Dishub

Jalin, Sosok yang Mengabdi Dalam Diam

Mengabdi kepada bangsa melalui pelayanan pada fasilitas publik bisa dilakukan oleh siapa saja. Asalkan memiliki kemauan dan ketekunan untuk melakukannya dengan sepenuh hati dalam melayani masyarakat. Bekerja pada fasilitas publik pun bisa dilakukan oleh siapa saja, baik mereka yang “normal” secara fisik, maupun bagi mereka penyandang disabilitas. Sebab, bekerja pada sektor ini tidak memandang bentuk fisik, tapi kemauan, keterampilan, dan keikhlasan yang menjadi nilai penting dalam memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat. Pak Jalin adalah salah satu contoh penyandang disabilitas tunawicara yang bekerja pada sektor pelayanan publik. Ia merupakan tenaga kebersihan di Terminal Tipe B Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya). Ia menjadi pegawai Dinas Perhubungan Aceh sejak terminal Abdya, sebelumnya dikelola oleh Dinas Perhubungan Kabupaten Abdya, dialihkan pengelolaannya ke Pemerintah Provinsi Aceh pada tahun 2018. Di terminal Abdya, pria paruh baya ini telah bekerja sejak tahun 2016 sebagai pramu bakti. Setahun setelahnya, ia diangkat menjadi tenaga honorer/kontrak di bawah Dinas Perhubungan Kabupaten Abdya. Pada Agustus yang lalu, Tim Aceh TRANSit sengaja mendatangi Pak Jalin di Abdya untuk mengetahui keluh kesahnya selama bekerja sebagai tenaga kebersihan di Terminal Tipe B Abdya. Saat bertemu dengannya, Tim Aceh TRANSit ditemani oleh rekan Pak Jalin yang sering berkomunikasi dengannya menggunakan bahasa isyarat. Meskipun, rekan-rekannya di terminal sedikit kesulitan berkomunikasi dengannya karena Pak Jalin sendiri kurang menguasai bahasa isyarat yang lumrah digunakan oleh tunawicara lainnya. Menurut cerita Pak Jalin, yang dibantu terjemahkan oleh rekannya, selama bekerja ia mendapat perlakuan baik dari rekan sesama pegawai terminal maupun masyarakat yang beraktifitas di terminal. Masyarakat menyambut kehadirannya di terminal dengan tangan terbuka. Membantunya berkomunikasi dengan yang lain hingga ikut bercengkerama dengannya yang terkenal santun. Pak Jalin juga dikenal dengan sosok yang periang dan lucu. Tidak pernah merasa berbeda saat berada di tengah-tengah rekan kerja yang lain. Ia merupakan pribadi yang sungguh-sungguh dalam melakukan tugasnya. Selepas subuh, ia sudah berangkat dari rumahnya yang berjarak 15 kilometer dari terminal Abdya. Walaupun menyandang disabilitas, Pak Jalin masih menjadi tulang punggung bagi keluarga. Ia memiliki istri dan dua anak yang menjadi tanggung jawabnya di rumah. Untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga, ia menyempatkan diri untuk bertani di desanya yang terletak di Gampong rumoh Panyang, Kecamatan Kuala Batee. Pegawai Terminal Tipe B Abdya memang mempersilahkan Pak Jalin untuk mengurusi sawahnya di sela waktu luang bekerja. Mengingat bahwa ia adalah tulang punggung bagi anak-anak yang masih menduduki bangku sekolah. Meski begitu, Pak Jalin tidak meninggalkan kewajibannya terhadap kebersihan terminal. Ia tetap bekerja dengan tekun sejak pagi hari, lalu menjelang siang, sore dan pukul 10 malam sebelum jam operasional terminal berakhir. Kesungguhan dan ketekunannya dalam bekerja di Terminal Tipe B Abdya terbukti dengan dinobatkannya terminal tersebut sebagai terminal terbaik dan terbersih pada tahun 2019 oleh Kepala Dinas Perhubungan Aceh. Kala itu, Dinas Perhubungan Aceh membuat penilaian internal terhadap pelayanan fasilitas publik yang dikelola oleh Dinas Perhubungan. Saat ditanya mengenai keluh kesah selama bekerja, Pak Jalin menggelengkan kepalanya lalu mengangkat jempol. lebih kurang, dari isyaratnya tersebut ia ingin menyampaikan bahwa ia senang-senang saja selama bekerja. Sosok ini memang terkenal pantang menyerah dengan keadaan. Menurut penuturan salah satu petugas keamanan terminal, Jailani, Pak Jalin tetap bekerja meskipun cuaca sedang terik atau hujan. “Bapak ini kalau kerja gak kondisi, kadang malah kita suruh berhenti karena lagi hujan, tapi dia gak mau sampai kerjaannya selesai,” ungkap Jailani. Pegawai terminal lainnya turut memberi kesan positif terhadap kinerja Pak Jalin. Salah satunya adalah Bisra Isma, Aparatur Sipil Negara (ASN) di Terminal Tipe B Abdya sudah melihat kinerja Pak Jalin sejak dirinya masih bekerja di bawah Pemerintah Kabupaten Abdya. Ia sudah bersama Pak Jalin di terminal sejak tahun 2016. M e n u r u t pengakuannya, pada tahun 2016, Pak Jalin tidak memperoleh gaji dari pemerintah karena statusnya sebagai pramu bakti. Namun, melihat kinerja yang ditunjukkan oleh Pak Jalin sangat bagus, petugas terminal membuat patungan untuk membayar jerihnya. “Kami merasa berhutang budi sama dia, makanya saat itu petugas di sini patungan dari gaji bulanan untuk dikasih ke Pak Jalin,” kenang Bisma saat ditanya Tim Aceh TRANSit. Kisah singkat tentang Pak Jalin ini menjadi cerminan bagi pegawai Dinas Perhubungan Aceh lainnya. Bekerja dan mengabdi kepada bangsa haruslah diniatkan dengan ikhlas dan penuh kesungguhan. Lebih dari itu, segala kekurangan maupun hambatan yang dihadapi bukanlah suatu alasan untuk tidak memberikan kinerja yang optimal bagi masyarakat. Semoga menginspirasi! (Amsal Bunaiya) Download Tabloid Aceh Transit Edisi 8 Selengkapnya cek di: https://dishub.acehprov.go.id/publikasi-data/aceh-transit/tabloid-transit/

