Dishub

Dishub Aceh Komit Tingkatkan Optimalisasi Pelayanan Publik

BANDA ACEH – Dinas Perhubungan (Dishub) Aceh berkomitmen dan berkontribusi meningkatkan derajat kesehatan dan optimalisasi pelayanan publik. Khususnya bagi masyarakat pengguna jasa transportasi di Aceh. Upaya ini sebagai bentuk penerapan Qanun Aceh Nomor 4 Tahun 2021 tentang Kawasan Tanpa Rokok dan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Hal ini seperti disampaikan Kadishub Aceh T. Faisal dalam sambutannya yang diwakili Kepala Bidang Pengembang Sistem dan Multimoda (PSM) Diana Devi saat membuka Sosialisasi Kawasan Tanpa Rokok dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Prasarana Perhubungan, di Hotel Grand Arabia, Banda Aceh, Senin, 30 Mei 2022. Dilanjutkannya, saat ini keberhasilan pemerintah sebagai penyedia penyelenggara layanan publik tidak hanya dilihat dari terlaksananya kegiatan operasional suatu pelayanan, namun secara terukur dinilai berdasarkan kualitas pelayanan dan tingkat kepuasan pengguna layanan. Tentunya akan berimplikasi pada reward and punishment yang akan diterima oleh unit penyelenggara layanan. Paradigma pelayanan di sektor transportasi perlu terus bertransformasi. Seperti pada aspek kemudahan akses dan informasi, kenyamanan dan kesetaraan pelayanan, serta isu-isu kesehatan dan perlindungan lingkungan. Hal ini sejalan dengan visi Pemerintah Aceh, yaitu Aceh Green. “Kami menitipkan harapan agar kita semua mampu menjadi pelopor dan teladan dalam penerapan peraturan perundangan ini. Khususnya peran kita dalam mengawasi dan mengendalikan sarana, prasarana, dan fasilitas pelayanan transportasi di Aceh,” sebut Devi. Di akhir sambutannya, kegiatan ini diharapkan pula dapat menumbuhkan sinergitas dan harmonisasi dalam mewujudkan pelayanan jasa transportasi yang aman, selamat dan berkelanjutan. Sosialisasi hari ini menghadirkan narasumber Wakil Ketua Pusat Riset Ilmu Sosial dan Budaya (PRISB) Universitas Syiah Kuala, Rizanna Rosemary, SSos, MSi, MHC, PhD, dan Joni, ST, MT, PhD, Kepala Bidang Tata Lingkungan dan Pengendalian Pencemaran Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Aceh. Hadir dalam sosialisasi ini Koordinator Pelabuhan dan Terminal Se-Aceh, General Manajer ASDP Banda Aceh, General Manajer ASDP Aceh Singkil, Perwakilan Harapan Indah, Express Bahari, DAMRI, dan Organda Aceh. Besoknya, peserta akan mengikuti desk pengelolaan lingkungan Pelabuhan Penyeberangan dan Terminal Tipe B se-Aceh. Usai desk, kegiatan dilanjutkan dengan studi lapangan di Pelabuhan Penyeberangan Ulee Lheue Banda Aceh. (MR)

