Dishub

SELEKSI CALON PENERIMA BEASISWA PEMERINTAH ACEH TA 2021

Dalam rangka mewujudkan program Aceh Carong, Pemerintah Aceh melalui BPSDM Aceh membuka kesempatan bagi putra/putri Aceh yang ingin melanjutkan pendidikan dengan memperoleh beasiswa dari Pemerintah Aceh. info selengkapnya dapat diakses pada : BPSDM Aceh | Berita SELEKSI CALON PENERIMA BEASISWA PEMERINTAH ACEH TA 2021 (acehprov.go.id)

Dorong Peningkatan Keselamatan Transportasi, Kemenhub Luncurkan Kampanye Kolaboratif Yuk Selamat Bersama

Jakarta – Kementerian Perhubungan meluncurkan kampanye kolaboratif “Yuk Selamat Bersama” dalam rangka mengedukasi insan transportasi dan masyarakat akan pentingnya menjaga keselamatan dalam bertransportasi. Peluncuran kampanye keselamatan ini dibuka oleh Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi secara virtual, di Jakarta, Rabu (17/3). “Keselamatan merupakan muara utama dalam sebuah penyelenggaraan transportasi.Untuk itu perlu langkah, komitmen, dan kolaborasi yang baik antar pemangku kepentingan, untuk mewujudkan kemajuan dan peningkatan keselamatan transportasi di Indonesia,” kata Menhub. Menhub mengatakan, terus mendorong para pelaku di sektor transportasi untuk mengoptimalkan sumber daya yang ada dalam upaya meningkatkan keselamatan transportasi. Menhub juga menginstruksikan jajarannya untuk selalu konsisten mengedepankan keselamatan dalam setiap pelaksanaan tugas melayani masyarakat serta menjadi pelopor keselamatan bertransportasi. Dalam peluncuran kampanye keselamatan, Kemenhub menyelenggarakan dialog publik yang menghadirkan sejumlah narasumber seperti : Sekretaris Jenderal Kemenhub Djoko Sasino, Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi Soerjanto Tjahjono, Sekretaris Jenderal Masyarakat Transportasi Indonesia Harya S. Dillon, dan pesepeda Nirina Zubir. Pada kesempatan tersebut, Sesjen Kemenhub Djoko Sasono mengatakan, kegiatan kampanye ini merupakan bagian dari upaya Kemenhub untuk mengedukasi masyarakat akan pentingnya menjaga aspek keselamatan dalam bertransportasi. “Semua orang butuh selamat. Maka kita semua harus komit untuk menjaga keselamatan diri kita dan orang lain. Untuk itu Kemenhub perlu mengawal untuk itu,” ucap Sesjen. Sementara itu, Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono menyampaikan, semua pihak memiliki peran penting untuk menjaga keselamatan. “Misalnya, para pemilik hotel atau tempat wisata bisa menyediakan tempat yang layak bagi para pengemudi bus untuk beristirahat. Karena banyak kecelakaan yang disebabkan karena kelelahan pengemudi,” tuturnya. Selanjutnya, pesepeda yang juga selebriti Nirina Zubir mengatakan, kesadaran akan keselamatan harus dimulai dari diri sendiri dan tentunya harus memahami aturan-aturan terkait keselamatan. “Saya sebagai pesepeda harus tahu dan paham aturan-aturan dalam bersepeda. Kalau kita disiplin, Insha Allah bisa terhindar dari kecelakaan. Kalau ada yang mengatakan kesehatan itu mahal, maka keselamatan juga sama mahalnya,” ujar Nirina. Kampanye kolaboratif yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan di sektor transportasi ini dilakukan mulai Maret 2021 sampai dengan 31 Mei 2021 Turut hadir pada acara launching Kampanye Keselamatan Bertransportasi sejumlah akademisi, dan sejumlah pejabat terkait. (Sumber: Kemenhub RI)