Membebaskan Simeulue dari Keterisolasian

Secara geografis Indonesia adalah negera kepulauan yang luas lautannya lebih besar dari pada luas daratan. Indonesia juga tercatat memiliki pulau sebanyak 16.771 pada tahun 2020, setelah sebelumnya pada tahun 2019  jumlah pulau yang didaftarkan ke PBB sebanyak 16671 pulau.   Kehadiran transportasi dalam menghubungkan  satu pulau dengan pulau lainnya bertujuan untuk meratanya pembangunan. Pemerataan pembangunan turut mendukung keadilan tanpa pengecualian, sesuai dengan yang tercantum dalam pancasila dan pembukaan UUD 1945. Berbicara masalah transportasi kepulauan sama halnya dengan bericara banyak hal yang saling berkaitan.Transportasi berperan sekali dalam pendistribusian logistik, ekonomi, pendidikan, kesehatan,  bahkan pariwisata. Mudahnya akses menuju wilayah kepulauan tersebut membuat wilayah kepulauan tersebut tidak menjadi terisolir. Masayarakat yang berada dalam wilayah kepulauan tersebut dengan mudah dapat pendidikan di  kota-kota yang lebih besar. Pemerataan transportasi akan semakin memajukan perkembangan ekonomi. Pendistribusian  logistik akan lebih merata. Akses menuju pulau lain dalam kepentingan yang terkait dengan kesehatan masyarakat semakin mudah dijangkau, sebagai upaya mendapatkan fasilitas kesehatan yang lebih baik. Sama halnya dengan wilayah kepulauan lain, Aceh sendiri merupakan wilayah yang terdiri dari beberapa pulau yang sudah sejak lama ditempati oleh warga Aceh itu sendiri maupun pendatang. Kehadiran armada-armada transportasi kepulauan tentunya memberikan efek yang bisa dirasakan oleh masyarakat sekitar. Tidak terkecuali warga di Kabupaten Simeulue. Salah satu kabupaten yang letaknya berada kurang lebih 150 km dari lepas pantai barat Aceh. Posisi geografisnya yang jauh dari pulau Sumatera mengharuskan armada tranportasi yang semakin baik dan mumpuni. Untuk itulah kehadiran KMP Aceh Hebat 1 dianggap perlu. Kehadiran KMP Aceh Hebat 1 yang menghubungkan Pulau Simeulue dengan wilayah Aceh lainnya, yang secara geografis berada di pulau Sumatera. memberi banyak hal positif bagi masyarakat sekitar. Seperti yang dikemukakan oleh Irwan Suharmi, selaku ketua DPRK Simeulue dalam pernyataannya, “Armada yang telah disediakan oleh pemerintah Provinsi Aceh tentu sangat membantu dalam hal melakukan perjalanan luar daerah dari Simeulue menuju Calang, Meulaboh , dan sekitarnya”. Irwan juga menegaskan bahwa berbicara mengenai kehadiran KMP Aceh Hebat 1 ini bukan hanya sebatas berbicara masalah tranportasi,  namun adanya dampak yang menyeluruh yang mempengaruhi pembangunan ekonomi di Simeulue. Simeulue adalah pulau yang memiliki jarak yang jauh dari Pulau Sumatera, perlu waktu khusus untuk mencapai Simeulue, jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti iklim tentunya dapat menghambat dan memperlambat ekonomi yang ada di pulau tersebut. Irwan menganggap, Kehadiran Aceh Hebat 1, akan mendorong pertumbuhan ekonomi di Simeulue menjadi semakin baik. Bupati Simeulu, Erli Hasim, mengakui bahwa ketersediaan beberapa moda transportasi sudah sangat membantu Simeulue sebagai daerah Kepulauan. Erli Hasim menambahkan kehadiran KMP Aceh Hebat 1 dianggap sebagai salah satu fasilitas yang merupakan dukungan sekaligus perhatian dari Pemerintah Aceh  kepada masyarakat Simeulue. Bupati Simeulue juga menambahkan bahwa hal tersebut dalam rangka membebaskan Simeulue sebagai daerah yang terisolasi. Kehadiran moda transportasi lain yang menghubungkan Simeulue dengan wilayah Aceh lainnya memang telah ada sebelum KMP Aceh Hebat 1 hadir, namun jadwal keberangkatan moda transportasi  lain  masih sangat terbatas. Seperti kapal lain yang jadwal keberangkatan dan tujuannya masih kurang variatif.  Selain itu, perjalanan dengan jalur udara dengan pesawat perintis atau komersil  yang ada di Simeulue masih dianggap lebih mahal oleh masyarakat dibandingkan dengan perjalanan jalur laut. Itupun jika tidak ada kendala pada iklim udara. Sedangkan untuk kapal lain jadwal keberangkatan dari dan ke Simeulue masih sangat tebatas. Bisa dibayangkan, jika adanya gangguan mesin pada armada yang lain, distribusi logistik dari dan ke pulau Simeulue menjadi terhambat. Jika kapal lain mengalami kerusakan mesin maka akan adanya keterlambatan dan  kerusakan hasil pertanian yang akan didistrubusikan dari atau ke Simeulue. Tentu hal ini sangat berpengaruh terhadap ekonomi, imbas yang terjadi  yaitu adanya peningkatan harga pasar dan bahkan juga kerugian ekonomi. Jika transportasi lancar dan adanya pilihan moda transportasi yang variatif maka imbasnya bukan hanya terbatas di perekonomian saja, namun juga pendidikan, kesehatan,  dan pariwisata. Apalagi pesona keindahan alam Simeulue tidak bisa dianggap sebelah mata.  Selain itu adanya perkembangan pendididikan dan sosial kultural masyarakat Simeulue  dapat menjadi lebih baik. Kemudahan transportasi di Simeulue memunculkan banyak potensi yang ada dalam pulau yang indah itu. (*) Download 