Pemerintah Aceh Jadi Daerah Pertama di Indonesia Pakai Sepeda Motor Listrik

BANDA ACEH – Pemerintah Aceh menjadi daerah pertama di Indonesia yang menggunakan sepeda motor listrik untuk operasional kedinasan. Hal ini terbukti dengan penyerahan sepeda motor listrik kepada petugas pengumpul data perindustrian dan survei kebutuhan pokok di 23 Kabupaten/Kota oleh Gubernur Aceh, Nova Iriansyah, Jumat, 27 Mei 2022. Sepeda motor listrik buatan dalam negeri ini, sebut Nova, akan digunakan oleh Tim dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan di setiap Kabupaten/Kota untuk mendata usaha perdagangan dan industri yang ada di setiap daerah di Aceh. Pemerintah Aceh memilih kendaraan berdaya listrik sebagai kendaraan operasional tentunya dengan alasan yang cukup jelas. Menurut Nova, selain untuk menghemat biaya dan mempermudah kinerja, pemilihan motor listrik Gesits ini sebagai bentuk apresiasi terhadap karya anak bangsa. Tidak kalah pentingnya, tambah Nova, penggunaan sepeda motor ini juga sebagai bentuk pengenalan kepada masyarakat Aceh tentang kendaraan hemat energi dan bersih lingkungan. Menurut Nova, penggunaan kendaraan listrik ini merupakan inovasi kecil untuk menuju lompatan besar di masa depan. Ia juga mendorong percepatan terbitnya regulasi yang mengatur penggunaan kendaraan listrik untuk operasional kedinasan khususnya di lingkup Pemerintah Aceh. “Dengan demikian, nantinya kita siap berpartisipasi mendukung operasional seluruh kendaraan bertenaga listrik di Indonesia pada tahun 2050,” sebut Nova. Di samping itu, Nova bersyukur dan mengapresiasi PT PLN Wilayah Aceh yang telah menyiapkan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) di sejumlah titik di Aceh untuk kelancaran operasional lapangan. Di antaranya, SPKLU di Kantor Induk PT PLN Wilayah Aceh yang telah diresmikan beberapa waktu lalu oleh Kadishub Aceh, Teuku Faisal, mewakili Gubernur Aceh. Fasilitas yang telah tersedia ini nantinya bisa dimanfaatkan oleh petugas yang berada di daerah untuk pengecasan baterai sepeda motor. “Saya mengucapkan terima kasih kepada GM PT PLN Wilayah Aceh atas dukungan ini. Semoga kerjasama seperti ini dapat terus kita tingkatkan di masa depan,” ungkap Nova. Selepas penyerahan secara simbolis, Nova bersama Direktur Lalu Lintas Polda Aceh, Dicky Sondani, dan sejumlah tamu yang hadir ikut menjajal kehebatan sepeda motor listrik Gesits ini. Turut hadir dalam acara ini Kepala Dinas Perhubungan Aceh, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Aceh, Kepala Badan Pengelolaan Keuangan Aceh, Kepala Energi dan Sumber Daya Mineral Aceh, GM PT PLN Wilayah Aceh, Pimpinan PT WIMA, Kepala Dinas Perdangan di tingkat Kabupaten/Kota, Kepala UPTD Samsat Banda Aceh, para petugas pengumpul data dari seluruh Kabupaten/Kota. (AM)

