Dishub

Kawasan Lut Atas

Cuaca hari itu, Sabtu, 3 April 2021 lumayan mendung di wilayah Kabupaten Bener Meriah. Kondisi ini tidak menyurutkan niat kami untuk mengeksplor salah satu destinasi wisata baru yang ada di daerah ini, yaitu Kawasan Lut Atas atau Lut Kucak. Kata Lut dalam bahasa masyarakat setempat diartikan sebagai danau. Dinamakan Lut Atas karena kawasan ini berada pada ketinggian 2.100 mdpl dari permukaan laut. Berbekal informasi yang kami dapatkan dari masyarakat setempat, kami bergerak menuju Kampung Waq Pondok Sayur, Kecamatan Bukit yang berada di jalan lintas KKA tersebut. Menurut penuturan mereka, di Kawasan Lut Atas ini awalnya terdapat sebuah danau kecil berukuran luas sekitar 8 hektare dengan kondisi yang tidak terurus serta akses jalan yang belum tersedia. Ternyata cerita mereka benar adanya, akses jalan menuju Kawasan Lut Atas ini sangat menantang. Kondisi jalan yang belum teraspal sangat menyulitkan kendaraan roda empat yang kami kendarai untuk mendaki setiap tanjakannya. Kami hampir kehilangan asa dan menyerah dengan keadaan. Namun rasa penasaran yang begitu kuat untuk menikmati keindahan alam yang ada di Lut Atas kembali memompa tekad kami. Kami pun melanjutkan pendakian. Setelah bergelut dengan jalan yang terjal dan berbatu, akhirnya kami tiba di puncak Kawasan Lut Atas. Subhanallah, pemandangan yang disuguhkan di sini seakan mengobati semua perjuangan yang telah dilalui. Bertarung dengan jalanan yang berkelok tajam sejauh lebih kurang 3 kilometer terbayar lunas dengan pemandangan pepohonan dan awan yang mengelilinginya. Yang tidak kalah serunya adalah udara sejuk langsung menghampiri ketika pertama kali kami menginjakkan kaki di Kawasan Lut Atas. Bagi pengunjung Kawasan Lut Atas, cukup membayar Rp 10.000,- untuk tiket masuk kendaraan roda empat, sedangkan roda dua hanya Rp. 5.000,- saja. Retribusi yang dibayarkan oleh pengunjung tentu sangat berguna bagi perawatan dan peningkatan infrastruktur destinasi wisata ini ke depan. Wilayah ini telah diserahkan pengelolaannya oleh Pemerintah Kabupaten Bener Meriah pada 27 Januari 2021 kepada Lembaga Pengelola Hutan Desa (LPHD) Kampung Waq Pondok Sayur. Pengelolaan destinasi wisata seperti ini oleh pihak desa diharapkan dapat dirawat sebaik mungkin dan berdampak bagi perekonomian masyarakat setempat. Sebelum menjelajah lebih jauh Kawasan Lut Atas ini, kami beristirahat sejenak di salah satu bilik yang tersedia di sini. Kami juga membeli minuman dan makanan pada sebuah kios kecil yang berada di lokasi Lut Atas. Dari penjual tersebut kami menggali lebih banyak informasi terkait Lut Atas. Ia mengungkapkan, kawasan ini yang biasanya ramai pengunjung pada hari libur, Sabtu, dan Minggu. Dulunya,masyarakat memanfaatkan tempat untuk memancing, ada sejumlah ikan endemik di kawasan danau ini, seperti ikan gabus dan ikan lele lokal yang biasa disebut emut oleh mereka. Selain untuk memancing, di sekitar daerah ini juga banyak warga yang memanfaatkan lahan untuk berkebun. Makanya tak heran, saat perjalanan menuju ke sini, kami banyak melihat hamparan lahan yang ditanami sayur-sayuran, kentang, bunga kol, wortel, cabai, tomat, dan bawang. Ada juga masyarakat yang sedang mengangkut hasil kebun mereka ke dalam mobil pick-up atau ke atas roda dua untuk dibawa turun ke desa. Di danau atas ini, kami berswafoto ria dengan view gunung hutan lindung yang sangat indah. Selain berfoto di sejumlah spot yang sangat bagus di sini, kami juga berkeliling sambil menikmati keindahan panorama gunung Burni Telong yang sangat menawan. Bagi Rakan Moda yang ingin merasakan sensasi keindahan alam Kawasan Lut Atas, Rakan perlu menempuh perjalanan darat dari Banda Aceh ke Kecamatan Bukit, Kabupaten Bener Meriah sejauh 305 kilometer, atau sekitar enam jam perjalanan darat. Rakan bisa menggunakan kendaraan pribadi atau memanfaatkan jasa angkutan umum dari Banda Aceh. Dari terminal, Rakan dapat menyewa mobil atau kendaraan roda dua untuk menuju ke Kawasan Lut Atas. Selain jalur darat, Rakan juga bisa memanfaatkan jasa transportasi udara yang ada di Bandara Rembele Bener Meriah. Dari bandara ini, Rakan bisa meneruskan perjalanan sejauh 6,4 kilometer atau selama 11 menit menuju Kampung Waq Pondok Sayur menggunakan kendaraan sewa. Saat ini, Bandara Rembele telah melayani penerbangan perintis dari Bandara Internasional Sultan Iskandar Muda Banda Aceh setiap hari Senin. Selain penerbangan perintis yang dioperasikan oleh maskapai Susi Air, juga tersedia penerbangan dari Bandara Internasional Kualanamu, Deli Serdang setiap hari Selasa, Kamis, dan Sabtu. (Fajar Hakim) Selengkapanya cek di Tabloid Aceh TRANSit Edisi VII Tabloid ACEH TRANSit | Dinas Perhubungan Aceh (acehprov.go.id)