Lebih Dekat dengan Biro Klasifikasi Indonesia

Banyak pihak yang terlibat dalam pembangunan sebuah kapal. Hal ini guna memastikan pembangunan kapal berjalan sesuai dengan prosedur dan regulasi yang berlaku. Salah satu aspek penting yang harus dipenuhi sebelum kapal dapat beroperasi adalah laik laut, dibuktikan dengan adanya sertifikat klasifikasi yang akan menjadi dasar penerbitan sertifikat keselamatan kapal. Kewenangan untuk menerbitkan sertifikat klasifikasi kapal di Indonesia berada pada PT. Biro Klasifikasi Indonesia (Persero) atau lebih dikenal dengan sebutan BKI. BKI adalah badan klasifikasi nasional yang secara resmi ditunjuk oleh Pemerintah RI untuk melakukan klasifikasi terhadap kapal-kapal berbendera Indonesia ataupun kapal-kapal asing yang beroperasi di wilayah NKRI, serta melakukan survei periodik untuk kapal yang telah beroperasi guna mengevaluasi status laik laut kapal tersebut. Proses sertifikasi KMP Aceh Hebat 1, 2 dan 3 yang dibangun di tiga galangan yang berbeda, diawali dengan dilakukannya evaluasi teknis terhadap dokumen rencana desain kapal oleh surveyor BKI guna mengecek kesesuaian dokumen tersebut dengan standar dan peraturan teknis perkapalan yang berlaku. Evaluasi ini ditindaklanjuti dengan survei lapangan ke lokasi pembangunan kapal untuk memastikan konstruksi komponen utama kapal, terutama bagian permesinan, kelistrikan, dan lambung kapal. Setelah proses pembangunan kapal selesai, langkah selanjutnya adalah melawati serangkaian pengujian (test) teknis dan percobaan (trial) untuk memastikan keamanan kapal saat dioperasikan. Pengujian dan percobaan tersebut meliputi pemeriksaan material, percobaan dock (dock trial), uji stabilitas kapal (inclining test), dan official sea trial. Pemeriksaan material berguna untuk mengecek material yang terpasang di kapal sudah tersertifikasi oleh BKI. Percobaan dock meliputi uji komponen sistem dan perlengkapan utama kapal, seperti mesin induk dan mesin bantu (auxiliary engine), kemudi, dan uji beban (load test). Uji stabilitas kapal (inclining test) bertujuan untuk mengetahui kondisi setimbang kapal pada saat muatan kosong sehingga diperoleh bobot kapal saat kondisi tanpa muatan. Percobaan terakhir yang dilalui oleh KMP Aceh Hebat 1,2, dan 3 adalah official sea trial, yang berguna untuk memastikan seluruh sistem dan komponen kapal berfungsi dengan baik pada kondisi yang sebenarnya sebelum kapal dioperasikan. Setiap tahapan dari seluruh rangkaian pengujian tersebut disaksikan oleh perwakilan BKI dan hasil dari setiap pengujian dicatat dengan cermat sebagai dasar penerbitan sertifikat klasifikasi kapal bagi ketiga kapal Aceh Hebat. Tentu saja peran BKI tidak berhenti sampai di sini. BKI masih berwenang untuk melakukan survei periodik terhadap KMP. Aceh Hebat 1, 2, dan 3 baik pada saat pemeliharaan maupun jika terdapat perombakan konstruksi kapal untuk memastikan kondisi kapal tetap sesuai dengan syarat dan ketentuan klasifikasinya. (Mellita Nadya) Download   

Perwira Wanita di KMP. Aceh Hebat 3

Berita ini dimulai dari sebuah ruang kemudi kapal. Ruang yang berada di bagian paling atas biasanya diisi oleh para lelaki tangguh pengarung lautan, yang terus memantau kondisi kapal agar tetap berlayar dengan nyaman dan aman. Namun, kali ini ada kisah menarik di ruang kemudi KMP. Aceh Hebat 3. Seperti kisah Laksamana Malahayati yang merupakan panglima angkatan laut perempuan pertama yang memimpin 2.000 pasukan untuk melawan Belanda. Namun, kali ini bukan bercerita tentang strategi kapal perang. Inilah sebuah kisah tentang seorang mualem III di KMP. Aceh Hebat 3 yang merupakan Malahayati masa kini. Biasanya, profesi pelaut diisi oleh kaum adam. Pasalnya, para pelaut pasti berkutat dengan ganasnya lautan di atas kapal. Sangat jarang mendengar seorang mualim kapal adalah perempuan. Apalagi di Indonesia, aneh ketika wanita memutuskan menjadi pelaut karena dia akan meninggalkan keluarganya berbulan-bulan bahkan tahunan. Namun, dibalik berlayarnya KMP. Aceh Hebat 3 di perairan Laut Singkil, ada seorang mualim perempuan yang selalu siap siaga dalam bertugas sebagai pengatur, memeriksa, memelihara semua alat keselamatan kapal dan juga bertugas sebagai pengatur arah navigasi di anjungan masing-masing selama 4 jam sebelum pergantian shift jaga dengan perwira lainnya, Dialah yang akrab disapa Maria. Gadis ini memiliki nama lengkap Maria Guadalupe Pasaribu berkelahiran tahun 1997. Seorang gadis yang masih sangat muda telah mengambil keputusan terbesar menjadi seorang pelaut.  Dia merupakan salah satu perempuan Indonesia yang menjadi mualim kapal. Jika berbicara tentang kehidupan pelaut, film One Piece memberikan gambaran bagaimana seorang pelaut setia bersama bahteranya, mereka tidur dan menghabiskan waktu luang di kapal. Kapal adalah rumah mereka sekarang. Aceh TRANSit pun berkesempatan bertemu Maria usai ia bertugas di Pulau Banyak, Aceh Singkil. Maria membagi kisah ketika memutuskan melaut dan harus rela meninggalkan keluarganya serta menjadikan kapal sebagai rumahnya. Faktanya bagi pelaut, kapal adalah rumah, karena kehidupan sehari-hari dihabiskan di atas kapal dan kru kapal adalah keluarga baru. Simak Video Dukungan Infrastruktur Transportasi untuk Pengembangan Kawasan Pulau Banyak Maria telah menyabet beberapa sertifikat keahlian yang menjadikannya sebagai mualim 3 di KMP Aceh Hebat 3, Salah satunya International Safety Management (ISM) dan masih banyak lainnya. Di Tahun 2018, Maria juga sempat bergabung bersama kru KMP. Wira Victory yang berkapasitas 4028 GT dan KMP. Wiraglory berkapasitas 1805 GT. Pada kesempatan tersebut, Maria juga merupakan satu-satunya kru perempuan sebagai Deck Cadet yang membantu Perwira dek/Mualim dalam semua kegiatan di kapal. “Dulu sebelum lulus untuk bekerja di KMP. Aceh Hebat 3 yang merupakan pengalaman kerja saya pertama, saya sempat magang juga di KMP. Wira dan saya sendiri perempuannya. Awalnya merasa sangat canggung, karena di kapal semua awaknya adalah laki-laki. Seiring waktu berjalan, lebih terbiasa dengan kehidupan di kapal, teman-teman di kapal juga saling menjaga dan sudah dianggap jadi saudara,” ujarnya. Kemudian, lanjutnya, awal-awal berlayar dulu memang harus beradaptasi dulu dengan lingkungannya, karena namanya ombak kalau kita manja ya akan mabuk. Tapi lama-lama kan akan mulai bersahabat. Apalagi cuaca kita nggak bisa tebak, bisa jadi pagi cuaca cerah dan sorenya mulai hujan dan badai. Kondisi seperti itu sudah jadi makanan sehari-hari pelaut. “Memimpin dan memerintah para lelaki ada kendala tersendiri. Apalagi kita perempuan yang sering dianggap lemah, apalagi pandangan orang-orang kalau perempuan sebagai mualim itu sering dipandang sebelah mata, kan kita bertugas sepenuh hati. Kadang, pas diinstruksikan mereka ada ngeyel-nya, saya sabar aja. Mungkin itulah bentuk candaan mereka saat bekerja. Sejauh ini, mereka sangat suportif,” tuturnya.(Misqul Syakirah) Download 

