Dishub

Membebaskan Simeulue dari Keterisolasian

Secara geografis Indonesia adalah negera kepulauan yang luas lautannya lebih besar dari pada luas daratan. Indonesia juga tercatat memiliki pulau sebanyak 16.771 pada tahun 2020, setelah sebelumnya pada tahun 2019  jumlah pulau yang didaftarkan ke PBB sebanyak 16671 pulau.   Kehadiran transportasi dalam menghubungkan  satu pulau dengan pulau lainnya bertujuan untuk meratanya pembangunan. Pemerataan pembangunan turut mendukung keadilan tanpa pengecualian, sesuai dengan yang tercantum dalam pancasila dan pembukaan UUD 1945. Berbicara masalah transportasi kepulauan sama halnya dengan bericara banyak hal yang saling berkaitan.Transportasi berperan sekali dalam pendistribusian logistik, ekonomi, pendidikan, kesehatan,  bahkan pariwisata. Mudahnya akses menuju wilayah kepulauan tersebut membuat wilayah kepulauan tersebut tidak menjadi terisolir. Masayarakat yang berada dalam wilayah kepulauan tersebut dengan mudah dapat pendidikan di  kota-kota yang lebih besar. Pemerataan transportasi akan semakin memajukan perkembangan ekonomi. Pendistribusian  logistik akan lebih merata. Akses menuju pulau lain dalam kepentingan yang terkait dengan kesehatan masyarakat semakin mudah dijangkau, sebagai upaya mendapatkan fasilitas kesehatan yang lebih baik. Sama halnya dengan wilayah kepulauan lain, Aceh sendiri merupakan wilayah yang terdiri dari beberapa pulau yang sudah sejak lama ditempati oleh warga Aceh itu sendiri maupun pendatang. Kehadiran armada-armada transportasi kepulauan tentunya memberikan efek yang bisa dirasakan oleh masyarakat sekitar. Tidak terkecuali warga di Kabupaten Simeulue. Salah satu kabupaten yang letaknya berada kurang lebih 150 km dari lepas pantai barat Aceh. Posisi geografisnya yang jauh dari pulau Sumatera mengharuskan armada tranportasi yang semakin baik dan mumpuni. Untuk itulah kehadiran KMP Aceh Hebat 1 dianggap perlu. Kehadiran KMP Aceh Hebat 1 yang menghubungkan Pulau Simeulue dengan wilayah Aceh lainnya, yang secara geografis berada di pulau Sumatera. memberi banyak hal positif bagi masyarakat sekitar. Seperti yang dikemukakan oleh Irwan Suharmi, selaku ketua DPRK Simeulue dalam pernyataannya, “Armada yang telah disediakan oleh pemerintah Provinsi Aceh tentu sangat membantu dalam hal melakukan perjalanan luar daerah dari Simeulue menuju Calang, Meulaboh , dan sekitarnya”. Irwan juga menegaskan bahwa berbicara mengenai kehadiran KMP Aceh Hebat 1 ini bukan hanya sebatas berbicara masalah tranportasi,  namun adanya dampak yang menyeluruh yang mempengaruhi pembangunan ekonomi di Simeulue. Simeulue adalah pulau yang memiliki jarak yang jauh dari Pulau Sumatera, perlu waktu khusus untuk mencapai Simeulue, jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti iklim tentunya dapat menghambat dan memperlambat ekonomi yang ada di pulau tersebut. Irwan menganggap, Kehadiran Aceh Hebat 1, akan mendorong pertumbuhan ekonomi di Simeulue menjadi semakin baik. Bupati Simeulu, Erli Hasim, mengakui bahwa ketersediaan beberapa moda transportasi sudah sangat membantu Simeulue sebagai daerah Kepulauan. Erli Hasim menambahkan kehadiran KMP Aceh Hebat 1 dianggap sebagai salah satu fasilitas yang merupakan dukungan sekaligus perhatian dari Pemerintah Aceh  kepada masyarakat Simeulue. Bupati Simeulue juga menambahkan bahwa hal tersebut dalam rangka membebaskan Simeulue sebagai daerah yang terisolasi. Kehadiran moda transportasi lain yang menghubungkan Simeulue dengan wilayah Aceh lainnya memang telah ada sebelum KMP Aceh Hebat 1 hadir, namun jadwal keberangkatan moda transportasi  lain  masih sangat terbatas. Seperti kapal lain yang jadwal keberangkatan dan tujuannya masih kurang variatif.  Selain itu, perjalanan dengan jalur udara dengan pesawat perintis atau komersil  yang ada di Simeulue masih dianggap lebih mahal oleh masyarakat dibandingkan dengan perjalanan jalur laut. Itupun jika tidak ada kendala pada iklim udara. Sedangkan untuk kapal lain jadwal keberangkatan dari dan ke Simeulue masih sangat tebatas. Bisa dibayangkan, jika adanya gangguan mesin pada armada yang lain, distribusi logistik dari dan ke pulau Simeulue menjadi terhambat. Jika kapal lain mengalami kerusakan mesin maka akan adanya keterlambatan dan  kerusakan hasil pertanian yang akan didistrubusikan dari atau ke Simeulue. Tentu hal ini sangat berpengaruh terhadap ekonomi, imbas yang terjadi  yaitu adanya peningkatan harga pasar dan bahkan juga kerugian ekonomi. Jika transportasi lancar dan adanya pilihan moda transportasi yang variatif maka imbasnya bukan hanya terbatas di perekonomian saja, namun juga pendidikan, kesehatan,  dan pariwisata. Apalagi pesona keindahan alam Simeulue tidak bisa dianggap sebelah mata.  Selain itu adanya perkembangan pendididikan dan sosial kultural masyarakat Simeulue  dapat menjadi lebih baik. Kemudahan transportasi di Simeulue memunculkan banyak potensi yang ada dalam pulau yang indah itu. (*) Download 

