Dishub

Galeri Foto Keberangakatan Mahasiswa KKN UGM ke Pulo Aceh Melalui Pelabuhan Ulee Lheue

BANDA ACEH – Kepala UPTD Wilayah I Pelabuhan Penyeberangan Dishub Aceh, Husaini Jamil menyambut kunjungan 32 mahasiswa Universitas Gajah Mada (UGM) di Pelabuhan Penyeberangan Ulee Lheue, pada Minggu, 22 Juni 2025. Sebanyak 32 mahasiswa UGM tersebut akan melaksanakan kegiatan KKN-PPM UGM Periode II tahun 2025 di Pulo Nasi Kabupaten Aceh Besar. Rombongan berangkat ke Pulo Aceh menggunakan angkutan penyeberangan KMP Papuyu yang difasilitasi oleh PT ASDP Indonesia Ferry Cabang Banda Aceh.(AB)

Kepala UPTD Sambut 32 Mahasiswa UGM KKN di Pulo Aceh

BANDA ACEH – Kepala UPTD Wilayah I Pelabuhan Penyeberangan Dishub Aceh, Husaini Jamil menyambut kunjungan 32 mahasiswa Universitas Gajah Mada (UGM) di Pelabuhan Penyeberangan Ulee Lheue, pada Minggu, 22 Juni 2025. Sebanyak 32 mahasiswa UGM tersebut akan melaksanakan kegiatan KKN-PPM UGM Periode II tahun 2025 di Pulo Nasi Kabupaten Aceh Besar. Rombongan berangkat ke Pulo Aceh menggunakan angkutan penyeberangan KMP Papuyu yang difasilitasi oleh PT ASDP Indonesia Ferry Cabang Banda Aceh. Dalam sambutannya, Husaini menyampaikan selamat datang kepada para mahasiswa dari Kampus Biru itu sembari memperkenalkan sejumlah fasilitas yang ada di Pelabuhan Ulee Lheue. “Hampir semua pelayanan kita sudah berlakukan sistem online, mulai dari pembelian tiket sampai sistem informasi berbasis online,” jelasnya. Mahasiswa UGM yang akan berada di Pulo Aceh selama 50 hari ke depan ini terdiri dari berbagai fakultas seperti Fakultas Kedokteran, Pertanian, Teknik, Hukum, Ekonomi Bisnis, Farmasi, Ilmu Budaya, Sekolah Vokasi, Kesehatan Masyarakat, Ilmu Sosial dan Politik, serta Kedokteran Hewan.(AB) Baca Berita Lainnya: Setir dan Sepiring Sate: Estu Menantang Malam dari Takengon Muhammad Yacub, Dibalik Setir Bus Trans Koetaradja Dishub Aceh Kerahkan 25 Personel Dalops LLAJ Dukung Kelancaran Peluncuran Koperasi Merah Putih

84 CPNS Dishub Aceh Ikuti Pembekalan dan Perkenalan untuk Siap Bertugas

BANDA ACEH – 84 Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) Dishub Aceh mulai mengikuti sesi perkenalan dan pembekalan terkait sektor perhubungan. Kehadiran para CPNS baru ini disambut langsung oleh Kadishub Aceh Teuku Faisal saat membuka acara penyambutan oleh segenap keluarga besar Dishub Aceh di Aula Multimoda pada Rabu, 18 Juni 2025. 84 CPNS Dishub Aceh Ikuti Pembekalan dan Perkenalan untuk Siap BertugasSesi perkenalan dan pembekalan bagi para CPNS Dishub Aceh menjadi penting karena dapat mempermudah mereka untuk beradaptasi, memahami budaya kerja dan tanggung jawab, serta menumbuhkan keterlibatan mereka dalam program-program Dishub Aceh di masa yang akan datang.(AB) Baca Berita Lainnya Setir dan Sepiring Sate: Estu Menantang Malam dari Takengon Muhammad Yacub, Dibalik Setir Bus Trans Koetaradja