Sungai Alas dengan Seribu Pesona

Sibuk dengan pekerjaan yang tak ada habis-habisnya sehingga membuat pikiran dan tubuhmu lelah serta mood kamu juga jadi berantakan. Aktivitas harian membuat Rakan Moda menjadi semakin jenuh dan lesu bukannya memberi semangat ekstra. Ini pertanda Rakan Moda butuh istirahat sejenak untuk menikmati dan mengumpulkan kembali ion-ion yang hilang. Saatnya, Rakan Moda berwisata agar kembali mengalirkan semangat dan kreativitas Rakan Moda bersama aliran darah yang lancar. Perjalanan Menuju Ketambe Berjarak 32,5 kilometer dari pusat kota Kutacane yang berada di bagian tenggara Provinsi Aceh, tepatnya di kawasan hutan lindung Leuser merupakan bagian dari pegunungan Bukit Barisan. Di sini terdapat sebuah kecamatan yang berbatasan langsung dengan kawasan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL). Ketambe begitulah nama kawasan yang merupakan habitat dari berbagai macam satwa seperti burung dan orang utan. Ketambe yang masih asri dan terlindungi, menjadi pusat penelitian satwa, khususnya Orang Utan Sumatera. Perjalanan menuju Ketambe mempertontonkan hamparan hijau perbukitan serta aliran sungai di sisi lainnya akan menambah ketakjuban pada bentang alam Aceh ini. Perjalanan ini memakan waktu 30 menit dari pusat kota Kutacane. Jika berangkat dari Kota Medan  melalui jalur daratan tinggi Karo dengan estimasi perjalanan sekitar 6 hingga 7 jam. Jalan aspal menuju Ketambe dipenuhi dengan kelokan-kelokan yang cukup tajam khas jalan pegunungan, serta kondisi jalannya tidak terlalu lebar, membuat pengendara mobil harus lebih waspada dan berhati-hati. Yang tak kalah serunya lagi, aliran sungai terpanjang di Aceh ini membentang sejajar garis jalan. Sungai Alas sebutannya, sungai ini membelah kawasan lindung ini dan juga kerap menjadi tempat bermain ayunan orang utan, bergelantungan dari pohon yang satu menuju pohon lainnya. Daya Tarik Sepanjang Sungai Alas Sepanjang Sungai Alas terbentang kawasan hutan hujan yang menjadi tempat hidup berbagai ekosistem. Untuk menjelajahi hutan hujan ini sebaiknya ditemani oleh seorang guide. Di dalam hutan, Rakan Moda akan menapaki jalan setapak di antara rindangnya pepohonan, udaranya begitu sejuk. Kegiatan ini pas banget bagi yang suka dengan petualangan. Selain orang utan, juga terdapat satwa-satwa lain yang dengan bebasnya hidup di kawasan hutan Ketambe ini, seperti monyet, rusa atau sesekali muncul harimau sumatera pada saat malam hari. Mereka dapat berkeliaran tanpa diganggu oleh tangan jahil manusia. Menguji Adrenalin di Sungai Alas Jalur yang sempurna untuk kamu para pecinta alam yang senang dengan kegiatan yang penuh petualangan, karena Sungai Alas memiliki arus yang cukup deras serta kelokan yang akan membuat jantungmu bisa berdegup kencang. Sungai Alas ini membelah Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) dan melintasi beberapa daerah, otomatis kamu akan menyaksikan pemandangan alam yang luar biasa menakjubkan. Rakan Moda akan mendapatkan keseruan ketika melakukan kegiatan rafting apalagi jika dilakukan bersamaan dengan kawan seperjuangan. Kegiatan rafting atau arung jeram dapat kamu lakukan di Ketambe yang akan memberikan kamu sensasi rafting dengan menyusuri Sungai Alas sejauh 50 km dengan estimasi waktu 3 jam lamanya. Terapi Alam di sekitar Sungai Alas Setelah Rakan Moda puas mengeksplor kawasan Ketambe, bersantailah dengan menikmati air panas di pemandian yang berada dekat dengan aliran sungai. Uap atau asap mengepul halus di atas pemandian tersebut menambah relaksasi tubuh dan juga mental untuk kembali pada rutinitas. Berkunjung ke Ketambe tak cukup jika hanya menghabiskan waktu beberapa jam saja, Rakan Moda perlu menginap di sekitar lokasi wisata, terdapat beberapa penginapan atau homestay yang berada di pinggir jalan, tempatnya nyaman untuk ditinggali. Pemilik pondok biasanya menawarkan paket wisata adventure. Selamat liburan Rakan! Jangan lupa patuhi aturan saat perjalanan. (Misqul Syakirah) Selengkapanya cek di Tabloid Aceh TRANSit Edisi VII Tabloid ACEH TRANSit | Dinas Perhubungan Aceh (acehprov.go.id)

Bagaimana Tarif Tiket Kapal Ditetapkan?