Setiap Akhir Pekan Load Factor Dapat Mencapai 100 Persen

Siang itu cuaca cukup cerah di Pelabuhan Singkil, Aceh Singkil. Terlihat KMP. Aceh Hebat 3 sedang bersandar. Ada sejumlah anak buah kapal yang sedang sibuk mengecek kelengkapan kapal dan administrasi kapal untuk berlayar ke Pulau Banyak. Pelabuhan Singkil menjadi satu-satunya pintu masuk ke Pulau Banyak, pulau yang telah diakui keasrian pantainya dan merupakan kawasan konservasi. Tampak pula masyarakat dan para wisatawan yang datang secara berkelompok. Ada yang mengajak anggota keluarganya, ada pula yang datang bersama teman-temannya. Mereka mendekati kapal-kapal tersebut, lalu sesekali mengambil foto bersama dengan latar belakang laut dan jejeran pepohonan yang hijau sepanjang garis pantai. Di depan sebuah kapal, ada seorang pria sedang mengawasi suasana pelabuhan beserta para pengunjung yang lalu lalang di hadapannya pada siang itu. Pria itu Capt. Laode Mat Salim. Usianya kini 51 tahun. Dialah nakhoda kapal KMP. Aceh Hebat 3. Sebelumnya, beliau merupakan kapten kapal KMP. Teluk Singkil yang melayani rute Singkil ke Pulau Banyak lalu ke Nias. Simak Video KMP. Aceh Hebat 3 Hadir untuk Wiswata Pulau Banyak Baik di laut, darat, dan udara, peran kapten moda transportasi memang vital. Dalam sebuah perjalanan, mereka adalah pemegang kendali agar perjalanan nyaman dan tertib. Peran itu tak main-main, bahkan di banyak negara termasuk Indonesia, didukung dalam konstitusi. Dalam Undang-undang Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran, nakhoda kapal adalah salah seorang dari awak kapal yang menjadi pemimpin tertinggi di kapal dan mempunyai wewenang dan tanggung jawab tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undang. “Ada sembilan belas orang (yang bekerja) termasuk saya di kapal ini,” ujar  Capt. Laode saat diwawancarai Aceh TRANSit, Rabu (19/5/2021). Anak buah kapal menghabiskan waktunya bekerja di kapal dan mengarungi lautan berhari-hari. Tidak jarang bahaya mengancamnya, misalnya saat angin kencang datang pada malam hari ketika berada di tengah laut. Bagaimanapun juga,  Capt. Laode menganggap itu sudah menjadi risiko pekerjaannya. Konsekuensi yang harus dia jalani sebagai seorang pelaut. Belum lagi, kita harus meninggalkan keluarga. “Sejauh ini nggak ada keluhan dari keluarga, karena dari awal sudah dibicarakan juga kebijakan dari perusahaan. Perusahaan juga memberikan cuti,” jawabnya. Selama pelayaran dengan KMP. Aceh Hebat 3 berjalan lancar, namun Pelabuhan Singkil ini kebetulan terbuka. Artinya, kalau pasang surut ada benturan antara kapal dan dermaga, karena arus yang terus beralun. Sudah pernah dipasang ban kecil biasa dari pihak pelabuhan, tapi sering terjadi hentakan, tali ban fender-nya putus. Kondisi ini terjadi berulang, karena memang besar hentakannya, meski kapal dalam posisi sandar di dermaga. Hal ini berdampak pada hancurnya lambung kapal. “Jika keluhan dari masyarakat minta jadwal operasionalnya rutin, dengan adanya KMP. Aceh Hebat 3 sekarang jadwal operasional sudah dilakukan tiap hari dengan dua trip. Masyarakat sangat bersyukur. Jumlah penumpang di akhir pekan sangat banyak hampir mendekati 100 persen dari kapasitas kapal. Meskipun pada hari biasa jumlah okupansi masih berkisar 30 hingga 35 persen,” tuturnya lagi. Pengangkutan bahan pokok ke kepulauan juga lancar. Dengan tarif kapal perintis ini sangat membantu masyarakat. Sehingga, harga jual di kepulauan masih berimbang dengan di daratan. Jika dari segi pariwisata agak terkendala mengingat lagi kondisi pandemi. “Jika untuk kebutuhan masyarakat sangat menguntungkan, karena kapan pun mereka butuh jasa transportasi untuk mengangkut barang, sudah bisa langsung karena beroperasi tiap hari. Perputaran ekonominya juga berjalan lancar. Masyarakat pun menanti-nanti kehadiran kapal ini,” pungkasnya. (Misqul Syakirah) Download 