Sekda Aceh Tinjau Kapal Ambulans Laut di Ulee Lheue

Berbagai upaya pembenahan di Pelabuhan Penyeberangan Ulee Lheue terus dilakukan oleh Pemerintah Aceh. Percepatan dalam membenahi pelabuhan ini juga dilakukan supaya manfaatnya bisa dirasakan segera oleh masyarakat. Guna memastikan perkembangan terkini di Pelabuhan Penyeberangan Ulee Lheue, Sekretaris Daerah Aceh, Taqwallah melakukan sidak ke pelabuhan ini pada Minggu, 29 Agustus 2021. Dalam sidaknya, Sekda Aceh mengingatkan agar pelayanan pelabuhan dapat menerapkan Program BEREH. Di samping meninjau pelabuhan, Sekda Aceh juga melihat kapal Willem Torren yang bersandar di dermaga kapal cepat. Sekda Aceh menginstruksikan agar kapal berbobot 15 GT ini bisa digunakan untuk mengangkut pasien dalam kondisi darurat dari Pulo Aceh. Taqwallah menyarankan agar saat kapal selesai dimodifikasi, terlebih dahulu dilakukan simulasi penanganan pasien. “Penanganan dan tindakan medis di laut tentu berbeda dengan ambulance darat. Oleh karena itu, saat modifikasi selesai, sebaiknya dilakukan simulasi. Yang butuh penanganan khusus itu biasanya Ibu Hamil. Jadi, saat simulasi nanti bisa kita coba praktekkan, agar Ibu Hamil merasa nyaman, baik saat di dalam kapal maupun saat naik dan diturunkan,” ujar Taqwallah. Rencananya, Dishub Aceh bersama Dinas Kesehatan Aceh dan Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) akan mempersiapkan kapal Willem Torren menjadi ambulans air. “Kapal ini dirancang untuk patroli laut. Selama ini Willem Torent itu sudah beroperasi untuk kegiatan-kegiatan patroli. Jadi, karena kapal ini akan dialihfungsikan sebagai Ambulance Laut, maka akan ada modifikasi sesuai kebutuhan tim medis nantinya. Sesuai arahan Pak Sekda dan masukan dari Kadis Kesehatan, maka kapal akan kita modifikasi,” ujar Junaidi. Meskipun fungsi utamanya sebagai kapal patroli, kapal yang mampu menampung 10 penumpang ini bisa berfungsi juga sebagai ambulans air. Modifikasi dilakukan untuk mempermudah proses evakuasi dan pasien tetap terlayani dengan maksimal selama perjalanan. (AM)

