Dishub

Terima Kasih Pak Junaidi Atas Dedikasi untuk Dishub Aceh

Terkadang, pertemuan dan perpisahan terjadi terlalu cepat. Namun kenangan dan perasaan tinggal begitu lama. Itulah yang dirasakan oleh segenap keluarga besar Dinas Perhubungan Aceh kala melepas kepergian Bapak Junaidi, Kadishub Aceh periode 2018 – 2022, yang kini menjabat Asisten II Sekretariat Daerah Aceh, pada acara perpisahan yang helat hari ini, Rabu, 2 Februari 2022. Perpisahan yang berlangsung penuh keakraban ini dibuka oleh Sekretaris Dinas Perhubungan Aceh, T Faisal, ST., MT., yang kini menjabat Plt Kepala Dinas Perhubungan Aceh. Faisal, dalam sambutannya menyebutkan, hari ini menjadi hari yang sulit bagi segenap keluarga Dinas Perhubungan Aceh melepas kepergian Pak Junaidi ke tempat kerja baru, setelah 19 tahun berkarya di sektor perhubungan Aceh. Namun, sebutnya lagi, tentu sebuah kebanggaan bagi Dishub Aceh, salah satu kadernya dipercayakan oleh pimpinan ke level yang lebih tinggi. “Bagi saya Pak Jun bukan hanya kolega kerja dan senior, tapi juga sebagai abang sangat sabar, hangat dan tentu sangat inspiratif. Saya belum pernah menemukan pimpinan yang sangat komplit seperti beliau, ilmunya, pengalamannya dan sebagainya,” ungkap Faisal penuh haru. “Terima kasih atas dedikasi dan legacy yang ditinggalkan di Dishub Aceh. Kini sudah sepatutnya tugas kami sebagai penerus melanjutkan estafet pembangunan untuk melahirkan transportasi Aceh yang berkeadilan,” sebutnya. Pada kesempatan yang sama, Junaidi menyampaikan banyak terima kasih kepada keluarga besar Dishub Aceh atas kebersamaan dan keakraban selama ini. Tidak lupa pula, ia memohon maaf atas segala kesalahan, baik sengaja maupun tidak, yang dilakukan selama ini. Ia berpesan kepada seluruh jajaran Dishub Aceh agar tetap semangat dalam memberikan dedikasi terbaik bagi transportasi Aceh. Meskipun, tambahnya, masih butuh waktu dan kerja keras untuk mewujudkan transportasi yang berkeadilan di Aceh. (AM) Simak Video 5 Citra Manusia Perhubungan https://www.youtube.com/watch?v=BaOAPB-bUmU

Usai Sea Trial, KMP. Aceh Hebat 2 Kembali Layani Penumpang

Keselamatan pelayaran merupakan faktor penting dalam pelayanan transportasi penyeberangan. Oleh sebab itu, KMP Aceh Hebat 2, yang baru saja selesai docking/perawatan tahunan, perlu dilakukan serangkaian pengujian dan pemeriksaan sebelum kembali beroperasi. Di antaranya, pelaksanaan sea trial yang diawasi langsung oleh Marine Inspector dari Balai Pengelola Transportasi Darat (BPTD) Wilayah I Aceh, Jumat, 28 Januari 2022. Sea trial meliputi pemeriksaan dan pengujian alat keselamatan, navigasi, performa mesin, dan pemenuhan Syarat Pelayanan Minimum (SPM). Pengujian ini adalah prosedur wajib yang harus dilalui sebelum kapal kembali beroperasi setelah docking tahunan. Seperti diketahui, docking tersebut merupakan proses yang wajib dilakukan sesuai regulasi sebagai salah satu upaya memelihara kapal agar tetap memenuhi persyaratan operasional pelayaran. Aktivitas docking bertujuan untuk memastikan kondisi kapal tetap dalam keadaan baik selama beroperasi. Hal ini tentu saja untuk menjamin keselamatan penumpang, sebagai pengguna jasa, saat kapal berlayar. Setelah selesai proses pengujian, kapal Aceh Hebat 2 langsung berlayar perdana malam ini dari Banda Aceh ke Sabang. Sehingga perjalanan masyarakat maupun wisatawan ke Pulau Weh, Sabang kembali berjalan normal. (AM)

