayar di perairan hingga sampai ke wilayah kepulauan. Tidaklah sesimpel itu. Ada proses transportasi darat yang panjang di balik kisah dermaga tadi. Perjalanan darat ini juga tak semulus jalan tol yang terbentang panjang di garis khatulistiwa. Jalan yang ditempuh sungguh berliku dengan geografi alam Aceh ini diitari oleh perbukitan dan pegunungan –bayangkan saja kelok sembilan yang ada di Padang, begitulah karakteristik jalan di Aceh-. Belumlah usai ketangguhan sang sopir pengangkut logistik, saat jalan menanjak dan menurun yang terjal serta berkelok-kelok memaksa sang sopir memutar otak agar truk tak masuk jurang yang berada di tepian jalan. Bunyi rem mobil yang berdecit menambah kewaspadaan. Setelah berjam-jam melewati jalan darat tersebut dengan ribuan tantangan barulah sampai di pelabuhan. Dari sinilah kisah dermaga tadi dimulai. Jika saja cuaca bersahabat, maka tak perlu waktu lama untuk membawa logistik ini ke pulau seberang. Nah, lain cerita jika cuaca ekstrem datang berkunjung, mereka harus mengalah dengan keadaan. Para penumpang harus mengalah untuk menyambutnya terlebih dulu hingga harus menginap di pelabuhan. Begitu pula dengan truk atau mobil-mobil besar pengangkut logistik kebutuhan pokok masyarakat kepulauan. Dapat dibayangkan, jika mengangkut bahan segar seperti sayur mayur dan buah-buahan, pastinya barang tersebut telah “membusuk” sebelum mencapai tanah kepulauan. Semoga saja, memorandum of understanding (MoU) perdamaian dengan ombak dan cuaca ekstrem dapat tertandatangani segera dan alam pun kian bersahabat dengan sang kapal. Sehingga, tak perlu lagi masyarakat ini memutar roda perekonomian secara manual. (Syakirah) Selengkapnya cek di:

Pendongkrak Pariwisata Sabang

SABANG adalah kota yang terletak di Pulau Weh dan merupakan pintu gerbang di kawasan ujung barat Indonesia. Pulau Weh sendiri merupakan pulau utama dan terbesar yang terpisahkan dari daratan Aceh oleh Selat Benggala. Saat ini Sabang menjelma menjadi destinasi wisata bahari Indonesia yang menawarkan surga bagi para penyelam. Pesona Sabang sendiri menawarkan keelokan garis pantai yang indah, air laut nan biru dan bersih, serta pepohonan nan hijau. Pemerintah Aceh terus berusaha agar nilai ekonomi masyarakat terus tumbuh dan berkonstribusi dalam pembangunan Aceh, di antaranya meningkatkan konektivitas dan aksesibilitas antar destinasi wisata dengan meningkatkan sektor pariwisata. Sejak Maret 2020, sektor pariwisata menjadi sektor yang paling berimbas dari pandemi global ini. Penghasilan masyarakat juga banyak yang melemah dengan adanya pandemi ini. Pelabuhan Ulee Lheue Banda Aceh tersebut sebagai salah satu prasarana yang mendukung kemajuan transportasi laut di Banda Aceh yang menghubungkan jalur penyeberangan menuju Balohan Pulau Weh (Sabang) dan Pulo Aceh. Penyeberangan dari pelabuhan Ulee Lheue Banda Aceh ke Balohan Sabang saat ini menggunakan kapal KMP BRR. Pemerintah Aceh melalui Dinas Perhubungan Aceh telah memesan tiga unit kapal di antaranya KMP Aceh Hebat 1 dengan rute Aceh Barat – Simeulue, Aceh Hebat 2 dengan rute Pelabuhan Ulee Lheue – Balohan Sabang, dan kapal KMP Aceh Hebat 3 yang akan melayani pelayaran Singkil-Pulau Banyak. Dinas Perhubungan Aceh memperkirakan ketiga kapal penumpang antarpulau tersebut sudah berada di perairan Aceh untuk berlayar pada Januari 2021 mendatang. Kini hadir KMP Aceh Hebat 2 yang berkapasitas 1100 GT. Kapal ini lebih besar dari KMP BRR yang sedang beroperasi saat ini. Kapal ini hadir sebagai penyemangat sektor pariwisata Sabang yang terkenal akan keindahan alam bawah laut yang telah lama vakum. Hal ini menjadi harapan besar agar roda perekonomian masyarakat kembali berjalan normal. Kapal feri tersebut akan memperlancar transportasi dari Pelabuhan Ulee Lheue (Banda Aceh) ke Pelabuhan Balohan (Sabang), yang sebelumnya kerap terkendala karena keterbatasan kapasitas kapal. Banyak pihak pelaku usaha wisata di Sabang sangat senang dengan kehadiran KMP Aceh Hebat 2 ini, karena kekhawatiran tamu akan tertinggal di pelabuhan akan segera teratasi. Kendala yang selama ini sering terjadi seperti kehadiran para tamu dari luar khususnya dari Medan, mobil mereka terpaksa harus mereka tinggalkan di pelabuhan. Dengan adanya kapal Aceh Hebat ini, kendaraan bisa diangkut tanpa harus ditinggal lagi. Sehingga kunjungan wisatawan bisa semakin meningkat. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu pelaku usaha wisata PT. Imam Tour & Travel Inbound & Outbound Tour Operator, Muhammad Imam Fuadi, S.Pd.I, M.Pd. “Sebuah terobosan baru penunjang aksesibilitas pariwisata semakin mudah dan mensejahterakan. Dengan adanya kapal KMP Aceh Hebat 2 ini, wisatawan akan semakin mudah PP (return) antara Banda Aceh – Sabang, wisatawan juga punya banyak opsi, sehingga aktivitas pelabuhan dan perputaran ekonomi juga meningkat”. “Untuk kelancaran operasional, tarif harga juga jangan terlalu mahal, sejatinya punya pemerintah harus menjadi alternatif dan lebih banyak jadwal keberangkatan, jangan sedikit hujan atau badai akhirnya kapal tidak bisa berangkat,” imbuhnya. KMP Aceh Hebat 2 ini menjadi angkutan penyeberangan yang diperuntukkan bagi pengembangan wisata Sabang. Kapal ini memiliki daya muat sebanyak 377 penumpang dan 24 unit kendaraan (kombinasi). Kapal ini dengan panjang 63,75 meter dan lebar 13,6 meter serta tinggi mencapai 3,9 meter. Kapal ini mulai dibuat pada Tahun 2019 secara tahun jamak. Kapasitas mesin induk yang digunakan berdaya 2 x 1400 HP dengan kecepatan mesin mencapai 13 knot serta terdapat fasilitas-fasilitas lain yang tidak dimiliki oleh kapal-kapal sebelumnya. “Konsep utama pembangunan KMP Aceh Hebat 2 ini juga diperuntukkan bagi para wisatawan yang hendak berkunjung ke Sabang. Tentunya, multiplayer effect-nya untuk pertumbuhan ekonomi wilayah Aceh. Jelas, keberhasilan pembangunan kapal ini merupakan kebanggaan bagi kita semua,” tutur Nova di sela-sela Peluncuran KMP Aceh Hebat 2. Kapal ini akan dilakukan serangkai pengujian, salah satunya adalah uji berlayar (sea trial) agar nantinya saat melayani lintasan Ulee Lheue – Balohan. Kapal ini dapat beroperasi secara optimal dan sesuai dengan standar kelayakan. Seluruh uji teknis dan non-teknis sangat penting dilakukan demi keselamatan dan kenyamanan pelayaran nantinya. Diharapkan kapal ini akan membawa manfaat yang besar bagi konektifitas di Aceh, khususnya dalam peningkatan pariwisata Sabang. (Dewi) Selengkapnya cek di:

PWI Aceh Peringati Hari Pers Nasional di Atas KMP Aceh Hebat 2

Kadishub Aceh, Junaidi beserta Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Provinsi Aceh hadiri peringatan Hari Pers Nasional 2021 bersama Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo dari KMP Aceh Hebat 2, Selasa, 9 Februari 2021. Acara yang berlangsung melalui konferensi video ini turut dihadiri pula oleh Gubernur Aceh, yang diwakili Sekretaris Daerah Aceh, dr. Taqwallah, M.Kes., dan Ketua TP PKK Aceh, Dr. Ir. Dyah Erti Idawati, MT. Presiden Jokowi, dalam amanatnya menyampaikan apresiasi kepada insan pers yang telah berada di garis terdepan dalam mengedukasi masyarakat untuk menjalankan protokol kesehatan. “Terima kasih telah menjadi jembatan komunikasi antara Pemerintah dan masyarakat. Serta menjaga optimisme dan harapan bangsa di tengah pandemi, pers menjadi ruang diskusi dan kritik untuk penanganan dampak pandemi yang lebih baik” ujar Jokowi. HPN dirayakan serentak bersama pengurus PWI provinsi, kabupaten dan kota se-Indonesia, untuk memperingati kelahiran dan perjuangan PWI sebagai aktivis pers dalam mempertahankan Republik Indonesia dari ancaman kembalinya penjajahan. Momentum perayaan ini juga untuk memperkokoh kesolidan institusi pers bersama Pemerintah untuk bangkit dari pandemi, dan sebagai akselerator perubahan dan pemulihan ekonomi. (AM)