Tim Dishub Aceh Lakukan Penilaian Pelabuhan Ulee Lheue

Pelabuhan Penyeberangan Ulee Lheue, sebagai salah satu simpul jaringan transportasi, merupakan pintu gerbang kegiatan perekonomian kawasan. Di samping itu, pelabuhan ini juga menjadi penunjang utama kunjungan pariwisata ke Sabang dan Pulo Aceh. Oleh sebab itu, pelayanan di pelabuhan penyeberangan perlu didukung dengan fasilitas yang memadai dan sesuai standar yang telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Perhubungan RI Nomor PM 39 Tahun 2015 tentang Standar Pelayanan Penumpang Angkutan Penyeberangan. Untuk memenuhi standar pelayanan tersebut, Dinas Perhubungan Aceh melalui Bidang Pengembangan Sistem dan Multimoda (PSM) melakukan penilaian terhadap pelayanan dan fasilitas yang telah ada di pelabuhan ini, Kamis, 26 Agustus 2021. Pengawasan yang dilakukan oleh tim internal ini nantinya akan memberikan penilaian terhadap pelayanan dan fasilitas yang telah ada saat ini. Selain itu, tim juga akan mengeluarkan rekomendasi yang akan menjadi acuan dalam pengembangan Pelabuhan Penyeberangan Ulee Lheue ke depan. Melalui rekomendasi tersebut, pengembangan pelayanan dan fasilitas Pelabuhan Penyeberangan Ulee Lheue diharapkan dapat berjalan sesuai standar dari Kemenhub RI. (AM)

Tingkatkan Kompetensi, Dishub Aceh Selenggarakan Webinar Kontrak Konstruksi

Kontrak kerja konstruksi merupakan dokumen yang memuat perjanjian/persetujuan yang berkaitan dengan hak, kewajiban, dan alokasi risiko para pihak yang terlibat dalam sebuah proyek. Seringkali, kekeliruan dalam penyiapan dokumen kontrak mengakibatkan perbedaan persepsi yang akan memicu sengketa antara kedua belah pihak. Sengketa yang terjadi dalam pelaksanaan kontrak tidak saja merugikan para pihak, namun juga masyarakat yang semestinya dapat segera merasakan hasil pembangunan. Pemahaman yang baik terhadap dokumen kontrak mutlak harus dimiliki oleh pengelola proyek agar masalah dan risiko yang terjadi saat pelaksanaan kontrak bisa segera diantisipasi sehingga pelaksanaan proyek tepat waktu, tepat mutu dan dengan biaya yang efisien. Guna meminimalisir kesalahan-kesalahan pada saat penyusunan dokumen kontrak kerja pemerintah, Dishub Aceh selenggarakan webinar dengan tajuk Kontrak Konstruksi, Permasalahan dan Antisipasi bagi ASN Dishub Aceh, Selasa, 24 Agustus 2021. Webinar dengan pemateri Jimmi Zikria, S.P., NNLP. selaku Ahli Kontrak LKPP ini, ditujukan sebagai penyegaran sekaligus meningkatkan kompetensi ASN Dishub Aceh dalam penyusunan dokumen kontrak kontruksi. Kegiatan yang berlangsung menarik ini diisi dengan pemaparan teknik penyiapan kontrak dan berbagai permasalahan yang sering terjadi dalam pelaksanaan kontrak serta antisipasinya. Webinar ditutup dengan diskusi mengenai isu-isu hangat yang sering dihadapi oleh pengelola kegiatan dan alternatif penanganannya sesuai regulasi yang berlaku. (AM)