Sebagai salah satu sarana transportasi sungai, danau dan penyeberangan, KMP Aceh Hebat dalam pengoperasiannya memerlukan biaya operasional yang harus dikeluarkan oleh pengelola jasa angkutan penyeberangan atau biasa disebut Badan Usaha Angkutan Penyeberangan. Biaya operasional kapal tersebut yang telah ditambah dengan biaya lain lalu dibebankan kepada calon pengguna jasa dalam bentuk tarif angkutan penyeberangan. Sebenarnya bagaimana cara perhitungan tarif tersebut? Tarif angkutan penyeberangan sendiri merupakan nilai yang harus dibayarkan oleh pengguna jasa atas pelayanan yang diperoleh pada suatu lintas tertentu. Mekanisme perhitungan tarif ini dihitung berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan No. 66 Tahun 2019 Tentang Mekanisme Penetapan dan Formulasi Perhitungan Tarif Angkutan Penyeberangan. Peraturan ini mengatur penetapan tarif angkutan penyeberangan untuk kelas ekonomi, sedangkan untuk kelas non-ekonomi, perhitungan tarif diserahkan kepada mekanisme pasar yang ada di masing-masing badan usaha angkutan penyeberangan. Tarif yang dibebankan kepada calon pengguna jasa tersebut, ditetapkan oleh Menteri Perhubungan melalui Keputusan Menteri untuk lintasan antar provinsi, Gubernur melalui Peraturan Gubernur untuk lintasan antar kabupaten dalam provinsi dan Bupati/ Walikota melalui Peraturan Bupati/ Walikota untuk lintasan dalam Kab/Kota. Setiap calon pengguna jasa akan dibebankan tarif menurut jenis dan golongan kendaraan (Golongan I s.d. IX) yang digunakan berdasarkan panjang lintasan dikali bobot satuan unit produksi (SUP) yang dinyatakan dalam rupiah per-mil laut. Satuan Unit Produksi sendiri merupakan biaya yang dikeluarkan dalam operasional kapal yang dihitung dari komponen biaya dikalikan dengan bobot dalam satu tahun operasional yang dibagi jumlah hari operasional kapal. Tarif ini dapat mengalami kenaikan maupun penurunan secara berkala minimal 1 tahun sekali sejak tarif terakhir ditetapkan hingga mencapai 100 persen dari biaya produksi. Pengajuan kenaikan tarif ini dilakukan oleh Asosiasi Badan Usaha Angkutan Penyeberangan kepada instansi yang berwenang dengan melampirkan berkas-berkas pendukung yang diperlukan. Kemudian akan dilaksanakan pembahasan dan tarif baru wajib ditetapkan maksimal 14 hari sejak persyaratan dinyatakan lengkap. Dari penjabaran di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa perhitungan tarif dihitung berdasarkan jarak lintasan kapal, bukan berdasarkan jenis dan tahun kapal. Hal ini diputuskan dengan pertimbangan kesamaan kualitas pelayanan antar badan usaha serta mengurangi monopoli dan ketimpangan usaha. Pada pelayanan jasa angkutan penyeberangan di Aceh yang terdiri dari 7 lintasan utama, operasional angkutan dilaksanakan oleh PT. ASDP Indonesia Ferry dan PT. Subsea Lintas Globalindo. Tarif lintasan ini ditetapkan melalui Peraturan Gubernur Aceh Nomor 70 Tahun 2019, yang mengatur tarif angkutan penyeberangan untuk kelas ekonomi antar kabupaten/ kota di Aceh. Peraturan ini merupakan perubahan kedua dari Pergub Aceh No. 5 Tahun 2015 yang berarti tarif angkutan penyeberangan di Aceh telah mengalami dua kali perubahan sejak pertama kali ditetapkan. Proses pengajuan penyesuaian tarif diajukan oleh PT. ASDP Indonesia Ferry kepada Dinas Perhubungan Aceh pada trimester terakhir 2018. Namun, kala itu belum tercapai titik temu antara pemerintah dengan badan usaha sehingga pembahasan sempat tertunda hingga Agustus 2019. Pertimbangan kenaikan tarif ini, menurut Syamsudin, General Manager PT. ASDP Indonesia Ferry Cabang Banda Aceh dikarenakan biaya produksi tiap SUP semakin tinggi, “Naiknya biaya produksi operasional kapal mengharuskan kami untuk melakukan penyesuaian tarif demi optimalnya pelayanan jasa penyeberangan.” imbuhnya. Setelah pembahasan yang dilakukan oleh Dinas Perhubungan Aceh, PT. ASDP Indonesia Ferry Cabang Banda Aceh, PT. ASDP Indonesia Ferry Cabang Aceh Singkil, Asuransi Jasa Raharja serta akademisi selesai dan persyaratan dinyatakan lengkap, maka Dinas Perhubungan Aceh mengajukan draf peraturan penyesuaian tarif kepada gubernur untuk kemudian diundangkan pada November 2019, sekitar satu tahun sebelum KMP Aceh Hebat resmi beroperasi. Syamsudin menambahkan, penyesuaian tarif ini membuat tarif angkutan penyeberangan di Aceh mengalami kenaikan yang berkisar antara 10 s.d. 12 persen termasuk asuransi sesuai dengan yang tertuang dalam lampiran Peraturan Gubernur. Lebih lanjut ia menyampaikan, idealnya tarif tersebut biasanya mengalami penyesuaian antara 2 s.d. 4 tahun sekali yang kenaikannya berkisar antara 20-25 persen termasuk asuransi. Kecilnya persentase kenaikan tarif ini disebabkan oleh berbagai faktor dan pertimbangan  seperti aspek sosial ekonomi masyarakat setempat. Setelah penyesuaian tarif resmi ditetapkan, tugas selanjutnya ialah mensosialisasikannya kepada masyarakat pengguna jasa. Perlu usaha yang serius agar tidak terjadi ketimpangan informasi dan gejolak sosial akibat penyesuaian ini. “Kami berharap masyarakat dapat menerima penyesuaian tarif ini demi optimalnya pelayanan operasional angkutan penyeberangan di Aceh, tuturnya”. (Reza Ali Ma’sum) Download 

Pemanfaatan CSR untuk Keselamatan Transportasi

Keselamatan penumpang pada sektor transportasi merupakan faktor utama yang menjadi perhatian seluruh stakeholder perhubungan. Menjamin tersedianya keselamatan pada transportasi tidak bisa dilakukan sendiri. Perlu kerjasama antar mitra kerja dengan konsep saling membantu dan mendukung supaya keselamatan pengguna jasa transportasi dapat terjamin dengan baik. Jasa Raharja Cabang Aceh, sebagai salah satu mitra kerja Dinas Perhubungan Aceh di sektor transportasi, aktif terlibat dalam setiap upaya mendukung penyelenggaraan keselamatan transportasi di Aceh. Sebagai bentuk kepedulian dan wujud bakti terhadap keselamatan transportasi di Aceh, PT. Jasa Raharja Aceh menyalurkan sejumlah fasilitas keselamatan berlayar berupa life buoy dan life jacket yang bersumber dari dana Corporate Social Responsibility (CSR). Di samping bantuan fasilitas keselamatan, PT. Jasa Raharja Aceh juga ikut mendukung kegiatan pemeriksaan kesehatan bagi petugas Pelabuhan Penyeberangan Ulee Lheue Banda Aceh. Dukungan tersebut meliputi pelaksanaan tes urin untuk deteksi narkoba dan rapid test antigen bagi 25 petugas pelabuhan. Kepala PT. Jasa Raharja Aceh, Mulkan, mengungkapkan bahwa bantuan ini merupakan salah satu bentuk tanggung jawab sosial PT. Jasa Raharja Aceh kepada masyarakat pengguna jasa transportasi di Aceh. Ia mengharapkan, andil Jasa Raharja ini mampu berkontribusi dalam menghadirkan pelayanan terbaik bagi masyarakat sehingga dapat mengurangi risiko kecelakaan transportasi.(Amsal Bunaiya) Selengkapanya cek di Tabloid Aceh TRANSit Edisi VII Tabloid ACEH TRANSit | Dinas Perhubungan Aceh (acehprov.go.id)