Bus Listrik : Perkiraan Penurunan Emisi dan Biaya Operasional Trans Koetaradja

Peningkatan volume kendaraan yang begitu cepat terlihat dari penyebaran titik-titik kemacetan yang yang semakin banyak di wilayah perkotaan Banda Aceh. Kebutuhan akan angkutan umum pun menjadi prioritas pemerintah dalam mengurai angka kemacetan. Lahirlah Trans Koetaradja yang mulai beroperasi sejak Tahun 2017, mahasiswa dan pelajar menjadi sasaran utama penumpang setia Trans Koetaradja, hal ini juga tentu untuk menurunkan angka kecelakaan bagi pelajar. Awal beroperasi pada Tahun 2017, Trans Koetaradja melayani tiga koridor, yaitu koridor 1 (Masjid Raya Baiturrahman –Darussalam), koridor 2A (Masjid Raya Baiturrahman – Batoh – Blang Bintang), dan Koridor 2B (Masjid Raya Baiturrahman – Ulee Lheue) dengan 22 armada. Pada tahun berikutnya di Tahun 2018, Kementerian Perhubungan memberikan bantuan 8 unit bus dan pada Tahun 2019 ditambah lagi dengan 10 unit bus. Pengguna jasa angkutan umum perkotaan Banda Aceh atau Trans Koetaradja pada tahun 2017 mencapai satu juta dua ratus ribu lebih penumpang dan pada tahun 2018 mencapai 4 juta penumpang serta pada Tahun 2019 meningkat menjadi empat juta dua ratus lima puluh ribu lebih penumpang. Namun ada cerita yang berbeda di Tahun 2020, pandemi corona menyerang secara global, penurunan penumpang yang sangat signifikan hingga 72,4 persen dari hari yang normal sebelum pandemi. Adaptasi pada masa new normal, memaksa Trans Koetaradja memangkas lima puluh persen muatan yang tersedia untuk menjaga protokol kesehatan, hal ini tentu sangat berpengaruh pada jumlah pengguna si Bus Biru ini, enam ratus enam puluh ribu lebih penumpang, berarti turun mencapai 84 persen dari tahun 2020. Ini merupakan angka yang sungguh dramatis. Sejauh ini, Trans Koetaradja memang belum melayani seluruh kawasan perkotaan Banda Aceh, masih ada kawasan pemukiman warga dan pusat kegiatan seperti sekolah, pasar, perkantoran yang belum dilewati oleh Trans Koetaradja. Dari hasil survey langsung ke lapangan beberapa waktu lalu pun mengutarakan keinginan masyarakat agar Trans Koetaradja melayani hingga ke titik rumah dan tempat kerja yang berjarak dari koridor utama. Oleh karena itu, Dinas Perhubungan Aceh yang mengurusi bidang transportasi mencanangkan feeder Trans Koetaradja dengan enam rute feeder prioritas yang akan dilayani pada tahun ini. Feeder ini nantinya akan dilayani oleh Bus Listrik sebagai upaya mengurangi emisi yang telah banyak disumbang oleh sarana transportasi selama ini. Adapun rute prioritas feeder yaitu yaitu Kawasan Darussalam dengan panjang rute 4,61 kilometer, Lampineung – Pango dengan panjang rute 9,17 kilometer, Lamdingin dengan panjang rute 7,8 kilometer, Ulee Lheue – Simpang Rima dengan panjang rute 9,90 kilometer, dan Simpang Rima – Simpang Tiga (PU) dengan panjang rute 9,15 kilometer. Di samping peningkatan pelayanan kebutuhan mobilitas masyarakat, tentu harus sejalan dengan penjagaan lingkungan. Dengan itu, bus listrik menjadi pelopor transportasi yang ramah lingkungan. Menindaklanjuti pemanfaatan bus listrik sebagai feeder nantinya, dilakukan uji coba sejak tanggal 13 Januari sampai dengan 5 Februari 2021 pada rute prioritas yang telah ditetapkan untuk melihat kendala dan kebutuhan titik bus stop. Dari hasil uji coba bus listrik pada lima rute prioritas tersebut bahwa rata-rata jarak tempuh mencapai 141,6 kilometer menghabiskan daya listrik sebesar 74,16 Kwh, artinya hanya 53 persen baterai yang terpakai. Pengisian daya listrik pada bus rata-rata selama tiga jam dengan kecepatan rata-rata pengisian sebesar 0,43 Kwh/menit untuk satu bus. Sederet uji coba yang dilakukan, namun apa pengaruhnya terhadap pengurangan gas buang (Co2) kendaraan bermotor? Operasional bus yang berdaya listrik ini tidak menghasilkan asap knalpot, karena tidak terjadi pembakaran untuk menggerakkan mesin penggerak. Hal ini berbeda dengan kendaraan diesel yang membutuhkan proses pembakaran untuk menjalankan kendaraan. Faktanya hampir seluruh kegiatan manusia berkontribusi terhadap kenaikan emisi gas rumah kaca di atmosfer. Hal ini terjadi karena sebagian besar aktivitas manusia membutuhkan sumber energi yang saat ini sebagian besar masih berasal dari bahan bakar fosil seperti; minyak bumi, gas alam dan batubara serta ekstraksi sumber daya alam lainnya. Pembakaran bahan bakar fossil untuk memenuhi kebutuhan energi manusia dalam melaksanakan kehidupan sehari-hari berkontribusi terhadap hampir 2/3 emisi gas rumah kaca yang diproduksi secara global. Dengan asumsi perhitungan jejak karbon oleh Institute for Essential Services Reform (IESR), apabila mengendarai mobil yang berbahan bakar bensin atau solar (yang merupakan energi yang tidak terbarukan) dari satu tempat ke tempat lain, maka aktivitas ini akan menghasilkan emisi CO2 dalam jumlah tertentu. Perjalanan sejauh 1 km akan menghasilkan emisi sebanyak 0,2 kilogram CO2. Penggunaan energi listrik untuk keperluaan sehari-hari misalnya penerangan, menggerakan atau menyalakan perangkat pribadi (notebook, HP, PDA, dsb.) dapat memproduksi emisi CO2 yang bersumber dari pembakaran bahan bakar fossil di pembangkit listrik. Untuk setiap penggunaan lampu berdaya 10 Watt yang dinyalakan selama 1 jam, maka CO2 yang dihasilkan adalah 9,51 gram. Berdasarkan asumsi dan perbandingan terhadap penumpang kendaraan roda empat, maka bus listrik ini diasumsikan dapat mengurangi emisi dengan rata-rata sebesar 28,32 Kg.Co2/Km per hari dari lima rute prioritas yang diuji coba. Jika dibandingkan dengan konsumsi bahan bakar minyak (BBM) Bus Trans Koetaradja Konvensional (diesel) dengan penggunaan listrik mencapai Rp. 457,- per kilometer per hari dengan asumsi biaya listrik per Kwh sebesar Rp. 1.400,-. Jika dalam perhitungan kasar, dalam setahun operasional bus ini menghemat sebesar Rp. 166.805,- per kilometer. Selama masa uji coba, ada kendala-kendala yang masih perlu penyempurnaan. Seperti halnya, rekayasa lalu lintas pada titik U-Turn yang menghalangi proses manuver bus pada jam-jam puncak seperti pada Simpang Jambo Tape. Lain halnya pada Simpang Rima, olah gerak bus pada simpang yang bercabang ini tidak safety akibat dari geometrik jalan yang melengkung dan jarak pandang yang sangat pendek. Begitu juga dengan kebutuhan titik henti (bus stop) yang perlu ditambah akibat jarak antar pemberhentian yang relatif jauh. Selama 25 hari masa uji coba bus listrik yang dilakukan pada lima rute feeder yang telah direncanakan, UPTD Trans Koetaradja terus memantau perkembangan dan melakukan evaluasi setiap uji coba. Pantauan yang dilakukan pun berlangsung tiap harinya. Dari uji coba ini pun masih banyak kekurangan, sehingga Dinas Perhubungan Aceh terus berusaha melakukan penyempurnaan agar pada saat operasional nantinya pelayanan lebih optimal dan masyarakat mendapatkan transportasi yang aman dan nyaman. Implikasi yang terjadi dari kenyataan ini adalah “peningkatan kualitas udara” perkotaan Banda Aceh yang kian sarat dengan angka kemacetan. Sehubungan dengan keuntungan sekunder lebih jauh, merinci tiga hal yang akan diperoleh bila ada peningkatan aksesibilitas, yaitu; (1) pengurangan emisi gas buang, (2) pengurangan usaha atau nilai ekonomi