Lebih Dekat dengan Biro Klasifikasi Indonesia

Banyak pihak yang terlibat dalam pembangunan sebuah kapal. Hal ini guna memastikan pembangunan kapal berjalan sesuai dengan prosedur dan regulasi yang berlaku. Salah satu aspek penting yang harus dipenuhi sebelum kapal dapat beroperasi adalah laik laut, dibuktikan dengan adanya sertifikat klasifikasi yang akan menjadi dasar penerbitan sertifikat keselamatan kapal. Kewenangan untuk menerbitkan sertifikat klasifikasi kapal di Indonesia berada pada PT. Biro Klasifikasi Indonesia (Persero) atau lebih dikenal dengan sebutan BKI. BKI adalah badan klasifikasi nasional yang secara resmi ditunjuk oleh Pemerintah RI untuk melakukan klasifikasi terhadap kapal-kapal berbendera Indonesia ataupun kapal-kapal asing yang beroperasi di wilayah NKRI, serta melakukan survei periodik untuk kapal yang telah beroperasi guna mengevaluasi status laik laut kapal tersebut. Proses sertifikasi KMP Aceh Hebat 1, 2 dan 3 yang dibangun di tiga galangan yang berbeda, diawali dengan dilakukannya evaluasi teknis terhadap dokumen rencana desain kapal oleh surveyor BKI guna mengecek kesesuaian dokumen tersebut dengan standar dan peraturan teknis perkapalan yang berlaku. Evaluasi ini ditindaklanjuti dengan survei lapangan ke lokasi pembangunan kapal untuk memastikan konstruksi komponen utama kapal, terutama bagian permesinan, kelistrikan, dan lambung kapal. Setelah proses pembangunan kapal selesai, langkah selanjutnya adalah melawati serangkaian pengujian (test) teknis dan percobaan (trial) untuk memastikan keamanan kapal saat dioperasikan. Pengujian dan percobaan tersebut meliputi pemeriksaan material, percobaan dock (dock trial), uji stabilitas kapal (inclining test), dan official sea trial. Pemeriksaan material berguna untuk mengecek material yang terpasang di kapal sudah tersertifikasi oleh BKI. Percobaan dock meliputi uji komponen sistem dan perlengkapan utama kapal, seperti mesin induk dan mesin bantu (auxiliary engine), kemudi, dan uji beban (load test). Uji stabilitas kapal (inclining test) bertujuan untuk mengetahui kondisi setimbang kapal pada saat muatan kosong sehingga diperoleh bobot kapal saat kondisi tanpa muatan. Percobaan terakhir yang dilalui oleh KMP Aceh Hebat 1,2, dan 3 adalah official sea trial, yang berguna untuk memastikan seluruh sistem dan komponen kapal berfungsi dengan baik pada kondisi yang sebenarnya sebelum kapal dioperasikan. Setiap tahapan dari seluruh rangkaian pengujian tersebut disaksikan oleh perwakilan BKI dan hasil dari setiap pengujian dicatat dengan cermat sebagai dasar penerbitan sertifikat klasifikasi kapal bagi ketiga kapal Aceh Hebat. Tentu saja peran BKI tidak berhenti sampai di sini. BKI masih berwenang untuk melakukan survei periodik terhadap KMP. Aceh Hebat 1, 2, dan 3 baik pada saat pemeliharaan maupun jika terdapat perombakan konstruksi kapal untuk memastikan kondisi kapal tetap sesuai dengan syarat dan ketentuan klasifikasinya. (Mellita Nadya) Download   

Memberikan Pelayanan Terbaik Dari Hati