Jejak 100 Hari Operasional KMP. Aceh Hebat

Sama halnya dengan tahun 2020, tahun 2021 pandemi masih melanda bumi. Dunia transportasi mungkin menjadi sisi “tergalau” karena pandemi. Di satu sisi pergerakan manusia dan barang diharapkan mampu mendongkrak perekonomian. Namun selama pandemi pergerakan malah menjadi pendongkrak masalah yang lebih fatal. Salah satunya berimbas pada pelayaran KMP Aceh Hebat. Banyak momen yang menjadi sebab tidak optimalnya produktivitas di awal keberadaan kapal kebanggaan ini. Meningkatnya kasus Covid-19 di Provinsi Aceh membuat Pemerintah meminta pengelola kapal penyeberangan memperkecil frekuensi operasional ditambah lagi dengan jumlah penumpang dibatasi hanya 50 persen saja. Belum lagi adanya pembatasan pergerakan yang terjadi pada bulan Mei tepatnya pada tanggal 6 s/d 17 Mei 2021. Dimulai dengan rute pelayaran Calang – Sinabang (pp) yang dilayari KMP. Aceh Hebat 1 (KMP. AH 1). Dari awal berlayar, kendala besar terjadi pada pertengahan dan akhir bulan Maret 2021. Pada tanggal 17 dan 18 Maret, KMP. AH 1 sempat mengalami penundaan keberangkatan diakibatkan benturan dan gesekan yang disebabkan arus kuat hingga menyebabkan panel pengait pada rampdoor kapal mengalami kerusakan. Berdasarkan data dari BMKG yang dirillis tanggal 17 Maret 2021 tinggi gelombang di Barat – Selatan Aceh dapat mencapai 2,5 meter dengan potensi hujan dan angin kencang kategori empat yang berbahaya untuk transportasi. Rampdoor kapal Aceh Hebat 1 mengalami kerusakan pada saat merapat ke dermaga di Pelabuhan Calang. Setelah maintenance yang dilakukan oleh pihak PT. ASDP Indonesia Ferry selaku operator kapal, pada tanggal 19 Maret kapal kembali berlayar. Kendala berikutnya terjadi pada tanggal 31 Maret 2021. Tinggi gelombang di perairan Barat – Selatan mencapai ±6 meter yang menyebabkan pihak operator PT. ASDP kembali menunda pelayaran beberapa hari berikutnya. Karakter pelabuhan pantai barat Aceh memang sangat dipengaruhi oleh perubahan kondisi cuaca. Ada penurunan namun ada pula peningkatan. Hingga pada tanggal 2 April pelayaran dilakukan kembali. Namun lonjakan baru terjadi pada saat kondisi cuaca benar-benar stabil dan kondusif, tepatnya tanggal 5 April 2021. Dengan rincian jumlah penumpang melonjak mencapai 134 orang dan mengangkut 63 unit kendaraan. Lonjakan produksi AH 1 berikutnya terjadi menjelang dan setelah pembatasan pergerakan mudik 1442 H. Pembatasan terjadi tanggal 6 s/d 17 Mei 2021. Masyarakat mulai melakukan antisipasi dengan melakukan pelayaran sebelumnya. Tepatnya ada tanggal 30 April, kapal mengangkut 355 orang penumpang dan 102 unit kendaraan, dan pada tanggal 3 Mei dengan membawa 442 orang penumpang dan 198 unit kendaraan. Kemudian masa setelah pembatasan pergerakan juga terjadi lonjakan. Dapat diasumsikan bahwa masyarakat kembali beraktivitas normal. Lonjakan tepatnya terjadi tanggal 30 Mei 2021 menjadi  sebanyak 474 penumpang dan 153 unit kendaraan. Sementara untuk KMP. Aceh Hebat 2 (KMP. AH 2) dengan lintasan Ulee Lheue-Balohan (PP). Lonjakan produksi terjadi pada bulan Mei 2021. Dengan total penumpang mencapai 22.710 orang dan 7.933 unit kendaraan. Dibandingkan dengan produktivitas bulan Januari s/d April yang berada pada angka maksimal 20 ribu penumpang dan 6 ribu unit kendaraan setiap bulannya. Sedangkan penurunan produksi AH 2, dengan jumlah produksi 15 ribu penumpang terjadi di bulan April. Hal tersebut diakibatkan pada awal April kondisi cuaca wilayah Aceh diguyur hujan beserta angin kencang, bahkan tinggi gelombang mencapai ±4 meter. Hal ini pastinya menjadi faktor pertimbangan pelayaran serta pertimbangan penumpang akan keselamatannya. Berbeda lagi yang terjadi pada KMP. Aceh Hebat 3 (KMP. AH 3) dengan rute pelayaran Singkil-Pulau Banyak pulang pergi (PP). Di awal berlayarnya lonjakan terjadi pada tanggal 21 Maret 2021, mencapai 129 orang penumpang. Hal ini sudah memperlihatkan adanya antusias masyarakat Aceh terhadap keberadaan kapal baru ini. Seperti halnya KMP. AH 1, KMP. AH 3 juga mengalami lonjakan setelah Idul Fitri. Tepatnya pada tanggal 19 Mei dengan jumlah penumpang mencapai 164 orang. Sedangkan lonjakan kendaraan yang diangkut terjadi pada tanggal 25 Mei sebanyak 45 unit kendaraan. Para penumpang yang sebagian besar bekerja di sektor  non-formal seperti pedagang sungguh amat bergantung pada transportasi laut ini demi memasok kebutuhan logistik di kepulauan. Berkaitan dengan produktivitas KMP. Aceh Hebat 3, Gubernur Aceh, Nova Iriansyah memberikan tanggapan di sela kunjungan kerjanya ke Kabupaten Aceh Singkil, 5 Juli 2021. Nova menyampaikan bahwa “Saat ini operasional KMP. Aceh Hebat 3 cukup bagus dalam melayani perjalanan ke Pulau Banyak. Lambat laun dengan kehadiran KMP. Aceh Hebat 3 dan promosi yang dilakukan, Insya Allah okupansi kapal terus meningkat”. Gubernur Aceh juga menambahkan, KMP. Aceh Hebat 3 akan mendukung kegiatan investasi di Pulau Banyak, baik mengangkut wisatawan, tenaga kerja, atau masyarakat Singkil sendiri. Data produksi 100 hari awal keberadaan KMP. Aceh Hebat 3 berkembang secara fluktuatif (tidak stabil), dari bulan Maret sampai dengan Juni 2021. Berdasarkan informasi dari nahkoda dan kru kapal, jumlah penumpang di akhir pekan mendekati 100 persen dari kapasitas kapal. Meskipun pada hari biasa masih berkisar 30 hingga 35 persen. Namun demikian kedepannya sangat kita yakini produktivitas kapal semakin melonjak. Mengingat keindahan Pulau Banyak yang mampu menarik Uni Emirat Arab (UEA) untuk berinvestasi dan ikut mendukung pariwisata Pulau Banyak. Dan pada akhirnya diharapkan mampu berpengaruh pada meningkatnya perekonomian dan taraf hidup masyarakat kepulauan. (Rahmi Caesaria Nazir) Download 