Setir dan Sepiring Sate: Estu Menantang Malam dari Takengon

Aceh TRANSit – Takengon, rokok menyala pelan di sela jari Estu Budianto, yang akrab dipanggil Wen. Ia duduk santai di warung kopi pinggir terminal, espresso arabika di hadapannya mengepulkan aroma yang akrab. Wajahnya masih segar, tak menua oleh waktu, meski sepuluh tahun sudah ia melewati jalan lintas provinsi sebagai sopir angkutan AKDP. Wen, memulai karier dari bawah. “Tahun 2014 saya cuma nyuci mobil di doorsmeer milik perusahaan angkutan di Banda Aceh. Gak lanjut kuliah,” tutur pria yang kini berusia 31 tahun itu dengan tenang. Dari situlah ia mulai kenal dunia persupiran, dan tak lama kemudian dipercaya menjadi sopir jemput. Dunia AKDP mengenal dua jenis sopir: sopir jemput dan sopir jalan. Sopir jemput menjemput penumpang dari rumah ke rumah, karena banyak yang kesulitan menjangkau terminal dan membutuhkan biaya tambahan. Perjalanan kariernya telah membawa ia ke kursi kemudi mobil Hiace lintas kota. Awalnya sopir cadangan, kini ia memegang rute tetap Banda Aceh – Takengon, Aceh Tengah. Rutinitas malam hari menjadi sahabat dan kantuk menjelang subuh adalah musuh utama. “Saya nikah tahun 2016, semua dari hasil nyopir,” katanya bangga. Anak sulungnya baru saja masuk SD. Dalam obrolan, Wen tak banyak mengeluh. “Cukup untuk makan, cukup untuk hidup dan gak punya utang,” tambahnya sambil tertawa. Dan inilah bagian yang membuat semua teman ngopi tergelak: “Gaji kami lebih besar dari gaji pokok PNS, gaji pokok tapi ya bang,” ujarnya sambil tertawa lepas yang semua mendengarkan kisahnya tahu arah ucapannya.Lalu ia menambahkan, “Kalau berhenti di warung makan saya selalu disuguhi makan sate dan ayam geprek sama pemilik warung. Ya begitulah, hidup di jalan kadang lebih gurih dari yang kerja di kantor.” Satir itu muncul begitu saja, tanpa maksud merendahkan. Justru disitulah letaknya: kerja keras di jalan bisa jadi tumpuan hidup, bukan sekadar peluh yang hilang di aspal. Tak berseragam, tak tercatat absensi, tapi tetap bisa pulang dengan sesuatu yang hangat—di piring dan di hati. Namun tentu, ada risiko. Ia pernah mengalami kecelakaan ringan, dan tantangan kabut dataran tinggi Takengon jadi cerita harian. Tapi Wen tak gentar. “Musibah bagian dari lalu lintas di jalan,” katanya. Kini, Wen mengangsur Hiace pribadi lewat skema kerja sama dengan perusahaan. “Memang awalnya berutang, tapi jelas arahnya. Kalau tua nanti, saya balik ke loket atau jadi supir jemput. Rezeki masih bisa dicari,” katanya yakin. Menutup cerita, Wen menyampaikan harapan, “Supir ini ujung tombak. Kami butuh pemerintah, bukan sekadar aturan, tapi juga bimbingan. Ajak kami bicara soal izin, soal tata kelola. Jangan tiba-tiba razia tanpa pemahaman,”pungkasnya. Dan seperti segelas kopi yang perlahan dingin di dataran tinggi, Wen tetap hangat dengan prinsip: ramah, disiplin, dan jujur. Bukan hanya setir yang ia pegang erat, tapi juga harapan bahwa jalanan tak hanya membawa lelah, tapi juga harga diri.(T.Fajar Hakim) Baca Selengkap Tulisan Aceh TRANSit lainnya klik di bawah ini:  