Kawasan Lut Atas

Cuaca hari itu, Sabtu, 3 April 2021 lumayan mendung di wilayah Kabupaten Bener Meriah. Kondisi ini tidak menyurutkan niat kami untuk mengeksplor salah satu destinasi wisata baru yang ada di daerah ini, yaitu Kawasan Lut Atas atau Lut Kucak. Kata Lut dalam bahasa masyarakat setempat diartikan sebagai danau. Dinamakan Lut Atas karena kawasan ini berada pada ketinggian 2.100 mdpl dari permukaan laut. Berbekal informasi yang kami dapatkan dari masyarakat setempat, kami bergerak menuju Kampung Waq Pondok Sayur, Kecamatan Bukit yang berada di jalan lintas KKA tersebut. Menurut penuturan mereka, di Kawasan Lut Atas ini awalnya terdapat sebuah danau kecil berukuran luas sekitar 8 hektare dengan kondisi yang tidak terurus serta akses jalan yang belum tersedia. Ternyata cerita mereka benar adanya, akses jalan menuju Kawasan Lut Atas ini sangat menantang. Kondisi jalan yang belum teraspal sangat menyulitkan kendaraan roda empat yang kami kendarai untuk mendaki setiap tanjakannya. Kami hampir kehilangan asa dan menyerah dengan keadaan. Namun rasa penasaran yang begitu kuat untuk menikmati keindahan alam yang ada di Lut Atas kembali memompa tekad kami. Kami pun melanjutkan pendakian. Setelah bergelut dengan jalan yang terjal dan berbatu, akhirnya kami tiba di puncak Kawasan Lut Atas. Subhanallah, pemandangan yang disuguhkan di sini seakan mengobati semua perjuangan yang telah dilalui. Bertarung dengan jalanan yang berkelok tajam sejauh lebih kurang 3 kilometer terbayar lunas dengan pemandangan pepohonan dan awan yang mengelilinginya. Yang tidak kalah serunya adalah udara sejuk langsung menghampiri ketika pertama kali kami menginjakkan kaki di Kawasan Lut Atas. Bagi pengunjung Kawasan Lut Atas, cukup membayar Rp 10.000,- untuk tiket masuk kendaraan roda empat, sedangkan roda dua hanya Rp. 5.000,- saja. Retribusi yang dibayarkan oleh pengunjung tentu sangat berguna bagi perawatan dan peningkatan infrastruktur destinasi wisata ini ke depan. Wilayah ini telah diserahkan pengelolaannya oleh Pemerintah Kabupaten Bener Meriah pada 27 Januari 2021 kepada Lembaga Pengelola Hutan Desa (LPHD) Kampung Waq Pondok Sayur. Pengelolaan destinasi wisata seperti ini oleh pihak desa diharapkan dapat dirawat sebaik mungkin dan berdampak bagi perekonomian masyarakat setempat. Sebelum menjelajah lebih jauh Kawasan Lut Atas ini, kami beristirahat sejenak di salah satu bilik yang tersedia di sini. Kami juga membeli minuman dan makanan pada sebuah kios kecil yang berada di lokasi Lut Atas. Dari penjual tersebut kami menggali lebih banyak informasi terkait Lut Atas. Ia mengungkapkan, kawasan ini yang biasanya ramai pengunjung pada hari libur, Sabtu, dan Minggu. Dulunya,masyarakat memanfaatkan tempat untuk memancing, ada sejumlah ikan endemik di kawasan danau ini, seperti ikan gabus dan ikan lele lokal yang biasa disebut emut oleh mereka. Selain untuk memancing, di sekitar daerah ini juga banyak warga yang memanfaatkan lahan untuk berkebun. Makanya tak heran, saat perjalanan menuju ke sini, kami banyak melihat hamparan lahan yang ditanami sayur-sayuran, kentang, bunga kol, wortel, cabai, tomat, dan bawang. Ada juga masyarakat yang sedang mengangkut hasil kebun mereka ke dalam mobil pick-up atau ke atas roda dua untuk dibawa turun ke desa. Di danau atas ini, kami berswafoto ria dengan view gunung hutan lindung yang sangat indah. Selain berfoto di sejumlah spot yang sangat bagus di sini, kami juga berkeliling sambil menikmati keindahan panorama gunung Burni Telong yang sangat menawan. Bagi Rakan Moda yang ingin merasakan sensasi keindahan alam Kawasan Lut Atas, Rakan perlu menempuh perjalanan darat dari Banda Aceh ke Kecamatan Bukit, Kabupaten Bener Meriah sejauh 305 kilometer, atau sekitar enam jam perjalanan darat. Rakan bisa menggunakan kendaraan pribadi atau memanfaatkan jasa angkutan umum dari Banda Aceh. Dari terminal, Rakan dapat menyewa mobil atau kendaraan roda dua untuk menuju ke Kawasan Lut Atas. Selain jalur darat, Rakan juga bisa memanfaatkan jasa transportasi udara yang ada di Bandara Rembele Bener Meriah. Dari bandara ini, Rakan bisa meneruskan perjalanan sejauh 6,4 kilometer atau selama 11 menit menuju Kampung Waq Pondok Sayur menggunakan kendaraan sewa. Saat ini, Bandara Rembele telah melayani penerbangan perintis dari Bandara Internasional Sultan Iskandar Muda Banda Aceh setiap hari Senin. Selain penerbangan perintis yang dioperasikan oleh maskapai Susi Air, juga tersedia penerbangan dari Bandara Internasional Kualanamu, Deli Serdang setiap hari Selasa, Kamis, dan Sabtu. (Fajar Hakim) Selengkapanya cek di Tabloid Aceh TRANSit Edisi VII Tabloid ACEH TRANSit | Dinas Perhubungan Aceh (acehprov.go.id)