Pasien Rujukan Pulau Banyak Kini Lebih Mudah

Pelayanan kesehatan menjadi salah satu kebutuhan yang mesti ada dalam lini kehidupan sehari-hari. Kesehatan merupakan harta yang sangat penting untuk menunjang kehidupan yang produktif, karena jika seorang yang mengalami gangguan kesehatan akan menurunkan tingkat produktivitas seseorang. Begitu pun transportasi pelayanan kesehatan merupakan salah satu aspek yang harus terintegrasi dengan pusat layanan yang terpadu. Apalagi, pelayanan kesehatan di wilayah kepulauan yang sangat butuh tranportasi penyeberangan yang terhubung dengan pusat kabupaten dalam kegiatan koordinasi, distribusi kebutuhan kesehatan, keadaan gawat darurat serta aktivitas lainnya yang harus merujuk ke wilayah daratan dengan fasilitas kesehatan yang memadai. Seperti halnya Pulau Banyak yang akan kita ceritakan dalam tulisan ini. Wilayah Pulau Banyak merupakan salah satu kecamatan di Aceh Singkil. Kebiasaannya, fasilitas kesehatan di sana masih sangatlah minim, untuk pemeriksaan lanjutan harus dirujuk ke rumah sakit di pusat kabupaten, yang berada di wilayah daratan, yaitu Singkil. Menyeberang dari Pulau Banyak ke Singkil, pastinya memerlukan kapal penyeberangan yang nyaman dan aman bagi kegiatan pelayanan kesehatan. Seperti pengalaman yang dibagikan oleh seorang dokter yang bertugas sebagai Kepala Puskesmas di Pulau Banyak. Beliaulah dr. Indah Puspita Putri. “Di puskesmas ini kita terdiri dari enam puluh staf, diantaranya dua dokter termasuk dokter gigi. Di sini kita melayani rawat jalan, rawat inap dan pasien rujukan. Kalau pelayanan darurat yang harus rujuk ke kabupaten, kita pakai boat masyarakat, kalau datang cuaca yang nggak bersahabat terpaksa kita harus menunggu. Kasihan memang, namanya kita sakit sebenarnya nggak bisa nunggu, tapi mau bagaimana lagi? Kita hanya bisa mengusahakan seoptimal mungkin,” ujarnya penuh harap. Menurutnya, selama operasional KMP. Aceh Hebat 3 sangat terbantu. Animo masyarakat untuk KMP. Aceh Hebat 3 ini pun terus meningkat. Apalagi jadwal operasionalnya sekarang rutin setiap hari, jika ada pasien rujukan dapat diberangkat segera. Karena, jika naik boat itu kurang aman, fasilitas keselamatannya juga tidak ada. Beda halnya dengan KMP. Aceh Hebat 3, meskipun cuaca musim penghujan dan angin, kapalnya tetap stabil menyeberang. Masyarakat yang menyeberang pun masih nyaman di dalam kapal. Akan tetapi, jika cuaca sangat ekstrem, kapal terpaksa berhenti berlayar, karena ini urusan keselamatan, tidak dapat dipaksakan. Kita sebagai masyarakat pun memaklumi dan menunggu hingga kapal kembali beroperasi. “Cuaca memang menjadi kendala besar untuk pelayaran, apalagi bulan November menjadi puncak cuaca ekstrem. Kita berharap di bulan penghujan, jika bisa, kapal ini jangan naik docking, karena musim yang berubah seperti ini, penyakit sering menyerang masyarakat. Kebutuhan akan pelayanan kesehatan semakin tinggi,” tukasnya. Biasanya, musim penghujan seperti ini, keadaan darurat sering terjadi di malam hari. Jika ada kapal, pasien langsung dirujuk paginya ke Singkil. Jika harus naik boat masyarakat, risiko keselamatan akan menjadi sangat tinggi. Kalau di dalam KMP. Aceh Hebat 3, pasien masih bisa tidur dengan nyaman. “Kita sebagai orang kesehatan, KMP. Aceh Hebat 3 juga menyediakan kamar khusus pasien, yang penting ada tempat tidurnya. Kita dikasih ruang di bawah itu sudah paling bersyukur, karena sayang pasien jika tempatnya kurang nyaman, apalagi waktu menyeberang kurang lebih empat jam. Itu waktu yang melelahkan bagi pasien,” pungkasnya penuh harap. (Misqul Syakirah) Download  Nonton Video KMP Aceh Hebat: Kini Kita Lebih Dekat https://www.youtube.com/watch?v=Lvgzxeva-7M&t=12s