Angkutan Perintis, Memudahkan Mobilitas

Di era kecanggihan teknologi saat ini, dunia sedang bersiap menyambut hadirnya model transportasi baru bernama Hyperloop. Di laman Grid.id disebutkan, Hyperloop mampu memindahkan penumpang menggunakan lonjakan magnet lebih dari 700 mil per jam. Hyperloop digadang-gadang menjadi salah satu transportasi terhebat pada era ini. Euforia kecanggihan teknologi pada ilustrasi di atas masih jauh dari realita yang dihadapi sebagian masyarakat Aceh saat ini. Alih-alih berbicara tentang kemajuan teknologi transportasi, sebagian masyarakat pedalaman dan wilayah terluar Aceh masih harus bergumul dengan pelbagai permasalahan klasik yang lazimnya jadi isu hangat di era 90-an ke belakang. Seperti tidak tersedianya layanan transportasi, susahnya melakukan perjalanan, hingga sulitnya mengakses layanan kesehatan dan pendidikan. Permasalahan itu hanya contoh kecil dari problematika transportasi yang dialami masyarakat, khususnya mereka yang mendiami wilayah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (3T). Masyarakat di pedalaman Kecamatan Simpang Jernih, Kabupaten Aceh Timur misalnya, untuk mengurus pembuatan Kartu Tanda Penduduk (KTP) saja menghabiskan waktu perjalanan (pulang-pergi) sehari ke ibukota kabupaten, Idi Rayeuk. Menurut cerita warga setempat pada 2019 yang lalu, mereka terpaksa menginap di rumah famili di Kuala Simpang bila perjalanan pulang sudah tidak memungkinkan karena takut kemalaman di tengah jalan. Atau contoh lainnya tidak usah jauh-jauh, Pulo Aceh, pulau yang cukup dekat dengan ibukota provinsi, juga masih minim akses transportasi. Keadaan ini tentu menyulitkan masyarakat untuk memperoleh layanan publik yang sudah menjadi hak mereka. Lihat saja berapa kasus orang sakit yang dirujuk paksa dari Pulo Aceh ke Banda Aceh menggunakan boat nelayan yang tidak ramah orang sakit. Belum lagi berita pahit yang sering kita dengar tentang ketidakhadiran guru di kelas disaat dia harusnya mengajar anak-anak di sekolah. Itulah sederet fakta menyedihkan di sekitar kita yang menjadi pekerjaan rumah pemerintah saat ini. Pekerjaan rumah yang saban tahun tak terselesaikan, namun tentu ada progres yang dilakukan karena masalah ini tidak semudah membalikkan telapak tangan. Kita tentu sepakat, transportasi merupakan urat nadi pembangunan suatu daerah. Melalui transportasi, intensifitas pembangunan dan konektivitas wilayah pun akan terjadi. Dinamika ini, secara langsung maupun tidak, akan membuka keterisoliran wilayah, lalu akan berdampak dengan sendirinya pada pertumbuhan ekonomi masyarakat lokal, serta mempermudah akses layanan publik. Berbagai upaya sudah dilakukan pemerintah, salah satunya menyediakan layanan angkutan perintis sebagai bentuk kehadiran negara bagi masyarakat di wilayah 3T. Layanan angkutan perintis berupa penyediaan jasa transportasi yang dioperasikan oleh perusahaan swasta, dan operasionalnya dibiayai oleh pemerintah. Layanan angkutan perintis diharapkan benar-benar berdampak nyata bagi kehidupan masyarakat. Bukan hanya mempermudah mobilitas dan distribusi barang, tapi pada hakikatnya, untuk meningkatkan kualitas hidup mereka menjadi lebih baik. (Amsal Bunaiya) Download Tabloid Aceh TRANSit Edisi 9 Selengkapnya: https://dishub.acehprov.go.id/publikasi-data/aceh-transit/tabloid-transit/