Pelayanan pada fasilitas publik, khususnya di pelabuhan penyeberangan perlu ditingkatkan guna memberikan kenyamanan bagi masyarakat saat melakukan perjalanan. Seperti yang kita tahu, transportasi merupakan kebutuhan pokok yang tidak dapat diabaikan prioritasnya. Apalagi pelabuhan penyeberangan menjadi satu-satunya pintu masuk ke wilayah kepulauan. Bebagai kendala dan keterbatasan yang ada saat ini, Dinas Perhubungan Aceh perlu melakukan optimalisasi dari kondisi infrastruktur, kekurangan sumber daya manusia dan fasilitas pendukung lainnya. Demi mendongkrak standar pelayanan di Pelabuhan penyeberangan, Dinas Perhubungan Aceh sedang mereformasi pelayanan di seluruh pelabuhan penyeberangan di Aceh. Sebagai permulaan, Dishub Aceh menjadikan Pelabuhan Penyeberangan Ulee Lheue sebagai leading project perubahan pelayanan pelabuhan ini menuju standar pelayanan. Mengawali proses tersebut, Kadishub Aceh, Junaidi, bersama Asisten 3 Setda Aceh, Iskandar dan seluruh pejabat struktural Dishub Aceh melakukan silaturrahmi dengan seluruh petugas di Pelabuhan Penyeberangan Ulee Lheue, Jum’at (13/08/2021). Sejak pukul 08.00 pagi, Asisten 3 Setda Aceh, Iskandar telah berada di Pelabuhan Ulee Lheue untuk melakukan zikir Bersama. Silaturrahmi ini juga ditujukan untuk menjalin keakraban dengan personil yang bertugas di pelabuhan. Mengingat sebelumnya pelabuhan ini berada di bawah Pemerintah Kota Banda Aceh. “Sabang sudah menjadi tujuan yang mendunia. Biasanya, usai dari Bandara wisawatan dari luar Aceh akan segera melanjutkan perjalanan ke Sabang, yang berarti kebanyakan wisatawan luar ini sudah melewati pelayanan pada simpul transportasi yang lain sebelum ke Pelabuhan Ulee Lheue sehingga akan membandingkan kondisinya. Hal ini menjadi prioritas bagi kita untuk berupaya agar pelabuhan ini harus nyaman dan tertib serta tidak ada kesenjangan pelayanan antar moda,” ujarnya. Dalam sambutannya, Kadishub Aceh juga menyampaikan bahwa Pemerintah Aceh ingin melakukan perubahan yang lebih baik pada Pelabuhan Penyeberangan Ulee Lheue sesuai standar dari Kementerian Perhubungan. Di samping itu, ia menyebutkan bahwa pengelolaan pelabuhan ke depan juga harus lebih profesional di mana personil yang bertugas harus memiliki kompetensi yang sesuai dengan bidangnya. “Maka ke depan, kita rencanakan petugas harus mengikuti diklat yang sesuai dengan tugasnya,” sebut Junaidi. Pada kesempatan yang sama, Iskandar juga memotivasi para petugas supaya bekerja dengan lebih maksimal. Iskandar juga mengingatkan bahwa, sebagai abdi negara, harus menjadi teladan dalam bersikap dan berperilaku. Iskandar juga mengajak seluruh ASN sebagai petugas yang bertanggungjawab bersama-sama untuk mengembangan Pelabuhan penyeberangan Ulee Lheue “Kita tahu, Sabang sangat dikenal hingga ke luar negeri. Bahkan banyak wisatawan yang langsung menuju ke Sabang usai mendarat dari luar daerah. Hal ini secara tidak langsung, fasilitas pelayanannya akan menjadi perbandingan,” tutur Iskandar. (AM)