Kereta Api Aceh Dulu dan Kini

Tanggal 17 Juni 1864 menjadi awal sejarah p e r k e r e t a a p i a n Nusantara, dimulai pembangunan rel lintasan Desa Kemijen – Desa Tanggung sepanjang 26 km. Pada tahun 1874 atau 10 tahun kemudian, rel kereta api pertama dibangun di Aceh oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda ke-54, James Loudon, dengan lintasan Ulee Lheue – Kuta Radja. Pada tahun 1884, jalur kereta api diubah lebar relnya, dari 1067 mm menjadi 750 mm. Hal ini sesuai dengan keinginan Pemerintah Hindia Belanda, yaitu jalan rel yang akan dibangun harus berada pada satu ruang dengan jalan raya. Kereta api ini dioperasikan oleh perusahaan kereta api milik pemerintah Hindia – Belanda, Atjeh Tram (AT) yang berubah nama menjadi Atjeh Staats Spoorwegen (ASS) pada tahun 1916. Perusahaan tersebut mengelola perkeretaaapian di Aceh dengan panjang lintasan 511 km dengan total investasi yang pembangunan sebesar 20.000.000 gulden atau setara ± Rp. 10,5 triliun jika dikonversi dengan nilai rupiah saat ini. Namun pada tahun 1982 angkutan kereta api Aceh benar-benar terhenti, karena tidak mampu bersaing dengan sarana transportasi jalan raya yang sudah semakin baik pada saat itu. Trans Sumatera Railway Pada tahun 2002 dibuatlah Rencana Umum Pengembangan Kereta Api Sumatera, yang merupakan hasil kesepakatan Gubernur se-Sumatera. Program Perkeretaapian Aceh merupakan bagian dari program Trans Sumatera Railway Development yang akan menghubungkan kota-kota di Aceh dengan kota-kota lain di Sumatera. Pembangunan kereta api Aceh dimulai kembali dari lintas Bireuen – Lhokseumawe dengan lebar sepur 1435 mm (standard gauge) sesuai dengan rekomendasi dari sebuah perusahaan asal Perancis Société Nationale des Chemins de fer Français (SNCF) melakukan studi di tahun 2005 dan merekomendasikan lokasi tersebut karena dinilai sangat strategis dari segi potensi pengembangan wilayah kedua daerah tersebut. Pada tahun 2013, lintasan Bireuen – Lhokseumawe dengan Stasiun Krueng Mane – Stasiun Bungkaih – Stasiun Krueng Geukueh dilakukan uji coba dengan panjang lintasan 11,35 km. Lintasan Krueng Mane – Bungkaih – Krueng Geukueh menjadi satu-satunya lintasan aktif di Indonesia yang menggunakan standard gauge yang saat ini digunakan oleh hampir 60% trek kereta api di seluruh dunia. Kereta api yang melayani Stasiun Krueng Mane – Stasiun Krueng Geukueh pertama kali beroperasi pada tanggal 3 November 2016. Kereta Api ini diberi nama KA Cut Meutia yang diambil dari nama seorang pahlawan nasional Indonesia wanita asal Aceh. Kereta Api Cut Meutia merupakan salah satu angkutan kereta api perintis yang diselenggarakan di beberapa wilayah di Indonesia oleh Kementerian Perhubungan RI melalui Direktorat Jenderal Perkeretaapian. Oleh karenanya masyarakat yang ingin menggunakan kereta api ini hanya dikenakan biaya sebesar Rp. 1000,- per orang. Saat ini hanya ada tiga Stasiun yang telah beroperasi di Aceh yaitu; Stasiun Krueng Mane, Bungkaih, dan Krueng Geukueh. Sementara itu terdapat dua stasiun yang sudah selesai pembangunannya yaitu; Stasiun Kuta Blang dan Geurugok di Kabupaten Bireuen. Direncanakan pada lintasan kereta api antara Stasiun Kuta Blang – Krueng Mane akan segera dioperasikan dalam waktu dekat. Jarak antara Stasiun Kuta Blang dengan Krueng Mane adalah sejauh 10,1 km, sehingga apabila lintasan ini dioperasikan, total keseluruhan panjang jalan rel yang beroperasi akan menjadi 21,45 Km. Direktorat Jenderal Perkeretaapian melalui Balai Teknik Perkeretaapian Kelas II Wilayah Sumatera Bagian Utara juga telah merencanakan pembangunan kembali lintasan ke arah Paloh – Lhokseumawe dengan jarak 8 kilometer. (Arrad Iskandar) Selengkapnya Cek dan Unduh di: Tabloid Aceh TRANSit Edisi 9

Mahasiswa Sangat Membutuhkan Kehadiran Bus Trans Koetaradja

BANDA ACEH – Trans Koetaradja kembali leluasa bertemu dengan pelanggannya setelah dua tahun dibatasi pelayanannya. Kini, suasana halte kembali ramai. Salah satunya seperti yang terlihat di halte Masjid Darussalam. Tampak mahasiswa berbondong-bondong keluar dari bus Trans Koetaradja, Senin, 23 Mei 2022. Khusus bagi pelajar, pelayanan transportasi umum sangatlah dibutuhkan karena aktivitas mobilitas dilakukan dengan bus. Seperti salah satu mahasiswi Keperawatan Universitas Syiah Kuala (USK) asal Indrapuri, Nur Daesfi Ranscah Putri. Ia sehari-hari menggunakan bus Trans Koetaradja untuk sampai di kampus sejak pertama masuk kuliah Tahun 2020. “Saya pribadi sangat berharap agar tarif bus free terus dan pelayanannya ditingkatkan menjadi lebih baik lagi, terutama kami sangat berharap jadwal bus semakin tepat waktu, jadi kami pun tidak telat masuk kuliah,” ujar Daesfi. Daesfi biasanya berangkat dari rumahnya di Indrapuri menggunakan labi-labi menuju Masjid Raya Baiturrahman. Dari halte tersebut, ia melanjutkan perjalanannya dengan bus Trans Koetaradja yang bergerak ke arah Darussalam. Halte Kedokteran Universitas Syiah Kuala menjadi tujuan singgahannya, sebelum ia melanjutkan berjalan kaki atau menggunakan jasa ojek online menuju gedung perkuliahannya yang berjarak lebih kurang 300 meter dari halte. Hal ini ia lakoni setiap hari selama masa perkuliahan. (AM)