Menakar Capaian Pembangunan Transportasi Aceh

Pembangunan Aceh berlangsung sangat dinamis sejak awal k e m e r d e k a a n Indonesia. Nuansa dan paradigma pembangunan diwarnai oleh suasana konflik tanpa jeda yang berkepanjangan dan silih berganti. Kondisi ini menyebabkan struktur pembangunan di Aceh tidak memiliki pondasi yang kokoh dan cenderung menimbulkan kerawanan ekonomi dan sosial. Di sektor transportasi misalnya, program-program peningkatan aksesibilitas dan konektivitas antar wilayah di Aceh terhambat oleh suasana konflik yang mencekam. Banyak penelitian yang menyimpulkan bahwa konflik Aceh berpengaruh negatif secara keseluruhan terhadap kinerja ekonomi, di mana angka pertumbuhan ekonomi Aceh periode 1990-2005 yaitu -2,5% pertahun dengan laju inflasinya mencapai 17,7% per tahun. Kondisi ini telah memperburuk tingkat kesejahteraan rakyat di mana pelayanan sektor kemiskinan, pendidikan dan kesehatan terus memburuk terutama di wilayah konflik. Pada masa-masa konflik tersebut, cita-cita pembangunan untuk sampai ke pelosok rimba, kawasan terpencil, dan wilayah kepulauan bak angan semata. Namun, qadarullah musibah besar pada akhir tahun 2004 berupa gempa bumi dan tsunami yang meluluhlantakkan Aceh secara fisik, psikologis, dan kelembagaan ternyata telah menghadirkan hikmah yang besar berupa perdamaian yang dihitam-putihkan dalam sebuah Nota Kesepahaman antara Pemerintah Republik Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka yang kemudian dikenal sebagai MoU Helsinki. Saat ini, kesepakatan damai telah menjadi semangat dan inspirasi dalam membangun Aceh. Bahkan secara eksplisit dicantumkan pada poin pertama dalam diktum pertimbangan Qanun Aceh tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Aceh (RPJMA) pada periode 2012-2017 dan 2017- 2022. Sektor perhubungan merupakan salah satu fokus layanan urusan wajib non-dasar yang diamanatkan sebagai satu misi RPJMA periode 2017-2022, yaitu pembangunan dan peningkatan kualitas infrastruktur terintegrasi dan lingkungan yang berkelanjutan. Isu strategis pengembangan infrastruktur dasar dan konektivitas antarwilayah (Aceh Seumeugot) diharapkan dapat menurunkan kesenjangan antar wilayah dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi Aceh sesuai dengan RTRW Aceh, yang pada akhirnya bermuara pada peningkatan kualitas hidup masyarakat Aceh. Dinas Perhubungan (Dishub) Aceh mengambil peran dalam pencapaian misi ke-10 tersebut sebagai salah satu perangkat daerah yang bertanggung jawab terhadap sektor transportasi Aceh, sehingga Visi Gubernur Aceh Terpilih yaitu “Terwujudnya Aceh yang Damai dan Sejahtera Melalui Pemerintahan yang Bersih, Adil dan Melayani” dapat terwujud. Dishub Aceh juga merupakan salah satu perangkat daerah terkait pada misi ke-1 “reformasi birokrasi menuju pemerintahan yang adil, bersih, dan melayani”, serta misi ke-8 “membangun dan mengembangkan sentra-sentra produksi, industri dan industri kreatif yang kompetitif” khususnya mendukung Program Pengembangan Destinasi Pariwisata Aceh. Dishub Aceh berupaya meningkatkan konektivitas antarwilayah melalui strategi peningkatan dan pengembangan subsektor perhubungan darat, laut, dan udara. KMP. Aceh Hebat 1, KMP. Aceh Hebat 2, KMP. Aceh Hebat 3, Angkutan Massal Trans Koetaraja, peningkatan layanan pelabuhan penyeberangan dan terminal tipe B, penataan sistem dan standar pelayanan, serta keterbukaan informasi, merupakan puzzle-puzzle kecil dari cita-cita besar pelayanan transportasi yang berkeadilan untuk memajukan wilayah Aceh secara berimbang. “Tak Ada yang Tak Mungkin” dan “Tak Ada yang Sempurna” adalah dua kalimat yang sering dihadapkan ketika berbicara tentang suatu harapan dan capaian. Pemahaman pemangku kepentingan dan kebijakan terhadap arti pentingnya peran transportasi akan melahirkan dukungan dalam bentuk regulasi, anggaran dan sumber daya manusia, hingga pada akhirnya semua sasaran menjadi logis dan mungkin untuk diimplementasikan. Namun sebaik apapun sebuah rencana, upaya dan kesungguhan pelaksanaannya, tetap saja tidak akan sampai pada hasil yang sempurna. Semua capaian maksimal kita hanyalah pada titik optimal, itupun sebuah titik yang masih akan diperdebatkan berdasarkan perspektif dan kepentingan masing-masing. Lalu bagaimana sikap kita? Menurut kami, suatu capaian yang diraih dengan kesungguhan dan segala keterbatasan harus diapresiasi sebagai sebuah kebanggaan agar setiap orang mendapat reward atas peran dan pengabdiannya. Dan atas keterbatasan dan kegagalan pencapaian titik optimum yang dicita-citakan, maka permohonan maaf adalah upaya terakhir untuk meminta pemakluman atas berbagai kondisi yang perlu dipahami. Wallahuálam (Diana Devi) Download Tabloid Aceh TRANSit Edisi 8 Selengkapnya cek di: https://dishub.acehprov.go.id/publikasi-data/aceh-transit/tabloid-transit/