Perwira Wanita di KMP. Aceh Hebat 3

Berita ini dimulai dari sebuah ruang kemudi kapal. Ruang yang berada di bagian paling atas biasanya diisi oleh para lelaki tangguh pengarung lautan, yang terus memantau kondisi kapal agar tetap berlayar dengan nyaman dan aman. Namun, kali ini ada kisah menarik di ruang kemudi KMP. Aceh Hebat 3. Seperti kisah Laksamana Malahayati yang merupakan panglima angkatan laut perempuan pertama yang memimpin 2.000 pasukan untuk melawan Belanda. Namun, kali ini bukan bercerita tentang strategi kapal perang. Inilah sebuah kisah tentang seorang mualem III di KMP. Aceh Hebat 3 yang merupakan Malahayati masa kini. Biasanya, profesi pelaut diisi oleh kaum adam. Pasalnya, para pelaut pasti berkutat dengan ganasnya lautan di atas kapal. Sangat jarang mendengar seorang mualim kapal adalah perempuan. Apalagi di Indonesia, aneh ketika wanita memutuskan menjadi pelaut karena dia akan meninggalkan keluarganya berbulan-bulan bahkan tahunan. Namun, dibalik berlayarnya KMP. Aceh Hebat 3 di perairan Laut Singkil, ada seorang mualim perempuan yang selalu siap siaga dalam bertugas sebagai pengatur, memeriksa, memelihara semua alat keselamatan kapal dan juga bertugas sebagai pengatur arah navigasi di anjungan masing-masing selama 4 jam sebelum pergantian shift jaga dengan perwira lainnya, Dialah yang akrab disapa Maria. Gadis ini memiliki nama lengkap Maria Guadalupe Pasaribu berkelahiran tahun 1997. Seorang gadis yang masih sangat muda telah mengambil keputusan terbesar menjadi seorang pelaut.  Dia merupakan salah satu perempuan Indonesia yang menjadi mualim kapal. Jika berbicara tentang kehidupan pelaut, film One Piece memberikan gambaran bagaimana seorang pelaut setia bersama bahteranya, mereka tidur dan menghabiskan waktu luang di kapal. Kapal adalah rumah mereka sekarang. Aceh TRANSit pun berkesempatan bertemu Maria usai ia bertugas di Pulau Banyak, Aceh Singkil. Maria membagi kisah ketika memutuskan melaut dan harus rela meninggalkan keluarganya serta menjadikan kapal sebagai rumahnya. Faktanya bagi pelaut, kapal adalah rumah, karena kehidupan sehari-hari dihabiskan di atas kapal dan kru kapal adalah keluarga baru. Simak Video Dukungan Infrastruktur Transportasi untuk Pengembangan Kawasan Pulau Banyak Maria telah menyabet beberapa sertifikat keahlian yang menjadikannya sebagai mualim 3 di KMP Aceh Hebat 3, Salah satunya International Safety Management (ISM) dan masih banyak lainnya. Di Tahun 2018, Maria juga sempat bergabung bersama kru KMP. Wira Victory yang berkapasitas 4028 GT dan KMP. Wiraglory berkapasitas 1805 GT. Pada kesempatan tersebut, Maria juga merupakan satu-satunya kru perempuan sebagai Deck Cadet yang membantu Perwira dek/Mualim dalam semua kegiatan di kapal. “Dulu sebelum lulus untuk bekerja di KMP. Aceh Hebat 3 yang merupakan pengalaman kerja saya pertama, saya sempat magang juga di KMP. Wira dan saya sendiri perempuannya. Awalnya merasa sangat canggung, karena di kapal semua awaknya adalah laki-laki. Seiring waktu berjalan, lebih terbiasa dengan kehidupan di kapal, teman-teman di kapal juga saling menjaga dan sudah dianggap jadi saudara,” ujarnya. Kemudian, lanjutnya, awal-awal berlayar dulu memang harus beradaptasi dulu dengan lingkungannya, karena namanya ombak kalau kita manja ya akan mabuk. Tapi lama-lama kan akan mulai bersahabat. Apalagi cuaca kita nggak bisa tebak, bisa jadi pagi cuaca cerah dan sorenya mulai hujan dan badai. Kondisi seperti itu sudah jadi makanan sehari-hari pelaut. “Memimpin dan memerintah para lelaki ada kendala tersendiri. Apalagi kita perempuan yang sering dianggap lemah, apalagi pandangan orang-orang kalau perempuan sebagai mualim itu sering dipandang sebelah mata, kan kita bertugas sepenuh hati. Kadang, pas diinstruksikan mereka ada ngeyel-nya, saya sabar aja. Mungkin itulah bentuk candaan mereka saat bekerja. Sejauh ini, mereka sangat suportif,” tuturnya.(Misqul Syakirah) Download 