Citilink Kembali Terbang ke Aceh

Citilink Indonesia aktifkan kembali rute penerbangan ke Banda Aceh setelah sempat terhenti akibat pandemi Covid-19. Penerbangan perdana ke Bandara Sultan Iskandar Muda (SIM) dilakukan hari ini, Jumat, 20 Mei 2022. Kembali aktifnya maskapai ini terbang ke Aceh dalam rangka menyahuti surat Gubernur Aceh kepada Direktur Utama PT Citilink Indonesia, pada 28 April yang lalu, terkait permohonan melayani kembali penerbangan ke Banda Aceh. Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Dinas Perhubungan Aceh, Teuku Faisal dalam penyambutan penerbangan perdana Citilink Indonesia di Bandara SIM bersama Executive General Manager PT Angkasa Pura II Bandara SIM, Iwan Sutisna, Jumat, 20 Mei 2022. Dalam surat tersebut, sebut Faisal, Gubernur Aceh menyampaikan bahwa minat masyarakat Aceh untuk menggunakan jasa penerbangan menunjukkan trend yang semakin positif. Namun, frekuensi dan maskapai yang melayani penerbangan dari dan ke Aceh melalui Bandara SIM cukup terbatas. Sehingga dengan beroperasinya Citilink di Bandara SIM, ungkap Faisal, akan memberikan banyak pilihan bagi masyarakat saat melakukan perjalanan dengan pesawat udara. “Masyarakat juga bisa memilih jadwal yang lebih variatif dengan tarif yang semakin terjangkau karena saat ini frekuensi penerbangan dari dan ke Aceh sudah bertambah,” sebut Faisal. Menurut Faisal, penambahan frekuensi penerbangan ke Aceh juga akan semakin mendukung kemudahan investasi dan kunjungan pariwisata di Aceh. Kehadiran Citilink Indonesia di Aceh diharapkan dapat mengakomodir pergerakan masyarakat guna akselerasi pertumbuhan ekonomi di Aceh. Faisal juga bersyukur saat ini maskapai sudah mulai melirik kembali Aceh karena destinasi wisata Aceh menjadi daya tarik bagi wisatawan. “Kita berharap semakin banyak airlines yang terbang ke Aceh untuk melayani masyarakat Aceh, tidak hanya di rute domestik tapi juga internasional,” harap Faisal. Sementara itu, Direktur Utama Citilink Indonesia, Dewa Kadek Rai, melalui siaran persnya hari ini, menyebutkan bahwa pembukaan rute ke Banda Aceh untuk memperkuat konektivitas di wilayah barat Indonesia. Hal ini juga sebagai bentuk komitmen Citilink Indonesia dalam memberikan akses transportasi udara ke masyarakat. Untuk penerbangan ke Aceh, Citilink menggunakan pesawat ATR72-600 dengan kapasitas penumpang 70 orang. Penerbangan akan beroperasi setiap hari dengan rute Kualanamu (KNO) – Banda Aceh (BTJ) – Kualanamu (KNO). Berdasar data manifes yang diperoleh, penerbangan perdana dari Kualanamu ke Banda Aceh hari ini membawa sebanyak 35 penumpang. Sedangkan pada penerbangan selanjutnya, Banda Aceh – Kualanamu, pesawat terisi penuh dengan total 70 penumpang. (AM)