Dialog Suara Publik : KMP. Aceh Hebat Akselerator Ekonomi Aceh

Semaraknya isu yang merebak terkait KMP Aceh Hebat belakangan ini, TVRI Aceh dalam program acara Dialog Suara Publik mengangkat pembahasan akankah KMP Aceh Hebat mampu membebaskan daerah-daerah yang selama ini dianggap terisolir dan mendongkrak pertumbuhan ekonomi masyarakat? Acara yang dipandu oleh M. Syuib Hamid berlangsung secara live dari studio TVRI Aceh dengan mengundang para pakar yang berkompeten di bidangnya. Hadir Kepala Dinas Perhubungan Aceh, Junaidi Ali, S.T., M.T., Ketua Fraksi Partai Gerindra yang merupakan anggota Komisi IV DPR Aceh, Drs. H. Abdurrahman Ahmad, GM PT. ASDP Indonesia Ferry Cabang Banda Aceh, Syamsuddin, S.E., dan pengamat transportasi sekaligus Dosen Jurusan Teknik Sipil Universitas Syiah Kuala, Prof. Dr. Ir. Sofyan M. Saleh. Dalam acara yang mengusung tema “KMP. Aceh Hebat, Akselerator Ekonomi Aceh”, Junaidi menjelaskan pertimbangan dan gagasan awal terhadap kebutuhan pembangunan kapal ini. “Melihat pada tren pertumbuhan penumpang dari masing-masing pelabuhan ada perhitungan pertumbuhan penumpang dan barang logistik harus dipenuhi, selama ini jika terjadi cuaca buruk dan puncak penumpang maupun barang sering kali menyebabkan antrian di pelabuhan. Hal ini akan berpengaruh sekali terhadap ekonomi masyarakat, dampak terhadap fluktuasi harga pokok sehingga banyak usaha yang merugi, karena inilah kita memulai menggagas pembangunan kapal ini, tentu saja dengan persetujuan anggaran melalui DPR Aceh,” jelas Junaidi. Penambahan armada KMP Aceh Hebat merupakan upaya pengembangan wilayah, jaminan ketersediaan sarana dan kepastian jadwal transportasi sangat berpengaruh pada pengembangan pariwisata, perikanan dan sector-sektor lain sebagai salah satu faktor utama yang mengundang para pelaku usaha dalam mengembangkan potensi wilayah, ada banyak pesona Aceh yang belum terekspos. DPR Aceh juga menerima masukan-masukan dari masyarakat melalui wakil rakyat di masing-masing kabupaten/kota. Dalam hal pembangunan kapal, masyarakat Sabang dan Sinabang beraudiensi dalam rapat kerja untuk adanya penambahan kapal karena pada kondisi puncak seperti momen lebaran, mereka selalu tidak dapat terlayani kebutuhan akan transportasi. “Banyak masyarakat dan kebutuhan logistik kepulauan yang tidak bisa terangkut pada saat tertentu. Dengan adanya penambahan kapal ini mempercepat pergerakan orang dan barang. Masukan yang seperti inilah yang sering kami terima dari masyarakat,” ujar Abdurrahman. Pada Tahun 2018, Dinas Perhubungan Aceh berdasarkan Rencana Strategis (Renstra) mengajukan usulan pembangunan kapal untuk melayani Sabang dan Simeulue yang didiskusikan bersama DPR Aceh. “Kami komisi IV pun tidak keberatan, bahkan pada waktu itu juga disampaikan jika Singkil butuh satu kapal lagi, sehingga menimbang kebutuhan tersebut, alangkah baiknya kita punya kapal sendiri agar terjadinya kontak dagang antara Pulau Banyak dengan daratan Singkil dan Subulussalam dalam konteks pertumbuhan ekonomi,” tambahnya lagi. Selaku operator angkutan penyeberangan, General Manager PT. ASDP Indonesia Ferry Cabang Banda Aceh, Syamsuddin menyampaikan bahwa KMP Aceh Hebat adalah kapal yang cukup bagus, speed-nya cukup tinggi sehingga waktu tempuhnya jadi terpangkas. Khususnya Sabang, biasanya kita menempuh dengan waktu 1 jam 40 menit, sekarang bisa lebih cepat 20 menit karena top speed operasionalnya bisa mencapai 13 knot. Ini telah menjadi kapal pilihan untuk tujuan pariwisata ke Sabang, animo masyarakat pun cukup tinggi serta sesuatu yang baru dan kami selaku operator berusaha maksimal untuk terus merawat dan menjaga agar kapal ini menjadi akselerator pembangunan ekonomi Aceh. Pengamat transportasi dari Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala, Prof. Sofyan M. Saleh memberikan tanggapan program pembangunan KMP. Aceh Hebat 1, 2 dan 3. “Sebenarnya, sebulan lalu saya ada juga dimintai tanggapan tentang KMP Aceh Hebat di salah satu laman berita daerah, jadi saya katakan, mengapa tidak dari 20 tahun lalu, artinya hal ini sangat bagus daripada kita tidak punya sama sekali, ini merupakan tahap awal dalam menarik minat pelaku usaha di Aceh,” jelas Prof. Sofyan. Tantangan ke depan dalam pengembangan transportasi Aceh, Prof. Sofyan menyampaikan perlunya kontinuitas dari frekuensi pelayaran yang mampu menyediakan (supply) untuk memenuhi kebutuhan atau permintaan perjalanan (demand) yang semakin meningkat. Selanjutnya, bagaimana keterlibatan masyarakat terutama UMKM dalam menyikapi adanya pelayanan kapal yang sudah tersedia, apabila terjadi peningkatan jumlah kunjungan wisata, maka masyarakat perlu menyiapkan kuliner, kerajinan tangan (souvenir) sehingga masyarakat tidak hanya sebagai penonton. (MS)