Setiap Akhir Pekan Load Factor Dapat Mencapai 100 Persen

Siang itu cuaca cukup cerah di Pelabuhan Singkil, Aceh Singkil. Terlihat KMP. Aceh Hebat 3 sedang bersandar. Ada sejumlah anak buah kapal yang sedang sibuk mengecek kelengkapan kapal dan administrasi kapal untuk berlayar ke Pulau Banyak. Pelabuhan Singkil menjadi satu-satunya pintu masuk ke Pulau Banyak, pulau yang telah diakui keasrian pantainya dan merupakan kawasan konservasi. Tampak pula masyarakat dan para wisatawan yang datang secara berkelompok. Ada yang mengajak anggota keluarganya, ada pula yang datang bersama teman-temannya. Mereka mendekati kapal-kapal tersebut, lalu sesekali mengambil foto bersama dengan latar belakang laut dan jejeran pepohonan yang hijau sepanjang garis pantai. Di depan sebuah kapal, ada seorang pria sedang mengawasi suasana pelabuhan beserta para pengunjung yang lalu lalang di hadapannya pada siang itu. Pria itu Capt. Laode Mat Salim. Usianya kini 51 tahun. Dialah nakhoda kapal KMP. Aceh Hebat 3. Sebelumnya, beliau merupakan kapten kapal KMP. Teluk Singkil yang melayani rute Singkil ke Pulau Banyak lalu ke Nias. Simak Video KMP. Aceh Hebat 3 Hadir untuk Wiswata Pulau Banyak Baik di laut, darat, dan udara, peran kapten moda transportasi memang vital. Dalam sebuah perjalanan, mereka adalah pemegang kendali agar perjalanan nyaman dan tertib. Peran itu tak main-main, bahkan di banyak negara termasuk Indonesia, didukung dalam konstitusi. Dalam Undang-undang Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran, nakhoda kapal adalah salah seorang dari awak kapal yang menjadi pemimpin tertinggi di kapal dan mempunyai wewenang dan tanggung jawab tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undang. “Ada sembilan belas orang (yang bekerja) termasuk saya di kapal ini,” ujar  Capt. Laode saat diwawancarai Aceh TRANSit, Rabu (19/5/2021). Anak buah kapal menghabiskan waktunya bekerja di kapal dan mengarungi lautan berhari-hari. Tidak jarang bahaya mengancamnya, misalnya saat angin kencang datang pada malam hari ketika berada di tengah laut. Bagaimanapun juga,  Capt. Laode menganggap itu sudah menjadi risiko pekerjaannya. Konsekuensi yang harus dia jalani sebagai seorang pelaut. Belum lagi, kita harus meninggalkan keluarga. “Sejauh ini nggak ada keluhan dari keluarga, karena dari awal sudah dibicarakan juga kebijakan dari perusahaan. Perusahaan juga memberikan cuti,” jawabnya. Selama pelayaran dengan KMP. Aceh Hebat 3 berjalan lancar, namun Pelabuhan Singkil ini kebetulan terbuka. Artinya, kalau pasang surut ada benturan antara kapal dan dermaga, karena arus yang terus beralun. Sudah pernah dipasang ban kecil biasa dari pihak pelabuhan, tapi sering terjadi hentakan, tali ban fender-nya putus. Kondisi ini terjadi berulang, karena memang besar hentakannya, meski kapal dalam posisi sandar di dermaga. Hal ini berdampak pada hancurnya lambung kapal. “Jika keluhan dari masyarakat minta jadwal operasionalnya rutin, dengan adanya KMP. Aceh Hebat 3 sekarang jadwal operasional sudah dilakukan tiap hari dengan dua trip. Masyarakat sangat bersyukur. Jumlah penumpang di akhir pekan sangat banyak hampir mendekati 100 persen dari kapasitas kapal. Meskipun pada hari biasa jumlah okupansi masih berkisar 30 hingga 35 persen,” tuturnya lagi. Pengangkutan bahan pokok ke kepulauan juga lancar. Dengan tarif kapal perintis ini sangat membantu masyarakat. Sehingga, harga jual di kepulauan masih berimbang dengan di daratan. Jika dari segi pariwisata agak terkendala mengingat lagi kondisi pandemi. “Jika untuk kebutuhan masyarakat sangat menguntungkan, karena kapan pun mereka butuh jasa transportasi untuk mengangkut barang, sudah bisa langsung karena beroperasi tiap hari. Perputaran ekonominya juga berjalan lancar. Masyarakat pun menanti-nanti kehadiran kapal ini,” pungkasnya. (Misqul Syakirah) Download 