Air Asia Kembali Layani Penerbangan ke Aceh

BANDA ACEH – Maskapai AirAsia umumkan rencana pembukaan rute penerbangan Banda Aceh – Kualanamu PP yang akan beroperasi mulai 3 Juni 2022. Kepala Dinas Perhubungan Aceh, Teuku Faisal menyebutkan, pembukaan rute baru ini merupakan tidak lanjut pihak AirAsia terhadap surat Gubernur Aceh per tanggal 14 April yang berisi permohonan agar rute Banda Aceh – Medan dilayani kembali. “Alhamdulillah, pihak AirAsia merespon dengan cukup baik permintaan pembukaan rute penerbangan ke Aceh melalui surat Gubernur Aceh terkait pelayanan kembali rute Banda Aceh – Medan,” kata Faisal. Dengan pembukaan rute oleh AirAsia ini, ungkap Faisal, akan memberi pilihan bagi masyarakat Aceh dalam menikmati pelayanan transportasi udara, baik dari sisi jadwal maupun tipe pesawat. “Kini penerbangan melalui Bandara SIM telah tersedia berbagai pilihan alternatif bagi masyarakat, semoga ini menjadi awal yang baik,” sebutnya. Faisal juga menyebutkan bahwa pembukaan rute AirAsia ini diharapkan akan menjadi pendorong  masuknya berbagai investasi di Aceh. Kemudahan perjalanan via udara ke Aceh merupakan faktor yang sangat dipertimbangkan oleh para pelaku usaha maupun investor yang ingin berbisnis di Aceh. Sejalan dengan hal tersebut, Faisal membeberkan bahwa selain mengangkut penumpang, bisnis jasa pengiriman kargo di Aceh selama ini meningkat pesat. Data dari PT Angkasa Pura II Bandara SIM, pada tahun 2019 jumlah pengiriman kargo mencapai 1,1 juta kg. Angka tersebut terus merangkak naik mencapai 52 persen menjadi 7 juta kg pada tahun 2022. “Lonjakan bisnis jasa pengiriman kargo via udara memang awalnya dipicu oleh pandemi, namun ketergantungan masyarakat terhadap layanan ekpedisi (kargo) diperkirakan akan terus berada dalam trend positif mengingat belanja online kian marak dan mudah,” beber Faisal. Sesuai penjelasan pihak AirAsia, Faisal menyampaikan bahwa untuk tahap awal AirAsia akan melayani rute Banda Aceh – Kualanamu tiga kali seminggu setiap hari Selasa, Jumat dan Minggu dengan pesawat Airbus A320 berkapasitas 180 penumpang. Pembukaan rute Banda Aceh – Kualanamu PP ini disebut sejalan dengan rencana pengembangan operasional AirAsia untuk rute domestik, sekaligus untuk meningkatkan utilitas pesawat yang berada di pusat operasi (hub) Kualanamu agar lebih optimal. “Pihak AirAsia juga mengatakan, tidak menutup kemungkinan mereka akan menambah frekuensi atau mengoperasikan rute lainnya sesuai dengan permintaan masyarakat di Aceh nantinya,” kata Faisal. Sebelumnya Gubernur Aceh Nova Iriansyah menyurati AirAsia pada 14 April 2022 untuk meminta dilayani kembali rute Banda Aceh – Medan. Dalam surat itu Gubernur Aceh menyebut minat masyarakat Aceh dalam menggunakan transportasi udara menunjukkan tren yang semakin positif. Namun kondisi itu dihadapkan pada terbatasnya frekuensi dan maskapai yang melayani penerbangan dari dan ke Aceh melalui Bandara Sultan Iskandar Muda. Pemerintah Aceh berharap Bandara SIM dapat segera dibuka statusnya sebagai entry point penerbangan internasional agar masyarakat dapat melakukan penerbangan langsung ke luar negeri, khususnya perjalanan umrah. (AM)