Berapa Jumlah Penumpang Trans Koetaradja Tahun 2021?

Bus Trans Koetaradja hadir di Banda Aceh sebagai moda transportasi yang melayani perjalanan masyarakat kota untuk berkegiatan sehari-hari. Angkutan massal perkotaan ini menjadi solusi awal mengurai kemacetan di jalan raya yang kian meningkat tahun demi tahun. Saat ini, mayoritas pengguna jasa masih didominasi oleh kalangan pelajar dan mahasiswa. Hal ini terlihat dari data yang muncul pada grafik, di mana jumlah penumpang pada koridor 1 (Pusat Kota – Darussalam) mencapai 435.141 penumpang. Tingginya pengguna jasa Trans Koetaradja pada koridor ini cukup logis, mengingat ramainya mahasiswa yang menimba ilmu pada 2 kampus ternama di Aceh. Lalu bagaimana kondisi pengguna jasa Trans Koetaradja pada koridor lainnya? Dan, kira-kira menurut Rakan Moda, penumpang di koridor lainnya dominasi oleh kalangan mana, ya? Bagikan pendapatnya di kolom komentar, ya! (AM) Selengkapnya Klik Jumlah Penumpang Trans Koetaradja Tahun 2021

Suasana Keseharian Terminal Tipe B Bener Meriah

Terminal Tipe B Bener Meriah menjadi salah satu simpul transportasi darat yang melayani perjalanan masyarakat di wilayah tengah Aceh. Supaya menjadi sarana transportasi yang representatif bagi pelayanan mobilitas masyarakat, Dishub Aceh melalui UPTD Penyelenggaraan Terminal Tipe B telah melakukan berbagai pembenahan pada terminal ini. Selain pembenahan secara fisik, pembenahan juga dilakukan pada tata kelola pelayanan terminal. Pembenahan terminal ini menjadi lebih moderen guna menjawab tantangan yang cukup komplek serta beradaptasi dengan kondisi angkutan umum saat ini. Di samping itu, Dishub Aceh juga berupaya lebih kreatif untuk menghidupkan suasana terminal, seperti pengembangan pelayanan fasilitas berbasis teknologi informasi, serta memperluas fungsi terminal agar dapat juga dijadikan sebagai area publik yang nyaman. (AM)