Kuliah Tatap Muka Dimulai Kembali, Mahasiswa ‘Serbu’ Trans Koetaradja

Trans Koetaradja kembali ‘diserbu’ oleh pengguna setianya, yaitu mahasiswa yang berkuliah di Banda Aceh, Selasa, 16 Maret 2021. Hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah pengguna bus Trans Koetaradja pada sejumlah koridor, khususnya koridor 1 yang menghubungkan pusat Kota Banda Aceh dengan kotanya mahasiswa, yaitu Darussalam. Mulai berlakunya sistem perkuliahan tatap muka pada dua kampus ternama di Aceh, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry dan Universitas Syiah Kuala (USK), diyakini sebagai alasannya. Seperti diketahui, selama masa pandemi, mahasiswa harus mengikuti perkuliahan secara daring. Namun, mulai awal tahun 2021, sejumlah kampus kembali menerapkan perkuliahan tatap muka secara terbatas. Maksudnya, hanya diperuntukkan bagi angkatan tertentu saja. USK misalnya, kuliah tatap muka hanya diberlakukan bagi mahasiswa angkatan 2019 dan 2020. Sebagai informasi, guna mencegah penyebaran virus di dalam bus, UPTD Angkutan Massal Perkotaan Trans Koetaradja membatasi jumlah penumpang supaya protokol kesehatan dapat berjalan dengan baik. Bus berukuran besar yang mampu menampung 70 orang dibatasi hanya 21 penumpang saja. Sama halnya dengan bus sedang yang mampu menampung 40 orang, dibatasi menjadi 11 penumpang saja. (AM)