Infrastruktur Melemah, Investasi Nihil Adanya

Maka seperti investor, infrastruktur akan memikat hatinya. Keputusan investasi dan penentuan lokasi strategis selayaknya akan membeli sebuah mobil, mereka akan mengecek setiap detail dan spesifikasi yang nantinya akan menjadi barang miliknya. Dari budget yang sesuai hingga fitur yang tersedia. Pastinya, mereka akan memilih yang nyaman dan andal, sehingga tidak membuat tuannya harus mengernyitkan kening saat melakukan pemeliharaan. Begitulah infrastruktur memainkan peranan dalam menarik minat investor. Sang juragan akan melirik pada kualitas, itu sudahlah jelas. Mereka tak ingin rugi, infrastruktur yang yang menjadi perangkat usaha dalam menjalankan roda perekonomian harus mampu menghasilkan keuntungan yang maksimal. Dalam dunia bisnis, omzet dan profit ini penentunya. Nah, kedua faktor inilah yang menyebabkan infrastruktur yang disediakan harus mampu mengatur keduanya mencapai grafik yang maksimal. Menjadi pertanyaan, sudah mampukah infrastruktur yang telah dibangun meningkatkan iklim usaha? Yang terpampang nyata, banyak infrastruktur yang telah ditumbuhi ilalang sepanjang lantai dan dindingnya, bak istana putri tidur. Belum lagi, beberapa bagiannya tercipta pola retak yang akan mahal jika itu adalah lukisan. Namun sayang ini hanyalah bangunan yang terdiam bisu menjadi saksi roman picisan dalam dunia birokrasi. Percakapan dalam pers yang dirilis Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kemenetrian Perhubungan RI, Menteri Perhubungan mengutarakan bahwa di Tahun 2020, anggaran yang dialokasikan untuk infrastruktur naik 1 triliun dari tahun sebelumnya, difokuskan pada peningkatan konektivitas melalui pembangunan dan pengembangan infrastruktur transportasi dan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) sektor transportasi. Pemerintah tentu tidak tinggal diam, terus berupaya mewujudkan kesejahteraan. Dengan anggaran yang sebesar ini, semestinya infrastruktur mulai memainkan perannya di dunia bisnis. Namun dilema tak kunjung berakhir, belum beberapa tahun, infrastruktur yang dibangun telah mengalami ‘gagal tulang’, entah osteoporosis atau reumatik. Mengapa bisa demikian? Sebenarnya, sedikit berat untuk diutarakan, bagaimana tidak, beberapa tahun berselang, infrastruktur dikerjakan disitu-situ saja, yang retaknya, jalannya berlubang, kurang sana sini hingga akhirnya harus dihancurkan padahal belum mencapai umur bangunan. Dalam aturan telah disebutkan, setiap pembangunan mutu beton itu telah ditentukan, misalnya bangunan yang diperuntukkan untuk gudang, stadion, tempat industri, dan lain-lain memiliki mutu beton yang berbeda-beda. Hasil itu tentunya didapatkan dalam perhitungan struktur secara kompleks, mustahil hanya menerka secara kasat mata atau sekedar pengalaman pekerjaan yang telah dilakukan. Bukannya, beda lubuk beda belalang. Begitu pun faktor yang akan dihitung pada suatu struktur bangunan, setiap aspeknya harus dipertimbangkan, dari beban dinamis maupun statis, beban tambahan hingga faktor alam yang mempengaruhi. Semua harus diperhitungkan dan wajib ada masterplan (perencanaan). Tapi shortcut lebih menggiurkan, mengambil satu sampel untuk setiap proyek. Ada lain yang mengharmonisasi kualitas struktur menjadi di bawah rata-rata. Birokrasi, bianglala yang dimainkan dengan nada yang bias dengan tempo yang tak beraturan serta panjang dan mengena pada ujungnya. Tepatnya, dipermainkan atau permainan. Pengurusan administrasi yang bertele-tele juga menyumbang potensi besar keterlambatan proyek. Yang pada ujungnya, kualitas bukanlah prioritas dan terpenting pekerjaan selesai tepat waktu, tidak ada yang mencoba harmonis dengan ‘denda’. Kembali lagi pada pentingnya pembangunan infrastruktur yang berkualitas untuk investasi, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menyatakan saat infrastruktur suatu negara melemah, berarti perekonomian berjalan secara tidak efesien yang akan menurunkan daya saing dan ketidakadilan sosial. Indonesia Infrastructure Investment kembali menegaskan pembangunan fisik yang kualitasnya kurang baik juga dapat menyebabkan masalah yang lebih buruk. Namun, inilah kesempatan bagi seluruh masyarakat Indonesia untuk menjadi partner pemerintah dalam memantau kualitas infrastruktur dengan kritikan yang mebangun. Karena ini bukan jamannya lagi menyalahkan, namun bangkit untuk berbenah dan bergerak maju. Ayo, kita bangun dari mimpi dan siap untuk menggapainya. (Misqul Syakirah)