Kenang 26 Tahun Tenggelamnya KMP Gurita, Ahli Waris Gelar Doa Bersama

Para ahli waris, penumpang, dan kru kapal KMP BRR menggelar doa bersama mengenang 26 tahun tenggelamnya Kapal Penyeberangan KMP Gurita yang terjadi pada 19 Januari 1996 silam. Selain doa bersama, juga dilakukan tabur bunga pada titik lokasi tenggelamnya KMP Gurita dari atas KMP BRR, Rabu, 19 Januari 2022. Peristiwa tenggelamnya KMP Gurita terjadi di perairan Ujoeng Seuke menjelang bulan Ramadhan, tepatnya 3 hari sebelum hari pertama puasa. Saat itu, kapal bertolak dari Pelabuhan Penyeberangan Malahayati, Aceh Besar menuju Pelabuhan Penyeberangan Balohan, Sabang pada pukul 18.45 WIB dengan membawa 378 penumpang. Sebanyak 40 penumpang selamat dari musibah ini. Sedangkan 54 penumpang dinyatakan meninggal, dan 284 lainnya hilang bersama karamnya KMP Gurita. Mari sejenak kita kirimkan doa terbaik kepada para syuhada, semoga mereka ditempatkan pada tempat terbaik di sisi Allah SWT. Amin. (AM)

Tumbuhkan Peduli Lingkungan, Siswa TK Khalifah 3 Bersih-bersih Pelabuhan Ulee Lheue

Tumbuhkan rasa kepedulian terhadap kebersihan lingkungan, TK Khalifah Aceh 3 ajak para siswa melakukan giat bersih-bersih fasilitas publik di Pelabuhan Penyeberangan Ulee Lheue, Rabu, 19 Januari 2022. Program bertajuk Cleanliness Day ini didampingi oleh pengelola pelabuhan dan para guru yang kerap memberikan bimbingan, arahan, maupun pesan moral bagi para siswa untuk selalu peduli terhadap kebersihan lingkungan. Selain mengikuti kegiatan bersih-bersih, 35 siswa yang hadir juga diajak memasuki kapal cepat Express Bahari 2F. Di sana, para siswa diajak berkenalan serta berbincang dengan nahkoda dan kru kapal. Kegiatan edukasi ini juga mengenalkan kepada siswa berbagai instrumen yang ada di dalam kapal, seperti peralatan keselamatan, navigasi, dan lainnya. Setelah dilakukan pembenahan, Pelabuhan Penyeberangan Ulee Lheue kerap kali menjadi tujuan edukasi bagi pelajar tingkat kanak-kanak. Hal ini memang sesuai dengan salah satu tujuan pembenahan dan pengembangan pelabuhan, yaitu menjadikan pelabuhan sebagai sarana transportasi yang ramah bagi publik. (AM) Simak Video KMP. Aceh Hebat 2 Jadi Media Edukasi Siswa TK Khalifah 3