Sungai Alas dengan Seribu Pesona

Sibuk dengan pekerjaan yang tak ada habis-habisnya sehingga membuat pikiran dan tubuhmu lelah serta mood kamu juga jadi berantakan. Aktivitas harian membuat Rakan Moda menjadi semakin jenuh dan lesu bukannya memberi semangat ekstra. Ini pertanda Rakan Moda butuh istirahat sejenak untuk menikmati dan mengumpulkan kembali ion-ion yang hilang. Saatnya, Rakan Moda berwisata agar kembali mengalirkan semangat dan kreativitas Rakan Moda bersama aliran darah yang lancar. Perjalanan Menuju Ketambe Berjarak 32,5 kilometer dari pusat kota Kutacane yang berada di bagian tenggara Provinsi Aceh, tepatnya di kawasan hutan lindung Leuser merupakan bagian dari pegunungan Bukit Barisan. Di sini terdapat sebuah kecamatan yang berbatasan langsung dengan kawasan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL). Ketambe begitulah nama kawasan yang merupakan habitat dari berbagai macam satwa seperti burung dan orang utan. Ketambe yang masih asri dan terlindungi, menjadi pusat penelitian satwa, khususnya Orang Utan Sumatera. Perjalanan menuju Ketambe mempertontonkan hamparan hijau perbukitan serta aliran sungai di sisi lainnya akan menambah ketakjuban pada bentang alam Aceh ini. Perjalanan ini memakan waktu 30 menit dari pusat kota Kutacane. Jika berangkat dari Kota Medan  melalui jalur daratan tinggi Karo dengan estimasi perjalanan sekitar 6 hingga 7 jam. Jalan aspal menuju Ketambe dipenuhi dengan kelokan-kelokan yang cukup tajam khas jalan pegunungan, serta kondisi jalannya tidak terlalu lebar, membuat pengendara mobil harus lebih waspada dan berhati-hati. Yang tak kalah serunya lagi, aliran sungai terpanjang di Aceh ini membentang sejajar garis jalan. Sungai Alas sebutannya, sungai ini membelah kawasan lindung ini dan juga kerap menjadi tempat bermain ayunan orang utan, bergelantungan dari pohon yang satu menuju pohon lainnya. Daya Tarik Sepanjang Sungai Alas Sepanjang Sungai Alas terbentang kawasan hutan hujan yang menjadi tempat hidup berbagai ekosistem. Untuk menjelajahi hutan hujan ini sebaiknya ditemani oleh seorang guide. Di dalam hutan, Rakan Moda akan menapaki jalan setapak di antara rindangnya pepohonan, udaranya begitu sejuk. Kegiatan ini pas banget bagi yang suka dengan petualangan. Selain orang utan, juga terdapat satwa-satwa lain yang dengan bebasnya hidup di kawasan hutan Ketambe ini, seperti monyet, rusa atau sesekali muncul harimau sumatera pada saat malam hari. Mereka dapat berkeliaran tanpa diganggu oleh tangan jahil manusia. Menguji Adrenalin di Sungai Alas Jalur yang sempurna untuk kamu para pecinta alam yang senang dengan kegiatan yang penuh petualangan, karena Sungai Alas memiliki arus yang cukup deras serta kelokan yang akan membuat jantungmu bisa berdegup kencang. Sungai Alas ini membelah Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) dan melintasi beberapa daerah, otomatis kamu akan menyaksikan pemandangan alam yang luar biasa menakjubkan. Rakan Moda akan mendapatkan keseruan ketika melakukan kegiatan rafting apalagi jika dilakukan bersamaan dengan kawan seperjuangan. Kegiatan rafting atau arung jeram dapat kamu lakukan di Ketambe yang akan memberikan kamu sensasi rafting dengan menyusuri Sungai Alas sejauh 50 km dengan estimasi waktu 3 jam lamanya. Terapi Alam di sekitar Sungai Alas Setelah Rakan Moda puas mengeksplor kawasan Ketambe, bersantailah dengan menikmati air panas di pemandian yang berada dekat dengan aliran sungai. Uap atau asap mengepul halus di atas pemandian tersebut menambah relaksasi tubuh dan juga mental untuk kembali pada rutinitas. Berkunjung ke Ketambe tak cukup jika hanya menghabiskan waktu beberapa jam saja, Rakan Moda perlu menginap di sekitar lokasi wisata, terdapat beberapa penginapan atau homestay yang berada di pinggir jalan, tempatnya nyaman untuk ditinggali. Pemilik pondok biasanya menawarkan paket wisata adventure. Selamat liburan Rakan! Jangan lupa patuhi aturan saat perjalanan. (Misqul Syakirah) Selengkapanya cek di Tabloid Aceh TRANSit Edisi VII Tabloid ACEH TRANSit | Dinas Perhubungan Aceh (acehprov.go.id)

Bagaimana Tarif Tiket Kapal Ditetapkan?