Bersyukur Menjadi Bagian KMP. Aceh Hebat

Kapal penyeberangan Aceh Hebat 1 sudah mulai beroperasi menghubungkan pelabuhan Calang, Aceh Jaya dan pelabuhan Sinabang, kabupaten Simeulue sejak  9 maret 2021 lalu. Menariknya Kapal penyeberangan bernama  Aceh Hebat I ini berisikan sembilan orang kru Anak Buah Kapal (ABK) merupakan putra Aceh Asli. Salah satunya adalah Abdul Rahmad pria lajang berusia 21 tahun asal Kota Sabang, Aceh, yang menjabat sebagai Juru Mudi kapal berbobot 2441 GT ini. Usai menyelesaikan sekolah Politeknik Pelayaran Malahayati, Rahmad  diterima sebuah perusahaan kapal kargo di Pulau Jawa. Setelah beberapa lama bekerja, ia mencoba peruntungan melamar menjadi awak kapal di  bawah naungan BUMN PT ASDP Indonesia Ferry dan diterima menjadi juru mudi pada awal tahun 2021 ini yang ditugaskan di Aceh. Saat Rahmad masih remaja selain bermain bola, pecinta klub Barcelona ini mengisi  hari dengan bekerja menjadi mengantar  air isi ulang ke kapal kapal yang bersandar dipelabuhan Balohan Sabang. Dari sini lah awal ketertarikan Rahmad dengan kapal dan berkeinginan menjadi awak kapal  dan diwujudkan impian dengan masuk sekolah pelayaran di Krueng Raya, Aceh Besar. Padahal dalam keluarganya tidak ada yang berprofesi sebagai awak kapal. Rahmad tentu bukan satu-satunya putra Aceh yang dipercayakan untuk mengawaki tiga Kapal Aceh Hebat mengarungi lautan provinsi terujung Indonesia ini. Karena hampir 60 persen ketiga kapal milik masyarakat Aceh diawaki putra daerah Aceh asli. Dengan komposisi, KMP. Aceh Hebat 1 berjumlah 22 kru ABK, 9 diantaranya putra aceh. KMP Aceh Hebat 2 berjumlah 15 orang ABK, 14 orang ABK merupakan putra Aceh. Selanjutnya kru Aceh Hebat 3 berjumlah 19 orang ABK dan 9 diantaranya putra Aceh. Tentunya dengan diawaki putra daerah, ketiga kapal ini telah  menyerap tenaga kerja lokal. Sehingga diharapkan dapat melayani perjalanan penumpang menuju tempat tujuan dengan baik. Guna meningkatkan pelayanan penumpang di sisi pariwisata Aceh yang tersebar di beberapa pulau dan meningkatkan pendapatan perekonomian masyarakat setempat. Rahmad merasa bangga dan bersyukur bisa bekerja di salah satu kapal milik masyarakat Aceh. Ia memiliki harapan, semoga ke depan semakin banyak putera-putera Aceh yang memiliki kesempatan bekerja di sektor transportasi Aceh. Adapun rute dan jadwal ketiga KMP tersebut adalah sebagai berikut: KMP ACEH HEBAT 1  melayani penyeberangan dari Pelabuhan Calang menuju Pelabuhan Sinabang 2 kali seminggu PP. Satu hari tidak beroperasi untuk perawatan kapal. KMP ACEH HEBAT 2 melayani penyeberangan Pelabuhan Ulee Lheue Banda Aceh – Pelabuhan Balohan Sabang setiap hari, 3 trip perhari. Dan KMP. ACEH HEBAT 3 melayani penyeberangan Pelabuhan Singkil – Pulau Banyak, 5 kali dalam seminggu, 1 trip per hari (PP). Dalam seminggu kapal ini harus berlayar satu kali ke Simeulue untuk melakukan pengisian bahan bakar.(Rizal Syahisa) Selengkapanya cek di Tabloid Aceh TRANSit Edisi VII Tabloid ACEH TRANSit | Dinas Perhubungan Aceh (acehprov.go.id)

Angkutan Udara di Aceh

Kondisi geografis yang beragam serta kerawanan bencana yang tinggi menjadi tantangan dalam mitigasi bencana, dan pemerataan pembangunan serta pertumbuhan ekonomi yang masih terpusat di wilayah ibu kota Provinsi dan Kabupaten/Kota yang berada di wilayah pantai timur Aceh. Angkutan udara menjadi sebuah alternatif yang tidak terelakkan, ditambah lagi Aceh memiliki potensi besar dibidang kedirgantaraan, dimana terdapat 11 Bandara yang tersebar di Kabupaten/kota di Aceh, namun pemanfaatannya belum optimal. Berkaca pada kondisi tersebut, Pemerintah Aceh melalui Dinas Perhubungan Aceh Menyusun dua kajian yaitu kajian kebutuhan transportasi udara dan kajian teknis angkutan udara Aceh. Dari hasil kedua kajian ini didapatkan bahwa Aceh membutuhkan 4 (empat) unit pesawat yang dapat melalui wilayah tebing dan berbukit, dan juga memiliki kemampuan short take off – landing sehingga tidak membutuhkan landasan yang panjang mudah dioperasikan di daerah terpencil sesuai dengan karakteristik beberapa bandara di Aceh untuk kemudian dioperasikan sebagai ambulans udara, angkutan barang/kargo, dan angkutan perintis. Dengan gempa dan tsunami seperti tahun 2004 yang selalu mengancam wilayah pantai barat Aceh dibutuhkan angkutan udara jenis ambulans udara untuk kebutuhan medis dan evakuasi dalam melaksanakan penanggulangan bencana. Pesawat ambulans udara menggunakan konfigurasi khusus dengan kapasitas 9 stretcher, 2 double + 1 single troops seat. Dari hasil kedua kajian tersebut didapatkan bahwa dua unit pesawat dapat mengevakuasi sebanyak 144 orang/hari dengan asumsi loading/unloading time ≈ 1 jam dan kecepatan pesawat 180 Knots. Disamping kesiapsiagaan bencana, kebutuhan akan pengiriman hasil alam juga sama pentingnya. Kinerja ekspor perikanan Provinsi Aceh terus mengalami peningkatan yang sangat signifikan, hanya saja pergerakan kargo menggunankan transportasi darat dan laut membutuhkan waktu yang lebih lama. Simulasi pergerakan kargo menggunakan pesawat yang dilakukan dengan asumsi pesawat memiliki maksimum payload sebesar 2,3 ton/keberangkatan dengan kecepatan 180 knots, didapatkan bahwa 6,90 Ton potensi hasil perikanan Aceh dapat terangkut dalam waktu kurang lebih 4 jam dari tiga wilayah yang berbeda. Hal ini tentu dapat meningkatkan nilai jual dari hasil sektor perikanan Aceh. Dalam penyelenggaraan aktivitas pemerintahan, mobilitas tinggi dari kabupaten/kota menuju ibukota Provinsi Aceh sangat tinggi. Kedua kajian yang dilakukan mencoba mensimulasikan beberapa rute penerbangan perintis dari beberapa wilayah di Aceh untuk menekan waktu tempuh ke Banda Aceh hingga kurang dari 6 jam perjalanan dengan estimasi utilisasi angkutan udara sebesar 1,106 jam/tahun. Selain itu, beberapa rute penerbangan perintis juga beririsan dan saling melengkapi dengan rute pariwisata potensial dalam wilayah Aceh serta mendukung potensi rute  Internasional yaitu: Sabang – Phuket dan Sabang – Langkawi sebagai penguatan Kerjasama Indonesia – Malaysia – Thailand Golden Triangle (IMT-GT) dibidang pariwisata. Kedua kajian tentang angkutan udara ini dilakukan untuk dapat memberikan gambaran kebutuhan dan potensi angkutan udara dalam mengembangkan wilayah Aceh dengan seluruh potensinya, baik potensi wisata, perikanan, perkebunan, dan lainnya demi peningkatan sosial perekonomian masyarakat Aceh. (Arrad Iskandar) Selengkapanya cek di Tabloid Aceh TRANSit Edisi VII Tabloid ACEH TRANSit | Dinas Perhubungan Aceh (acehprov.go.id) Simak Video Bandara Patiambang Gayo Lues