Mahyuni, Putri Sang Nahkoda KMP. Gurita

Bu Yuyun, begitulah perempuan hebat bernama Mahyuni ini akrab disapa. Dia adalah putri dari nahkoda KMP Gurita yang mengalami musibah pada tanggal 19 Januari 1996, tenggelam antara 5 – 6 mil laut dari Perairan Teluk Balohan, Kota Sabang, Aceh. Perempuan kelahiran Sabang 49 tahun yang lalu ini adalah salah satu dari tiga wanita hebat di Indonesia yang mengemban jabatan Supervisor di PT. ASDP Indonesia Ferry Cabang Banda Aceh. Sejak Januari 2021, Yuyun dipercaya menjabat sebagai supervisor lintasan Sabang – Banda Aceh dengan lokasi tugas di Pelabuhan Penyeberangan Balohan Sabang. Supervisor merupakan jabatan yang selama ini lazimnya hanya mampu diemban para pria. Bertugas di pelabuhan, bukanlah sebuah suasana yang asing bagi Mahyuni. Karena sejak kecil dia sering ikut ayahnya, Zaini Djambek, yang merupakan nahkoda KMP Gurita. Maka, bukanlah sesuatu yang asing dan berat ketika Yuyun ikut bergabung dan bertugas di pelabuhan. Yuyun memulai bergabung di ASDP pada tahun 1996 melanjutkan atau menggantikan posisi orang tuanya. Yuyun bergabung di ASDP usai meraih gelar sarjana ekonomi dari Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Sebagai wanita dan ibu rumah-tangga, Yuyun harus pintar-pintar membagi waktu untuk mengurus suaminya Alvian Hasibuan dan putri mereka, Devi Pratiwi. Setiap hari, Yuyun mengawali aktivitas selepas subuh, mempersiapkan keperluan suami dan putrinya sebelum memulai tugas di pelabuhan tepat pukul 8 pagi hingga pukul 6 sore. “Saya juga harus pandai membagi waktu sebaik mungkin antara pekerjaan dan tanggung jawab saya sebagai ibu/istri dalam keluarga,” ungkap Yuyun. Sebagai supervisor wanita di pelabuhan tentu mengalami berbagai suka duka. Dukanya saya sering beradu argumen dengan calon penumpang karena mereka ingin menyeberang tanpa memiliki tiket. “Saya harus menyadarkan penumpang bahwa tiket itu juga untuk pegangan bagi mereka selama dalam pelayaran. Jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan mereka bisa mengklaim asuransi, makanya tiket itu sangat berguna bagi penumpang,” ujar Yuyun. Sementara sukanya, selaku supervisor, Yuyun bisa mengasah jiwa kepemimpinan dalam mengatur anggota, harus tegas dan lugas dalam memimpin. “Saya juga sering berjumpa langsung dengan pejabat di tempat saya bertugas,” ungkap Yuyun kepada Aceh TRANSit di Pelabuhan Penyeberangan Balohan Sabang pada Rabu, 3 November 2021 lalu. Peristiwa tenggelamnya KMP Gurita di perairan Sabang pada tahun 1996 lalu cukup membekas di benak Yuyun. Saat itu Yuyun masih sering berjumpa ayahnya sang nahkoda kapal tersebut. Dalam kenangan Yuyun, pagi Jumat itu bapaknya pamit seperti biasa bertugas. Hingga sekitar pukul 8 malam, Yuyun mendapatkan kabar duka tentang musibah tenggelamnya KMP Gurita, beserta sang nahkoda. Namun semua kenangan itu tidak membuat wanita tangguh ini ragu untuk bergabung pada perusahaan yang bergerak dalam sektor transportasi penyeberangan hingga saat ini. (Rizal Syahisa) Download Tabloid Aceh TRANSit Edisi 8 Selengkapnya: https://dishub.acehprov.go.id/publikasi-data/aceh-transit/tabloid-transit/

Kesehatan dan Keselamatan Kerja Sektor Transportasi Perlu Dijamin

Pada dasarnya budaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) memiliki 4 karakteristik yaitu adanya komitmen pimpinan instansi/perusahaan, kesadaran setiap karyawan, kepatuhan terhadap peraturan dan aturan pelaksanaan, serta adanya tenaga profesional di bidang K3 sebagai akses untuk memberikan pendapat, kritik, dan saran guna perbaikan K3. Setiap pimpinan harus membuat kebijakan, prosedur bekerja, menyediakan Alat Pelindung Diri (APD), dan memotivasi pekerja akan pentingnya K3 sedangkan para pekerja mematuhi kebijakan seperti memakai APD dan bekerja sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP). Selain itu, kunci untuk mencapainya budaya K3 yaitu para pekerja mau menerapkan gaya setiap prosedur K3 dan tidak mengabaikannya sama sekali. Maka, penting sekali keterlibatan semua pihak akan kesadaran, komitmen, dan konsistensi dalam penerapan budaya K3 sehingga menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, dan sehat serta dapat mencegah kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. (AM) Simak Video Kesehatan dan Keselamatan Kerja Penting dan Perlu Dijamin