Sebagai salah satu sarana transportasi sungai, danau dan penyeberangan, KMP Aceh Hebat dalam pengoperasiannya memerlukan biaya operasional yang harus dikeluarkan oleh pengelola jasa angkutan penyeberangan atau biasa disebut Badan Usaha Angkutan Penyeberangan. Biaya operasional kapal tersebut yang telah ditambah dengan biaya lain lalu dibebankan kepada calon pengguna jasa dalam bentuk tarif angkutan penyeberangan. Sebenarnya bagaimana cara perhitungan tarif tersebut? Tarif angkutan penyeberangan sendiri merupakan nilai yang harus dibayarkan oleh pengguna jasa atas pelayanan yang diperoleh pada suatu lintas tertentu. Mekanisme perhitungan tarif ini dihitung berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan No. 66 Tahun 2019 Tentang Mekanisme Penetapan dan Formulasi Perhitungan Tarif Angkutan Penyeberangan. Peraturan ini mengatur penetapan tarif angkutan penyeberangan untuk kelas ekonomi, sedangkan untuk kelas non-ekonomi, perhitungan tarif diserahkan kepada mekanisme pasar yang ada di masing-masing badan usaha angkutan penyeberangan. Tarif yang dibebankan kepada calon pengguna jasa tersebut, ditetapkan oleh Menteri Perhubungan melalui Keputusan Menteri untuk lintasan antar provinsi, Gubernur melalui Peraturan Gubernur untuk lintasan antar kabupaten dalam provinsi dan Bupati/ Walikota melalui Peraturan Bupati/ Walikota untuk lintasan dalam Kab/Kota. Setiap calon pengguna jasa akan dibebankan tarif menurut jenis dan golongan kendaraan (Golongan I s.d. IX) yang digunakan berdasarkan panjang lintasan dikali bobot satuan unit produksi (SUP) yang dinyatakan dalam rupiah per-mil laut. Satuan Unit Produksi sendiri merupakan biaya yang dikeluarkan dalam operasional kapal yang dihitung dari komponen biaya dikalikan dengan bobot dalam satu tahun operasional yang dibagi jumlah hari operasional kapal. Tarif ini dapat mengalami kenaikan maupun penurunan secara berkala minimal 1 tahun sekali sejak tarif terakhir ditetapkan hingga mencapai 100 persen dari biaya produksi. Pengajuan kenaikan tarif ini dilakukan oleh Asosiasi Badan Usaha Angkutan Penyeberangan kepada instansi yang berwenang dengan melampirkan berkas-berkas pendukung yang diperlukan. Kemudian akan dilaksanakan pembahasan dan tarif baru wajib ditetapkan maksimal 14 hari sejak persyaratan dinyatakan lengkap. Dari penjabaran di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa perhitungan tarif dihitung berdasarkan jarak lintasan kapal, bukan berdasarkan jenis dan tahun kapal. Hal ini diputuskan dengan pertimbangan kesamaan kualitas pelayanan antar badan usaha serta mengurangi monopoli dan ketimpangan usaha. Pada pelayanan jasa angkutan penyeberangan di Aceh yang terdiri dari 7 lintasan utama, operasional angkutan dilaksanakan oleh PT. ASDP Indonesia Ferry dan PT. Subsea Lintas Globalindo. Tarif lintasan ini ditetapkan melalui Peraturan Gubernur Aceh Nomor 70 Tahun 2019, yang mengatur tarif angkutan penyeberangan untuk kelas ekonomi antar kabupaten/ kota di Aceh. Peraturan ini merupakan perubahan kedua dari Pergub Aceh No. 5 Tahun 2015 yang berarti tarif angkutan penyeberangan di Aceh telah mengalami dua kali perubahan sejak pertama kali ditetapkan. Proses pengajuan penyesuaian tarif diajukan oleh PT. ASDP Indonesia Ferry kepada Dinas Perhubungan Aceh pada trimester terakhir 2018. Namun, kala itu belum tercapai titik temu antara pemerintah dengan badan usaha sehingga pembahasan sempat tertunda hingga Agustus 2019. Pertimbangan kenaikan tarif ini, menurut Syamsudin, General Manager PT. ASDP Indonesia Ferry Cabang Banda Aceh dikarenakan biaya produksi tiap SUP semakin tinggi, “Naiknya biaya produksi operasional kapal mengharuskan kami untuk melakukan penyesuaian tarif demi optimalnya pelayanan jasa penyeberangan.” imbuhnya. Setelah pembahasan yang dilakukan oleh Dinas Perhubungan Aceh, PT. ASDP Indonesia Ferry Cabang Banda Aceh, PT. ASDP Indonesia Ferry Cabang Aceh Singkil, Asuransi Jasa Raharja serta akademisi selesai dan persyaratan dinyatakan lengkap, maka Dinas Perhubungan Aceh mengajukan draf peraturan penyesuaian tarif kepada gubernur untuk kemudian diundangkan pada November 2019, sekitar satu tahun sebelum KMP Aceh Hebat resmi beroperasi. Syamsudin menambahkan, penyesuaian tarif ini membuat tarif angkutan penyeberangan di Aceh mengalami kenaikan yang berkisar antara 10 s.d. 12 persen termasuk asuransi sesuai dengan yang tertuang dalam lampiran Peraturan Gubernur. Lebih lanjut ia menyampaikan, idealnya tarif tersebut biasanya mengalami penyesuaian antara 2 s.d. 4 tahun sekali yang kenaikannya berkisar antara 20-25 persen termasuk asuransi. Kecilnya persentase kenaikan tarif ini disebabkan oleh berbagai faktor dan pertimbangan  seperti aspek sosial ekonomi masyarakat setempat. Setelah penyesuaian tarif resmi ditetapkan, tugas selanjutnya ialah mensosialisasikannya kepada masyarakat pengguna jasa. Perlu usaha yang serius agar tidak terjadi ketimpangan informasi dan gejolak sosial akibat penyesuaian ini. “Kami berharap masyarakat dapat menerima penyesuaian tarif ini demi optimalnya pelayanan operasional angkutan penyeberangan di Aceh, tuturnya”. (Reza Ali Ma’sum) Download 

Pemanfaatan CSR untuk Keselamatan Transportasi

Keselamatan penumpang pada sektor transportasi merupakan faktor utama yang menjadi perhatian seluruh stakeholder perhubungan. Menjamin tersedianya keselamatan pada transportasi tidak bisa dilakukan sendiri. Perlu kerjasama antar mitra kerja dengan konsep saling membantu dan mendukung supaya keselamatan pengguna jasa transportasi dapat terjamin dengan baik. Jasa Raharja Cabang Aceh, sebagai salah satu mitra kerja Dinas Perhubungan Aceh di sektor transportasi, aktif terlibat dalam setiap upaya mendukung penyelenggaraan keselamatan transportasi di Aceh. Sebagai bentuk kepedulian dan wujud bakti terhadap keselamatan transportasi di Aceh, PT. Jasa Raharja Aceh menyalurkan sejumlah fasilitas keselamatan berlayar berupa life buoy dan life jacket yang bersumber dari dana Corporate Social Responsibility (CSR). Di samping bantuan fasilitas keselamatan, PT. Jasa Raharja Aceh juga ikut mendukung kegiatan pemeriksaan kesehatan bagi petugas Pelabuhan Penyeberangan Ulee Lheue Banda Aceh. Dukungan tersebut meliputi pelaksanaan tes urin untuk deteksi narkoba dan rapid test antigen bagi 25 petugas pelabuhan. Kepala PT. Jasa Raharja Aceh, Mulkan, mengungkapkan bahwa bantuan ini merupakan salah satu bentuk tanggung jawab sosial PT. Jasa Raharja Aceh kepada masyarakat pengguna jasa transportasi di Aceh. Ia mengharapkan, andil Jasa Raharja ini mampu berkontribusi dalam menghadirkan pelayanan terbaik bagi masyarakat sehingga dapat mengurangi risiko kecelakaan transportasi.(Amsal Bunaiya) Selengkapanya cek di Tabloid Aceh TRANSit Edisi VII Tabloid ACEH TRANSit | Dinas Perhubungan Aceh (acehprov.go.id)