Kisah Nek Nenok: Menyeberangi Derasnya Arus Sungai Alas dengan Ban

PAGI itu kami disambut oleh beberapa warga Desa Terutung Payung, Kecamatan Bambel, Aceh Tenggara tempat di mana sang pengemudi ban bekas di sungai Alas yang menjadi buah bibir di beberapa media di Aceh. Dialah Nek Nenok. Kami bukan orang yang pertama sampai di kampung sang nenek setelah pemberitaan, melainkan sudah yang kesekian kali. Kedatangan kami disambut hangat oleh beberapa warga dan tuan rumah yang kami tuju. Berperawakan kecil pada umumnya orang Aceh, sepasang kakek nenek ini d i t e m a n i s e p a s a n g c u c u n y a y a n g sedang l i b u r sekolah dan belum sampai usia sekolah. Wajah dibalik masker itu tidak begitu terlihat jelas namun dari pelipis mata terlihat keriput sang nenek ini masih terlihat tidak terlalu tua. Sementara sang kakek memiliki wajah yang lebih tua entah karena akibat sakitnya atau memang sesuai dengan usianya. Anak kecil abang adik juga menyambut kami dengan ramah dan sesekali sang abang mencandai sang adik sebagaimana tingkah umum anak kecil lainnya. Sambil menikmati suasana Kutacane yang pagi itu ramai karena termasuk daerah padat penduduk. Sang nenek dengan suaranya yang pelan bercerita tentang dirinya. Ia telah melakukan p e r j a l a n a n m e ny e b e r a n g i sungai Alas tak kurang dari puluhan tahun lamanya. Dulu b e r s a m a suaminya ia menyeberangi sungai Alas. Namun, kini suaminya dalam keadaan tidak sehat. Nek Nenok yang berusia 70 tahun ini menyeberangi sungai Alas setiap hari jika air sungai tidak meluap karena hujan maupun air bah. Hal ini ia lakukan agar dapurnya tetap mengepul. Ladang jagung miliknya terletak di seberang sungai kampung sebelah. Jika tidak bisa menyeberangi sungai, sang nenek menjadi buruh harian di ladang warga yang berada tak jauh dari rumahnya. Menyeberangi sungai dengan ban bekas bukan pemandangan yang aneh bagi sebagian warga. Karena beberapa warga yang melakukan hal serupa berprofesi sebagai buruh harian. Untuk sampai ke kebunnya, Nek Nenok membutuhkan waktu 60 menit lamanya. Dia harus sangat berhati-hati karena resiko selalu mengintai perjalanannya menyeberangi sungai Alas yang lebarnya hingga 40 meter. Namun, untuk sampai ke tujuan ia harus berjalan kaki lagi selama 45 menit lamanya. Tak ada sedikitpun tersirat di wajah sang nenek rasa susah dan seolah menerima keadaan ini dengan lapang dada. Namun, tetap dengan sedikit harapan mengingat usianya yang terus senja. Harapan sang nenek menjadi harapan warga sekitar tempat nenek tinggal. Yakni adanya pembangunan jembatan penyeberangan tambahan. Jembatan yang akan menghubungi dua desa dan menjadi jembatan harapan banyak warga, sehingga memudahkan mereka menyeberangi sungai untuk mencari nafkah. Selama ini, ‘jembatan harapan’ pernah ada. Namun, lokasinya jauh dan untuk menyeberangi melalui jembatan itu membutuhkan waktu yang lebih lama dikarenakan jaraknya yang jauh. Sementara menyeberang dengan ban jauh lebih hemat dari waktu yang dibutuhkan. Di sini di tanah Alas, cerita ini ditemukan dengan keadaan kekayaan alam yang melimpah. Luasnya hutan dan panjangnya sungai menjadi daya tarik tersendiri bagi mereka yang ingin berwisata arung jeram. Begitu pula gunung Leuser yang menjadi paru paru dunia. Kisah Nek Nenok hanya satu kisah dari beberapa kisah yang terjadi di pedalaman perairan Aceh Tenggara. Mengingat Nek Nenok, kita jadi teringat kisah di salah satu sungai di Aceh Timur. Adalah Aman Timpo seorang operator getek di sungai Simpang Jernih dan barangkali hal serupa di bantaran sungai di wilayah Aceh lainnya. (Fajar Muttaqin) Selengkapnya cek di laman:

BUS LISTRIK : FEEDER TRANS KOETARADJA BEBAS BISING DAN POLUSI

Keberhasilan suatu program pembangunan bergantung pada kestabilan lingkungan di samping nilai ekonomi yang sangat penting, ini artinya infrastruktur yang dibangun harus berasaskan “ramah lingkungan”, jika istilah kaum millenial disebut “Go Green”. Dalam visi misi Pemerintah Aceh, ada satu program yang diberi nama “Aceh Green” yang merupakan giat Aceh untuk menjaga dan melestarikan alam, salah satu upaya yang dilakukan adalah pemanfaatan angkutan umum yang berdaya listrik sebagai Green Transportation. Mengapa harus dengan transportasi ramah lingkungan? Faktanya aktivitas transportasi menjadi salah satu donatur utama dalam memasok emisi. Tanpa sadar, asap kendaraan yang dikeluarkan melalui knalpot telah menurunkan kualitas udara sehingga menyebabkan berbagai dampak pada kehidupan seperti global warming sampai masalah kesehatan. Dilansir dalam jurnal Berita Dirgantara oleh Dessy Gusnita, seorang Peneliti Pusat Pemanfaatan Sains Atmosfir dan Iklim, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) pada Tahun 2020, dinyatakan bahwa faktor yang paling mengganggu akibat aktivitas transportasi adalah kebisingan dan polusi udara. Adapun dampak polusi udara dalam jangka panjang terhadap manusia dapat berupa gangguan kesehatan yang dapat mengakibatkan penurunan daya refleks dan kemampuan visual; atau jangka pendek seperti gangguan pernafasan dan sakit kepala. Polusi udara umumnya memberikan dampak terhadap sistem pernafasan manusia seperti kesulitan bernafas, batuk, asma, kerusakan fungsi paru, penyakit pernafasan kronis dan iritasi penglihatan. Tingkat keseriusan gangguan tersebut tergantung dari tingkat paparan dan konsentrasi polutan yang merupakan fungsi dari volume dan komposisi lalu lintas, kepadatan serta kondisi cuaca. Bus listrik menjadi salah satu kendaraan ramah lingkungan yang telah hadir di Aceh. Bus yang tidak berbahan bakar fossil ini tidak mengeluarkan suara bising dan tanpa asap knalpot sehingga kendaraan ini lebih aman. Demi menjaga kualitas udara yang kian tercemar dan mengurangi dampak emisi akibat aktivitas transportasi, Dinas Perhubungan Aceh mengujicobakan bus listrik yang berlangsung pada 13 Januari – 6 Februari 2021. Uji coba dilakukan sebagai salah satu bentuk sosialisasi kepada masyarakat akan kehadiran bus listrik ini, dan sebagai kajian untuk melihat seberapa besar emisi yang dapat dikurangi oleh bus listrik. Di samping itu, bus listrik yang direncanakan sebagai feeder diharapkan menjadi penghubung antar koridor utama Trans Koetaradja dengan wilayah yang belum terlayani angkutan umum dan adanya peningkatan pelayanan operasioanal Trans Koetaradja. Ada lima rute prioritas bus listrik yang telah diuji coba. Adapun lima rute yang diuji coba tersebut di antaranya; Darusalam, Lampineung – Pango, Simpang Jambo Tape – TPI Lampulo, Simpang Rima – Ulee Lhee, dan Simpang Tiga – Simpang Rima. Dengan adanya 6 koridor bus listrik Trans Koetaradja tersebut diharapkan bus listrik ini memiliki kelebihan utama dibanding dengan bus berbahan bakar lain, emisi yang dihasilkan adalah nol atau lazim disebut zero emissions. Bus listrik ini juga lebih hemat dibanding dengan bus yang berbahan dasar diesel. Bukan hanya itu saja, pelayanan dari bus listrik ini tidak kalah menjadi sorotan. Bus listrik ini menghadirkan kenyamanan bagi para penggunanya. Bus berkapasitas 18 orang penumpang ini dilengkapi pendingin udara dan kursi yang empuk. Selain itu, saat penumpang menaiki bus, tidak tercium aroma bahan bakar seperti bus-bus lain. Bus listrik ini juga tidak berisik. “Ini sangat membantu masyarakat, jika pergi ke kota suasananya enak, nyaman, ada AC-nya, kita pun kemana-mana jadi lebih mudah” ujar Fitriani, salah satu pengguna bus listrik saat diwawancarai Tim Metro TV kala itu. Semenjak pandemi melanda Indonesia tentu protokol kesehatan harus terus dijaga. Begitu pula saat uji coba bus listrik ini, protokol kesehatan  tetap harus diutamakan seperti disediakannya hand sanitizer, menjaga jarak, dan menggunakan masker. Saat masa uji coba, bus listrik beroperasi mulai pukul 07.00 hingga pukul 20.00 WIB, kurang lebih akan ada sebanyak 18 trip setiap harinya. Bus listrik ini akan membantu masyarakat yang tinggal di rute yang jauh dari kota untuk memperoleh moda transportasi yang layak. Semoga kehadiran bus listrik ini tidak hanya meningkatkan load factor bus Trans Koetaradja, namun juga membawa perubahan lain yang berguna untuk lingkungan dan masa yang akan datang. (MS)

Pelayaran Perdana KMP. AH-1 : Alternatif Transportasi Utama yang Ditunggu Masyarakat Simeulue