Bersepeda : Langkah Tepat Kurangi Polusi

Banda Aceh – Eksistensi bersepada dalam kegiatan sehari-hari menjadi salah satu hobi yang sangat positif. Pasalnya, bersepeda menjadi salah satu upaya dalam pengurangan emisi dan polusi udara yang kian meningkat belakangan ini. Disadari atau tanpa disadari, aktivitas kendaraan menjadi salah satu penyumbang utama emisi gas kaca dan polusi udara. Sehingga, kegiatan bersepeda menjadi pilihan yang tepat. Dalam mendukung gerakan bersepeda. Maka dilaksanakan event “Tour De Aceh” yang di selengarakan sejak 14 Mei lalu hingga hari ini, 16 Mei 2022. Tour de Aceh 2022 diikuti oleh 200 orang pecinta sepeda, baik yang berasal dari Aceh hingga Jakarta dan dibuat dalam dua etape. Etape pertama difokuskan di Danau Lut Tawar Aceh Tengah, pada tanggal 14 Mei 2022 kemarin. Kegiatan ini mendapat apresiasi dan sambutan meriah dari masyarakat. Etape pertama dilepas secara langsung oleh Bupati Aceh Tengah Shabela Abubakar, di halaman Kantor Bupati Kabupaten Aceh Tengah. Tour de Aceh 2022 ini juga diikuti oleh artis nasional Wulan Guritno yang telah turut andil dalam kegiatan ini. Selain itu, Sport vlogger Dani Chika, juga turut memeriahkan kegiatan ini. Sekretaris Daerah Aceh Taqwallah melepas peserta Tour de Aceh 2022 etape kedua, di depan Meuseum Aceh, Senin (16/5/2022). “Selamat berkompetisi kepada para peserta. Nikmati beragam spot destinasi heritage hingga objek-objek destinasi lain di sepanjang pantai Lampuuk sampai Lhokseudu dengan panorama hamparan gunung dan pemandangan pantai yang indah,” ujar Sekda dalam sambutannya, sebelum melepas para peserta. Sebagaimana diketahui, Tour de Aceh 2022 merupakan salah satu event prioritas dalam Khazanah Piasan Nanggroe tahun 2022 yang telah dirilis oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh pada bulan Maret lalu. Kegiatan ini pun menjadi kampanye tranportasi hijau yang ramah lingkungan. Namun, harapannya para pesepeda dan pengguna transportasi lainnya juga diharapkan agar saling menghormati saat di jalan raya. “Kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada para peserta. Sampaikan berbagai kesan baik yang didapatkan selama kegiatan ini kepada dunia, bahwa Aceh memiliki destinasi wisata yang menarik, ragam destinasi dan budaya sebagai tujuan wisata halal dunia,” kata Sekda. []

294.287 Pergerakan Penumpang di Aceh Selama Lebaran 1443 H

Selama periode angkutan lebaran tahun 2022, atau sejak 21 April hingga 10 Mei, ratusan ribu pergerakan orang tercatat menggunakan layanan transportasi umum. Angka pergerakan orang tersebut terekam melalui simpul-simpul transportasi, baik darat, laut, maupun udara, yang ada di seluruh Aceh. Kriteria perjalanan pada periode angkutan lebaran ini pun cukup bervariasi, mulai dari perjalanan mudik, kunjungan wisata, hingga arus balik ke daerah asal. Berdasar data yang diperoleh, transportasi penyeberangan dan laut menjadi moda yang cukup diminati oleh masyarakat Aceh, yaitu terdapat sebanyak 162.925 pergerakan orang pada moda ini. Angka tersebut cukup relevan, sebab banyak masyarakat Aceh yang tinggal di wilayah kepulauan, seperti Pulau Simeulue, Pulau Sabang, Pulau Banyak, dan Pulo Aceh. Selain itu, pada periode ini juga terjadi lonjakan kunjungan pariwisata pada sejumlah destinasi, khususnya Pulau Weh Sabang dan Pulau Banyak. Kemudian, angka tertinggi selanjutnya terlihat pada moda transportasi darat, yaitu sebanyak 107.896 pergerakan orang. Jumlah pergerakan masyarakat di Aceh menggunakan angkutan darat umum ini terdata dari dua rute trayek, yaitu angkutan antar kota antar provinsi (AKAP) dan angkutan antar kota dalam provinsi (AKDP). Sementara itu, pada periode yang sama, perjalanan orang menggunakan burung besi alias pesawat udara di Aceh mencapai 23.466 pergerakan. Meski tarif tiket pesawat pada masa tersebut melambung tinggi, tapi tidak menyurutkan keinginan untuk berlebaran bersama keluarga di kampung halaman. (AM)

23.828 Orang Menyeberang dengan KMP Aceh Hebat

Tiga kapal Aceh Hebat sudah melayani sebanyak 23.828 orang selama periode mudik dan libur lebaran tahun 2022 di Aceh, lho. Luar biasa, bukan? Pada masa mudik lebaran tahun ini, kehadiran 3 kapal KMP Aceh Hebat memang sangat urgen dalam memperlancar perjalanan mudik masyarakat Aceh di wilayah kepulauan. Selain itu, ketiga armada ini juga menjadi tulang punggung kunjungan pariwisata di Aceh selama masa libur lebaran. Makanya, sudah seharusnya Rakan ikut menjaga kapal Aceh Hebat kebanggaan kita bersama. Caranya mudah, cukup jaga kebersihan kapal dengan membuang sampah pada tempat yang telah disediakan. (AM) Link Infografis  23.828 Orang Menyeberang dengan KMP Aceh Hebat