Jejak 100 Hari Operasional KMP. Aceh Hebat

Sama halnya dengan tahun 2020, tahun 2021 pandemi masih melanda bumi. Dunia transportasi mungkin menjadi sisi “tergalau” karena pandemi. Di satu sisi pergerakan manusia dan barang diharapkan mampu mendongkrak perekonomian. Namun selama pandemi pergerakan malah menjadi pendongkrak masalah yang lebih fatal. Salah satunya berimbas pada pelayaran KMP Aceh Hebat. Banyak momen yang menjadi sebab tidak optimalnya produktivitas di awal keberadaan kapal kebanggaan ini. Meningkatnya kasus Covid-19 di Provinsi Aceh membuat Pemerintah meminta pengelola kapal penyeberangan memperkecil frekuensi operasional ditambah lagi dengan jumlah penumpang dibatasi hanya 50 persen saja. Belum lagi adanya pembatasan pergerakan yang terjadi pada bulan Mei tepatnya pada tanggal 6 s/d 17 Mei 2021. Dimulai dengan rute pelayaran Calang – Sinabang (pp) yang dilayari KMP. Aceh Hebat 1 (KMP. AH 1). Dari awal berlayar, kendala besar terjadi pada pertengahan dan akhir bulan Maret 2021. Pada tanggal 17 dan 18 Maret, KMP. AH 1 sempat mengalami penundaan keberangkatan diakibatkan benturan dan gesekan yang disebabkan arus kuat hingga menyebabkan panel pengait pada rampdoor kapal mengalami kerusakan. Berdasarkan data dari BMKG yang dirillis tanggal 17 Maret 2021 tinggi gelombang di Barat – Selatan Aceh dapat mencapai 2,5 meter dengan potensi hujan dan angin kencang kategori empat yang berbahaya untuk transportasi. Rampdoor kapal Aceh Hebat 1 mengalami kerusakan pada saat merapat ke dermaga di Pelabuhan Calang. Setelah maintenance yang dilakukan oleh pihak PT. ASDP Indonesia Ferry selaku operator kapal, pada tanggal 19 Maret kapal kembali berlayar. Kendala berikutnya terjadi pada tanggal 31 Maret 2021. Tinggi gelombang di perairan Barat – Selatan mencapai ±6 meter yang menyebabkan pihak operator PT. ASDP kembali menunda pelayaran beberapa hari berikutnya. Karakter pelabuhan pantai barat Aceh memang sangat dipengaruhi oleh perubahan kondisi cuaca. Ada penurunan namun ada pula peningkatan. Hingga pada tanggal 2 April pelayaran dilakukan kembali. Namun lonjakan baru terjadi pada saat kondisi cuaca benar-benar stabil dan kondusif, tepatnya tanggal 5 April 2021. Dengan rincian jumlah penumpang melonjak mencapai 134 orang dan mengangkut 63 unit kendaraan. Lonjakan produksi AH 1 berikutnya terjadi menjelang dan setelah pembatasan pergerakan mudik 1442 H. Pembatasan terjadi tanggal 6 s/d 17 Mei 2021. Masyarakat mulai melakukan antisipasi dengan melakukan pelayaran sebelumnya. Tepatnya ada tanggal 30 April, kapal mengangkut 355 orang penumpang dan 102 unit kendaraan, dan pada tanggal 3 Mei dengan membawa 442 orang penumpang dan 198 unit kendaraan. Kemudian masa setelah pembatasan pergerakan juga terjadi lonjakan. Dapat diasumsikan bahwa masyarakat kembali beraktivitas normal. Lonjakan tepatnya terjadi tanggal 30 Mei 2021 menjadi  sebanyak 474 penumpang dan 153 unit kendaraan. Sementara untuk KMP. Aceh Hebat 2 (KMP. AH 2) dengan lintasan Ulee Lheue-Balohan (PP). Lonjakan produksi terjadi pada bulan Mei 2021. Dengan total penumpang mencapai 22.710 orang dan 7.933 unit kendaraan. Dibandingkan dengan produktivitas bulan Januari s/d April yang berada pada angka maksimal 20 ribu penumpang dan 6 ribu unit kendaraan setiap bulannya. Sedangkan penurunan produksi AH 2, dengan jumlah produksi 15 ribu penumpang terjadi di bulan April. Hal tersebut diakibatkan pada awal April kondisi cuaca wilayah Aceh diguyur hujan beserta angin kencang, bahkan tinggi gelombang mencapai ±4 meter. Hal ini pastinya menjadi faktor pertimbangan pelayaran serta pertimbangan penumpang akan keselamatannya. Berbeda lagi yang terjadi pada KMP. Aceh Hebat 3 (KMP. AH 3) dengan rute pelayaran Singkil-Pulau Banyak pulang pergi (PP). Di awal berlayarnya lonjakan terjadi pada tanggal 21 Maret 2021, mencapai 129 orang penumpang. Hal ini sudah memperlihatkan adanya antusias masyarakat Aceh terhadap keberadaan kapal baru ini. Seperti halnya KMP. AH 1, KMP. AH 3 juga mengalami lonjakan setelah Idul Fitri. Tepatnya pada tanggal 19 Mei dengan jumlah penumpang mencapai 164 orang. Sedangkan lonjakan kendaraan yang diangkut terjadi pada tanggal 25 Mei sebanyak 45 unit kendaraan. Para penumpang yang sebagian besar bekerja di sektor  non-formal seperti pedagang sungguh amat bergantung pada transportasi laut ini demi memasok kebutuhan logistik di kepulauan. Berkaitan dengan produktivitas KMP. Aceh Hebat 3, Gubernur Aceh, Nova Iriansyah memberikan tanggapan di sela kunjungan kerjanya ke Kabupaten Aceh Singkil, 5 Juli 2021. Nova menyampaikan bahwa “Saat ini operasional KMP. Aceh Hebat 3 cukup bagus dalam melayani perjalanan ke Pulau Banyak. Lambat laun dengan kehadiran KMP. Aceh Hebat 3 dan promosi yang dilakukan, Insya Allah okupansi kapal terus meningkat”. Gubernur Aceh juga menambahkan, KMP. Aceh Hebat 3 akan mendukung kegiatan investasi di Pulau Banyak, baik mengangkut wisatawan, tenaga kerja, atau masyarakat Singkil sendiri. Data produksi 100 hari awal keberadaan KMP. Aceh Hebat 3 berkembang secara fluktuatif (tidak stabil), dari bulan Maret sampai dengan Juni 2021. Berdasarkan informasi dari nahkoda dan kru kapal, jumlah penumpang di akhir pekan mendekati 100 persen dari kapasitas kapal. Meskipun pada hari biasa masih berkisar 30 hingga 35 persen. Namun demikian kedepannya sangat kita yakini produktivitas kapal semakin melonjak. Mengingat keindahan Pulau Banyak yang mampu menarik Uni Emirat Arab (UEA) untuk berinvestasi dan ikut mendukung pariwisata Pulau Banyak. Dan pada akhirnya diharapkan mampu berpengaruh pada meningkatnya perekonomian dan taraf hidup masyarakat kepulauan. (Rahmi Caesaria Nazir) Download