KMP Aceh Hebat 1 yang telah melalui proses yang panjang akhirnya melakukan pelayaran perdana pada hari ini, Selasa, 9 Maret 2021. Kapal baru ini diperbolehkan beroperasi setelah terbitnya keputusan Kementerian Perhubungan RI tentang penetapan operator angkutan penyeberangan perintis yang dibiayai melalui APBN 2021. Pemerintah Aceh selaku pemilik kapal juga melakukan kerjasama dengan PT. ASDP Indonesia Ferry Cabang Singkil tentang operasional penyeberangan perintis KMP Aceh Hebat 1. Tentunya, pelayaran perdana hari ini tidak luput dari campur tangan Biro Klasifikasi Indonesia (BKI) yang telah melakukan penilaian terkait Sistem Manajemen Keselamatan pada kedua kapal yang dibuktikan dengan terbitnya Safety Manajement Certificate (SMC) yang merupakan dokumen terakhir sebelum KMP Aceh Hebat 1 dan 3 beroperasi. KMP Aceh Hebat 1 bertolak dari Pelabuhan Calang pada pelayaran perdana tepat Pukul 17.30 WIB disaksikan langsung oleh Gubernur Aceh, Nova Iriansyah, didampingi oleh Kepala Dinas Perhubungan Aceh, Junaidi Ali. Peresmian ini ditandai dengan pelepasan tali kapal yang akan menuju Sinabang. Nova menyampaikan KMP Aceh Hebat 1 ini mulai beroperasi hari ini sesuai skema perjanjian kerjasama. Kendala teknis memang kerap terjadi pada setiap pelayaran, namun hal ini yang akan menjadi pembelajaran berharga agar terus memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat. “Tentunya, mekanisme pemeliharaan menjadi suatu yang sangat berat, usaha pihak ASDP tanpa bantuan masyarakat juga akan menjadi sia-sia, mari sama-sama kita merawat kapal ini agar pelayaran tetap nyaman dan bersih, seperti membuang sampah pada tempatnya. Kita harapkan juga pelayaran ini berjalan lancar dan selamat sampai tujuan,” Ujar Nova. Pada kesempatan ini juga Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Simeulue, Mulyawan Rohas menyampaikan bahwa sebelum hadirnya KMP Aceh Hebat 1 sering terjadi penumpukan kendaraan di pelabuhan sehingga harga barang pokok masyarakat kian melonjak. Penyeberangan yang membutuhkan waktu yang relatif panjang selama 14 jam dari Calang menuju Sinabang memang sangat membutuhkan fasilitas yang ada dalam KMP Aceh Hebat 1 seperti tersedianya tempat tidur yang membuat masyarakat lebih nyaman selama perjalanan. “Masyarakat Simeulue memang sangat menanti-nanti KMP Aceh Hebat 1 berlayar, apalagi setelah mereka tahu bahwa hari ini adalah pelayaran perdana kapal ini. Masyarakat pun sudah tak sabar menunggu kapal ini tiba di Pelabuhan Sinabang,” Ujar Mulyawan. Turut hadir juga Sekretaris Daerah Aceh, Inspektur Aceh, Kepala Badan Pengelolaan dan Keuangan Aceh, Bupati Aceh Jaya dan jajarannya, Kepala Dinas Perhubungan Simeulue, Direktur Perencaan dan Pengembangan PT. ASDP Indonesia Ferry (Persero), GM PT. Jasa Raharja Cabang Banda Aceh dan Forkopimda Aceh Jaya. Di lain tempat, bersamaan pelepasan tali KMP Aceh Hebat 1 menuju ke Sinabang, KMP Aceh Hebat 3 juga melakukan pelayaran perdana menuju Pulau Banyak dari Pelabuhan Penyeberangan Singkil.

Pelayaran Perdana KMP. AH-3 : Kuatkan Tameng Ekonomi, Investasi dan Pariwisata Pulau Banyak

Mewakili Bupati Aceh Singkil, Dulmursid, Sekretaris Daerah Aceh Singkil, Drs. Azmi melepas secara resmi pelayaran perdana dari Pelabuhan Penyeberangan Aceh Singkil menuju Pelabuhan Penyeberangan Pulau Banyak, Aceh Singkil, Selasa (9/3/2021). Azmi menyebut dengan proses launching pelayaran perdana berjalan baik dan lancar. adanya KMP. Aceh Hebat 3 ini mempermudah giat perekonomian di Pulau Banyak dan Singkil secara baik dan lancar. “Sehingga roda giat ekonomi masyarakat kita dan akan mendatangkan multiplayer effect terhadap kehidupan ekonomi kepulauan.” Kini, KMP Aceh Hebat 3 mencatat sejarah baru. Kapal dengan bobot rencana 600 GT ini diharapkan dapat meningkatkan sektor pariwisata sehingga menjadi jembatan masyarakat yang ingin menikmati indahnya Pulau Banyak. “Insya Allah masuknya investor dari Uni Emirat Arab untuk menggiatkan pariwisata, tentunya kehadiran KMP. Aceh Hebat sangat mendukung dari sektor transportasi,” harapnya. Pada pelayaran perdana ini, KMP. Aceh Hebat 3 membawa sebanyak 36 penumpang, 4 truk besar, dan 5 sepeda motor. Kapten Laode Mat Salim ditunjuk sebagai kapten KMP Aceh Hebat 2 oleh PT. ASDP Ferry Indonesia Cabang Singkil selaku operator kapal yang membawai 18 ABK dan direncanakan menempuh perjalanan selama lebih kurang 4 jam. Hadirnya KMP Aceh Hebat 3 membuka pintu keterisolasian masyarakat Pulau Banyak. Jaraknya yang relatif jauh dengan ibukota kabupaten menghambat langkah perekonomian, pendidikan, dan sosial masyarakat. Faktanya transportasi laut menjadi satu-satunya alternatif masyarakat dalam memenuhi kebutuhan mobilisasi. Dapat diketahui, keterbatasan transportasi di wilayah kepulauan ini begitu berpengaruh ke seluruh lini masyarakat. Seperti halnya, harga bahan bangunan yang melonjak drastis akibat susahnya pengangkutan material sehingga pembangunan infrastruktur berjalan lamban. Di sektor pendidikan, wawasan yang dimiliki generasi pulau terjebak pada perairan. Pasalnya untuk menyeberang pulau mereka harus membayar dengan biaya yang begitu mahal. Dapat dibayangkan, jika pelayanan transpotasi penyeberangan ini diberhentikan, masyarakat pulau akan merasakan lonjakan harga pasar yang sangat tinggi hingga kelangkaan kebutuhan pokok karena tidak adanya pasokan logistik bagi masyarakat. (MR)

Korban Kecelakaan Didominasi Usia Produktif, Menhub Ajak Pelajar Utamakan Keselamatan