Berkunjung ke Sabang Kini Lebih Menyenangkan

Capt. Ruba’i, pria kelahiran Banyuwangi, Jawa Timur ini merupakan nahkoda armada penyeberangan kebanggaan masyarakat Aceh, khususnya warga Sabang, yaitu KMP Aceh Hebat 2. Pria inilah yang menahkodai pelayaran kapal Aceh Hebat 2 dari Pelabuhan Penyeberangan Ulee Lheue Banda Aceh menuju Pelabuhan Penyeberangan Balohan Sabang atau sebaliknya. Sebelum menjadi nahkoda Aceh Hebat 2, pria ini sudah lebih dulu mengeyam pengalaman melayani perjalanan masyarakat Sabang dan wisatawan dari atas KMP Tanjung Burang sejak tahun 2015. Pengalaman selama 6 tahun di atas kapal berbobot 507 Gross Tonage (GT) itu menjadi modal baginya untuk naik kelas ke kapal Aceh Hebat 2 dengan bobot mencapai 1.186 GT. Pada Januari 2021, manajemen PT. ASDP Indonesia Ferry Cabang Banda Aceh resmi menunjuk Capt. Ruba’i sebagai nahkoda KMP Aceh Hebat 2. Pria ber-KTP-kan Sabang ini menahkodai KMP. Aceh Hebat 2 pertama kali pada Sabtu, 30 Januari 2021. Momen tersebut sekaligus menjadi pelayaran perdana KMP Aceh Hebat 2 melayani penyeberangan masyarakat Aceh pada lintasan Ulee Lheue – Balohan. Saat itu, Gubernur Aceh, Nova Iriansyah melepas langsung pelayaran perdana KMP. Aceh Hebat 2. Perasaan bangga dalam dirinya terpancar jelas dari raut wajahnya yang ceria. “Suatu kebanggaan bagi saya melayani penumpang dengan KMP. Aceh Hebat 2, bisa mengantar dan melayani penumpang dengan selamat,” ungkap Ruba’i kepada Aceh TRANSit, Minggu, 6 Juni 2021. Di sela-sela bertugas, Ruba’i bercerita banyak tentang pengalaman dan kesannya terhadap kapal keluaran PT. Adiluhung Saranasegara Indonesia ini. “Selama menjadi nahkoda KMP. Aceh Hebat 2, Alhamdulillah berjalan dengan lancar, tidak ada hambatan apapun,” ujarnya. Ruba’i juga memberikan penilaiannya terkait keunggulan KMP. Aceh Hebat 2. Ia menilai bahwa peralatan yang terpasang pada KMP. Aceh Hebat 2 sudah canggih. Selain itu, desain kapal beserta interiornya juga sangat bagus untuk memberikan kenyamanan bagi penumpang kapal. Seperti diketahui, kapal ini dilengkapi dengan sejumlah teknologi navigasi terbaru, di antaranya peralatan navigasi dan komunikasi, perekam data pelayaran yang mengunakan Automatic Indentification System (AIS). Selain itu juga dilengkapi dengan peralatan Voyage Data Recorder (VDR) yang berfungsi seperti black box pada pesawat terbang untuk merekam aktivitas navigasi kapal selama pelayaran. Dari sisi keselamatan, kapal ini dilengkapi dengan lifeboat atau sekoci bertipe Fully Enclosed Lifeboat (Sekoci Tertutup). Lifeboat jenis ini paling populer karena di dalamnya dilengkapi mesin dan kemudi sehingga mampu melindungi penumpang atau kru dari air laut, angin kencang, dan cuaca buruk. Penempatan lifeboat pada kapal Aceh Hebat 2 berpedoman pada aturan Safety of Life At Sea 1974  (SOLAS) dan Life Saving Appliance (LSA Code) yang diterbitkan oleh International Maritime Organization (IMO) yang berada di bawah Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Selain mengikuti berbagai aturan dari IMO, sebagai kapal baru, KMP. Aceh Hebat 2 juga sudah terdaftar dan memiliki nomor registrasi IMO (9905954) yang melekat pada bagian depan kapal. Tonton Video Pelayaran Perdana, KMP. Aceh Hebat 2 Bawa 280 Penumpang Kapal kebanggaan masyarakat ini mempunyai desain dan interior yang sangat futuristik serta menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Dek lantai tiga kapal ini didesain berupa rooftop sehingga wisatawan dapat menikmati keindahan pemandangan laut selama penyeberangan. Pada lantai ini juga tersedia kafetaria yang bisa dimanfaatkan oleh penumpang untuk berbelanja. Kapal ini juga menyediakan ruang bagi ibu menyusui, memiliki dua musala, tempat wudhu, serta toilet terpisah untuk laki-laki dan perempuan. Selain berbicara tentang keunggulan kapala ini, Ruba’i juga bercerita terkait aktivitasnya sebagai nahkoda sehari-hari. Masa pandemi sedikit merubah kebiasaan yang terjadi saat musim liburan tiba. Ia menyebutkan, meskipun terjadi peningkatan wisatawan ke Sabang, tapi tidak seramai seperti sebelum masa pandemi. “Alhamdulillah dengan adanya KMP. Aceh Hebat 2 ini, meningkatnya kunjungan wisatawan ke Sabang dapat terlayani dengan baik,” ungkapnya. Nahkoda KMP. Aceh Hebat 2 ini juga menjelaskan sejumlah peraturan yang diterapkan oleh pihak manajemen PT. ASDP Indonesia Ferry Cabang Banda Aceh pada armada penyeberangan selama masa pandemi. Ia menjelaskan, selama berada di atas kapal penumpang wajib mengikuti protokol kesehatan. Ke depan, ia berharap penumpang bisa saling menjaga dan mengingatkan satu sama lain untuk mematuhi peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. “Kita juga aktif mengingatkan kru  kapal untuk selalu mengikuti protokol kesehatan agar semua merasa nyaman saat berada di atas kapal,” tutupnya. (Amsal Bunaiya) Download 

Pesawat Hercules TNI AU Kembali Mendarat di Bandara Rembele

Dua pesawat Hercules kembali mendarat dengan mulus di landasan pacu/runway Bandara Rembele Bener Meriah, Senin, 9 Agustus 2021. Pesawat bertipe C-130 tersebut masing-masing berasal dari Skuadron 32 Malang (A-1330) dan 33 Makassar (A-1331). Pendaratan pesawat jenis kargo ini dimaksudkan untuk mengangkut 168 prajurit TNI ke Papua. Prajurit yang diberangkatkan merupakan pasukan Satgas Pamtas Penyangga (Mobile) Batalyon Infanteri (Yonif) Raider Khusus 114/Satria Musara. Dengan runway sepanjang 2.250 x 30 meter, bandara ini mampu melayani pendaratan pesawat dengan bobot mencapai 141.000 pounds, yaitu sekelas Boeing 737 classic dan C-130 Hercules. (AM)