Optimisme Kebangkitan Pariwisata Aceh

Pandemi Covid-19 menjadi sebuah tantangan besar bagi pergerakan ekonomi Indonesia dan dunia. Dengan mendorong sektor pariwisata untuk kembali bergeliat, maka beberapa sektor lain pun akan turut kembali bernafas seperti misalnya sektor kuliner, seni dan budaya, transportasi, migas, energi, dan tentunya sektor UMKM. Aceh salah satu provinsi di Indonesia yang juga memiliki  cukup banyak potensi destinasi wisata kepulauan dengan panorama yang begitu indah, cukup  mengundang minat wisatawan untuk menikmatinya,  juga terdapat hasil alam dan hasil laut  daerah yang cukup berpotensi meningkatkan devisa daerah tersebut, sudah sewajarnya Aceh butuh alat transpotasi kapal baru guna mewujudkan transportasi berkeadilan yang setara dengan wilayah daratan. Untuk itu, Pemerintah Aceh melalui Dinas Perhubungan pada tahun 2019 lalu telah melakukan membangun kapal baru. Pada akhir 2020 ketiga kapal baru tersebut pun telah didatangkan dari galangannya dan diberi nama KMP. Aceh Hebat 1, 2 dan 3. (KMP. AH-1, AH-2 dan AH-3). Guna mempercepat proses mengurangi kesenjangan konektivitas antar pulau maka pada awal 2021 ketiga kapal tersebut resmi diluncurkan oleh Pemerintah Aceh dalam hal ini Nova Iriansyah didampingi Kadishub Aceh Junaidi. beserta unsur instansi terkait dan General Manager PT. ASDP Cabang Banda Aceh meresmikan pelayaran perdana KMP. AH-2 yang melayani penyeberangan Ulee Lheue-Balohan Sabang pada tanggal 30 Januari 2021 lalu. Selanjutnya pada tanggal 9 Maret 2021 secara bersamaan diresmikan pelayaran perdana KMP. AH-1 di Calang dan KMP. AH-3 di Singkil. Kini ketiga KMP. Aceh Hebat sudah rutin mengarungi lautan Aceh di ketiga rute tersebut. KMP. AH-1 melayani penyeberangan Calang- Sinabang. Penyeberangan pantai barat yang cukup jauh dan padat aktivitas lintas orang dan logistik. Yang tadinya hanya dilayani oleh 1 kapal yakni KMP. Teluk Sinabang. Berarti, kini dengan adanya KMP. AH-1 diharapkan semakin meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat Pulau Simeulue serta arus kunjungan wisata. Sedangkan KMP. AH-3 melayani penyeberangan Singkil – Pulau Banyak. Wilayah pelayaran ini cukup menarik, karena Kabupaten Singkil memiliki destinasi wisata kepulauan yang menawan dan mulai dikenal masyarakat luas yakni kepulauan Pulau Banyak. Untuk meningkatkan jumlah wisatawan dan perekonomian masarakat setempat maka Pemerintah Aceh merasa layak wilayah ini mendapatkan satu kapal baru. Potensi Destinasi wisata Pulau Banyak Singkil Pulau Banyak merupakan wilayah tujuan wisata gugusan puluhan pulau-pulau indah yang memiliki kekhasan panorama berbeda yang sudah mulai dikenal masyarakat luas, berpotensi jadi destinasi wisata pantai yang menguntungkan Provinsi Aceh, khususnya Kabupaten Singkil. Dengan adanya KMP. Aceh Hebat 3. Harapan pelaku wisata setempat untuk maju, besar kemungkinan akan tercapai dalam waktu secepatnya. Diakui oleh Kadisbudpar Singkil Edi Hartono, saat ini dengan adanya KMP. Aceh Hebat 3 mulai terlihat ada kenaikan wisatawan, apalagi ke depan saat ini sudah ada investor dari negara Uni Emirat Arab (UEA) yang ingin membangun fasilitas wisata dibeberapa pulau yang sudah mereka survei Tadinya sarana penyeberangan yang ada menuju Pulau Banyak cuma satu kapal feri yang berlayar seminggu hanya dua kali. Sehingga banyak pelaku ekonomi dan wisatawan menggunakan perahu nelayan setempat yang tentunya sangat beresiko apalagi di saat cuaca tidak bersahabat. “Untuk memenuhi peningkatan minat kunjungan wisatawan ke Pulau Banyak, kalau bisa jadwal kapal feri juga harusnya ada penambahan”, ujar Edi. Semoga harapan ini bisa terwujud dalam waktu dekat. Agar manfaat adanya KMP. AH-3 ini semakin cepat dirasakan oleh pelaku wisata dan masyarakat Kabupaten Singkil dan sekitarnya. Simak Video KMP. Aceh Hebat: Kini Kita Lebih Dekat Senada dengan harapan Edi Hartono, Kadisbudpar Simeulue Asmanuddin juga sangat antusias berharap dengan kehadiran KMP. Aceh Hebat 1 akan menjadi urat nadi peningkatan pariwisata Simeulue. Rivaldi, wisatawan asal Sumatera Utara yang sudah beberapa kali berkunjung ke Pulau Banyak, merasa senang karena baru tahu kalau sudah ada kapal KMP. Aceh Hebat 3 yang berlayar setiap hari pulang pergi (PP) ke Pulau Banyak, sehingga tidak harus berlayar dengan boat nelayan jika kondisi cuaca kurang baik. Rajabuddin, pelaku wisata Sabang yang kesehariannya menyewakan peralatan menyelam di Iboih sangat merasakan dampak positif dengan keberadaan Kapal Aceh Hebat, apalagi ditengah pandemi yang sempat membuat sepi pengunjung di Pulau Weh. Pak Itam, pengusaha wisata di Pulau Banyak, tentu akan merekomendasikan naik Kapal Aceh Hebat kepada calon wisatawan yang ingin menuju Pulau Banyak, karena pasti lebih nyaman. Kegembiraan ini juga disampaikan oleh Wandi, tour guide wisatawan Pulau Banyak, karena sudah ada jadwal penyeberangan yang rutin, wisatawan tidak lagi ragu jika ingin berlibur ke Pulau Banyak. Hampir semua penumpang, baik pelaku ekonomi dan wisata merasa sangat terbantu dengan adanya tiga KMP Aceh Hebat ini.  Mereka berharap semakin bisa meningkatkan perekonomian dan wisata daerah setempat.(Dewi Suswati) Download 