Jakarta – Korban kecelakaan berlalu lintas di jalan raya didominasi oleh usia produktif antara 20 sampai dengan 29 tahun. Untuk itu Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengajak para pelajar dan mahasiswa agar selalu disiplin dalam berlalu lintas dan mengutamakan aspek keselamatan. “Sayangi nyawa kalian dengan disiplin berlalu lintas, terutama yang mengemudi. Patuhi peraturan yang ada, dan kalau naik motor jangan lupa gunakan helm dengan benar,” demikian disampaikan Menhub saat membuka Webinar Edukasi Transportasi bertema “Bangun Budaya Keselamatan Bertransportasi Jalan dan Budaya Selamat Bersepeda” yang diselenggarakan Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kemenhub, Selasa (9/3) di SMAN 6 Depok. Berdasarkan data dari Ditjen Perhubungan Darat Kemenhub, jika dilihat dari profil korban kecelakaan di Indonesia pada tahun 2020 berdasarkan tingkat pendidikan, yang menjadi korban kecelakaan terbesar yaitu para pelajar dengan tingkat pendidikan SLTA sebanyak 80.641 orang, SLTP (17.699 orang), dan SD (12.557 orang). Sedangkan, untuk tingkat pendidikan D3 (770 orang), S1 (3.751 orang), dan S2 (136 orang). Kemudian jika dilihat dari profil korban kecelakaan berdasarkan usia yaitu : usia 10-19 tahun sebanyak 26.906 orang, usia 20-29 tahun (29.281 orang), usia 30-39 tahun (18.553 orang), 40-49 tahun (17.980 orang), dan 50 tahun keatas (31.740 orang). Selanjutnya berdasarkan data Korlantas Polri tentang kecelakaan di Indonesia tahun 2020, tercatat sebanyak 100.028 kejadian kecelakaan yang mengakibatkan 113.518 korban luka ringan, 10.751 korban luka berat, dan 23.529 korban meninggal dunia. Menhub mengungkapkan, salah satu fokus dari Kemenhub adalah meningkatkan keselamatan bertransportasi di semua moda baik di darat, laut, udara, dan perekretaapian. “Semua pengguna transportasi baik kendaraan pribadi maupun angkutan umum harus bisa terjamin keselamatannya,” tutur Menhub. Pada kesempatan yang sama, Menhub juga mengajak para pelajar untuk selalu disiplin menerapkan protokol kesehatan saat bertransportasi, mulai dari keberangkatan, selama perjalanan dan ketika sampai tujuan. *Beralih ke Sepeda* Sementara itu, Direktur Sarana Transportasi Jalan, Ditjen Perhubungan Darat Risal Wasal yang menjadi pembicara dalam webinar mengatakan, di tengah situasi pandemi Covid-19, sepeda menjadi tren moda transportasi – non motor yang banyak digunakan masyarakat. Bersepeda tidak hanya sebagai sarana olahraga juga telah menjadi gaya hidup (lifestyle) masyarakat ditandai dengan adanya berbagai komunitas pesepeda seperti : bike to school, bike to work, dan lain sebagainya. Ia menambahkan, permasalahan kemacetan, polusi udara, tingginya biaya perjalanan, waktu perjalanan yang semakin panjang, tingkat emosional yang tidak stabil, dan banyaknya kecelakaan merupakan masalah utama yang dihadapi dalam transportasi perkotaan. Untuk itu ia mengajak masyarakat untuk beraktivitas menggunakan moda transportasi seperti sepeda yang lebih ramah lingkungan, hemat biaya, dan lebih sehat. “Dengan semakin meningkatnya minat masyarakat dan para pelajar yang menggunakan sepeda ini, tentunya pengetahuan akan keselamatan bersepeda perlu ditingkatkan untuk mencegah dampak negatif seperti meningkatnya kasus kecelakaan di jalan,” ucap Direktur Sarana Transportasi Jalan. Risal Wasal menjelaskan, untuk menjamin keselamatan penggunaan sepeda di jalan, Kemenhub telah mengeluarkan Peraturan Menteri Perhubungan (PM) No. 59 Tahun 2020 tentang Keselamatan Pesepeda yang mengatur tentang persyaratan teknis sepeda, tata cara bersepeda, dan fasilitas pendukung sepeda. Beberapa persyaratan yang diatur seperti: spakbor (untuk sepeda balap/gunung), bel, sistem rem, lampu, alat pemantul cahaya berwarna merah, alat pemantul cahaya roda berwarna putih atau kuning, pedal. Selain itu, para pesepeda juga dapat melengkapi alat pelindung diri saat bersepeda seperti helm, sarung tangan, sepatu, dan kacamata. Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kemenhub Junaidi mengatakan, kegiatan Edukasi Transportasi ini bertujuan menumbuhkan kesadaran atas pentingnya ketertiban dan keselamatan bertransportasi jalan, serta memberikan pemahaman tentang peraturan keselamatan pesepeda kepada para pelajar Sekolah Menengah Atas dan para pendidik di wilayah Jabodetabek. “Kami mengajak agar para pelajar dapat menjadi pelopor keselamatan dan contoh inspiratif dalam membudayakan keselamatan bertransportasi dan membantu pemerintah untuk mengkampanyekan program ‘Yuk, selamat bersama, budayakan keselamatan bertransportasi yang selamat, nyaman, dan sehat’,”tuturnya. (Sumber: Kemenhub RI)