Membenahi Rute, Langkah Awal Tingkatkan Peran AKDP

Kelancaran transportasi di wilayah daratan mengacu pada keteraturan sebuah lintasan/rute yang akan dilayani oleh angkutan umum. Layanan angkutan umum antar daerah memegang peranan penting untuk mewadahi kebutuhan mobilitas masyarakat. Penggunaan angkutan umum juga lebih baik bila dibandingkan dengan penggunaan kendaraan pribadi, karena dapat mengurangi kemacetan dan mendukung keberpihakan pada lingkungan dengan penurunan tingkat emisi. Salah satu bentuk layanan tersebut adalah Angkutan Umum Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP). Istilah AKDP dapat dipahami sebagai angkutan umum berupa otobus atau minibus yang melayani rute antar kota dalam satu provinsi dan penyelenggarannya menjadi kewenangan pemerintah provinsi. Provinsi Aceh dengan luas 58,377 km2 dengan kondisi tata guna lahan yang sebagian besar berupa pemukiman, perkantoran, perdagangan, perindustrian, serta pendidikan, membutuhkan sarana untuk melakukan mobilitas sehingga dalam mencapai tujuan dapat ditempuh dengan waktu yang relatif singkat. Hadirnya pelayanan AKDP bergantung pada konsep “supply and demand”, dimana terdapat potensi pergerakan masyarakat yang tinggi pada suatu daerah, maka biasanya di situlah akan muncul kebutuhan akan angkutan umum. Per tahun 2020, jaringan rute yang ada pada saat ini melayani dengan kondisi eksisting di Provinsi Aceh sebanyak 333. Namun, persebarannya belum merata. Trayek yang melayani angkutan di Lintas Timur sebanyak 64% lebih banyak jumlahnya dibandingkan pada Lintas Barat dan Lintas Tengah yaitu masing-masing sebesar 16 persen dan 20 persen. Selain itu, ada kendaraan yang melebihi permintaan di beberapa trayek, sementara pada trayek lainnya belum ada kendaraan padahal ada permintaan (demand) layanan angkutan umum. Hal ini sering disebut juga dengan “trayek gemuk” dan “trayek kurus”. Umumnya, kondisi demikian terjadi karena di beberapa daerah banyak trayek yang melalui lintasan yang sama sehingga terjadi tumpang tindih. Upaya penertiban perlu dilakukan untuk menghindari turunnya load factor (tingkat keterisian) penumpang dan menghindari persaingan yang tidak sehat antar operator angkutan. Salah satu indikator untuk mengukur kinerja trayek juga dapat dilihat dari ketercapaian load factor penumpang yang dapat mencapai 70 persen. Angkutan Umum Wajib Punya Izin Trayek Idealnya, sesuai dengan peraturan pemerintah yang berlaku, setiap angkutan umum yang beroperasi wajib mengantongi izin trayek. Izin trayek dapat diterbitkan apabila perusahaan angkutan yang mengajukan izin telah memenuhi persyaratan teknis yang ditetapkan, seperti kendaraan yang laik jalan, telah melengkapi dokumen administrasi, dan mengajukan izin pada trayek yang sesuai. Izin trayek berlaku selama lima tahun. Setelah lima tahun, perusahaan dapat melakukan pengajuan kembali. Keabsahan operasional suatu angkutan umum pada trayek tertentu juga dibuktikan dengan Kartu Pengawasan atau KPS yang berlaku selama setahun. Kendaraan yang beroperasi dan telah mengurus KPS sampai dengan tahun 2020 adalah 1889 kendaraan. Meski demikian, pada kenyataannya, masih juga ditemukan angkutan yang beroperasi tanpa izin resmi, bukan pada rute yang seharusnya, atau mengangkut penumpang yang bukan haknya. Hal ini tentu berbahaya bagi keamanan penumpang jika sewaktu-waktu terjadi hal yang tidak diinginkan selama perjalanan karena angkutan umum yang beroperasi secara ilegal tentu tidak memiliki jaminan hukum. Memang, membenahi trayek angkutan umum tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Perlu waktu dan proses yang panjang dan dukungan dari berbagai pihak. Pembenahan trayek hanyalah salah satu dimensi dari banyak hal yang harus ikut diperbaiki. Contohnya adalah perbaikan prasarana penunjang berupa penyelenggaraan terminal tipe B pada titik-titik awal keberangkatan, persinggahan, dan tujuan akhir. Selain itu, ketersediaan moda transportasi perkotaan untuk memudahkan penumpang angkutan umum menjangkau terminal terdekat atau simpul transportasi lainnya yakni pelabuhan, bandar udara, ataupun stasiun kereta api juga masih minim. Terakhir, sinergi yang baik dari semua pihak dan pemantauan secara kontinyu di lapangan merupakan kunci untuk mewujudkan pelayanan angkutan umum yang aman, tepat, nyaman, dan aksesibel. (Melita Nadya) Selengkapnya cek di Tabloid Aceh TRANSit Edisi 7 Tabloid ACEH TRANSit | Dinas Perhubungan Aceh (acehprov.go.id)