Muhammad Yacub, Dibalik Setir Bus Trans Koetaradja

Aceh TRANSit – Pagi yang cerah di Kota Banda Aceh, Muhammad Yacub, seorang sopir bus Trans Koetaradja, memulai rutinitasnya. Setiap hari, ia mengendarai bus yang melayani mobilitas masyarakat dari rumah mereka ke Pusat Kota atau sebaliknya. Di balik profesinya yang tampak sederhana, terdapat sebuah kisah perjuangan yang penuh dedikasi dan semangat untuk memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat. Muhammad Yacub atau yang akrab disapa Pak Yacub bukanlah sosok yang mudah menyerah. Selama bertahun-tahun, ia selalu merasa bahwa bekerja di sektor transportasi publik adalah cara terbaik untuk memberi kontribusi bagi masyarakat. Berbagai rute sudah pernah ia lalui dan berbagai jenis bus pun sudah ia kemudikan. Sebelum menjadi sopir bus Trans Koetaradja, Pak Yacub sudah menjadi sopir angkutan umum bernama Labi-labi selama kurang lebih 18 tahun. Ia berjuang menghadapi berbagai rintangan di jalanan demi memenuhi kebutuhan keluarga kecilnya. Ia tahu betul bahwa hidup tidak akan pernah mudah, tapi keyakinannya bahwa setiap usaha akan membuahkan hasil membuatnya tidak mudah menyerah. Dengan pengalaman bertahun-tahun di dunia transportasi, Pak Yacub akhirnya mendapatkan kesempatan untuk bergabung dengan Trans Koetaradja pada tahun 2017, angkutan yang menjadi tulang punggung transportasi publik di Banda Aceh. Sebagai seorang Pramudi, ia tidak hanya bertugas mengemudi, tetapi juga menjadi wajah dari pelayanan yang memastikan kenyamanan dan keselamatan penumpang. Baginya, pekerjaan ini lebih dari sekadar mencari nafkah, ia merasa bangga bisa menjadi bagian dari layanan yang memudahkan masyarakat Aceh. Tak jarang, ia mendengar ucapan terima kasih dari penumpang yang merasa terbantu dengan adanya bus Trans Koetaradja. kata-kata sederhana seperti itu menjadi penghargaan yang sangat berarti bagi dirinya. Hal itu membuatnya merasa bahwa setiap perjalanan yang dilaluinya membawa manfaat yang lebih besar. Namun, tugasnya tidak mudah. Tantangan di jalan sering kali datang, mulai dari kemacetan hingga tugas mengelola waktu yang sangat ketat. Namun, Pak Yacub tidak pernah mengeluh. Baginya, setiap rintangan adalah bagian dari proses yang membuatnya menjadi lebih kuat dan lebih bijak. Cerita Pak Yacub begitu membanggakan terkait ketulusannya dalam menjalankan pekerjaan. Ia bukan sekadar bekerja untuk mencari uang, tetapi juga untuk mengabdi kepada masyarakat. Bagi Pak Yacub, profesinya adalah kebanggaan, dan itu terlihat jelas dalam setiap langkahnya. Ia selalu memberikan yang terbaik kepada setiap penumpang yang memasuki busnya. Dengan semangat kerja keras dan rasa tanggung jawab yang tinggi, ia menjadi sosok yang dihormati oleh sesama sopir dan penumpang. Kisah Pak Yacub adalah bukti bahwa dari pekerjaan yang tampak sederhana sekalipun, seseorang bisa memberikan dampak yang besar bagi kehidupan orang lain. Ia menunjukkan bahwa ketulusan, dedikasi, dan kerja keras adalah kunci untuk meraih keberhasilan. Dengan setiap perjalanan yang ia tempuh, Pak Yacub tidak hanya mengantarkan penumpang ke tujuan mereka, tetapi juga mengantarkan inspirasi dan kebanggaan bagi masyarakat Aceh. Ia berharap besar agar bus Trans Koetaradja di masa yang akan datang akan terus bisa melayani masyarakat dengan baik, serta membuat pramudi dan pramugara lebih sejahtera. Semoga cerita ini bisa memberikan gambaran betapa besar dedikasi seorang sopir bus dalam menjalani tugasnya, dan bagaimana usaha serta kerja keras mereka patut dihargai.(Stephanie Marsya Ayundha) Baca Selengkap Tulisan Aceh TRANSit lainnya klik di bawah ini:

Dishub Aceh Kerahkan 25 Personel Dalops LLAJ Dukung Kelancaran Peluncuran Koperasi Merah Putih

Banda Aceh – Dinas Perhubungan Aceh mengerahkan sebanyak 25 personel Tim Pengendalian Operasional (Dalops) Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ) dalam kegiatan Peluncuran dan Dialog Percepatan Musyawarah Desa/Kelurahan Khusus Pembentukan Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih yang berlangsung di Balee Meuseuraya Aceh, Kamis, 22 Mei 2025. Kegiatan yang dihadiri oleh perangkat desa dari seluruh Aceh ini berjalan tertib, aman, dan lancar. Pengaturan lalu lintas yang baik serta pemanfaatan fasilitas parkir bawah tanah (underground parking) turut berkontribusi terhadap kelancaran arus lalu lintas selama kegiatan berlangsung. Dishub Aceh terus berkomitmen untuk mendukung pelaksanaan program-program strategis Pemerintah, khususnya dalam menyediakan layanan transportasi dan pengaturan lalu lintas yang tertib dan efisien.(AP) Baca Berita Lainnya: Doa dan Peusijuek Iringi Keberangkatan Jemaah Haji Dishub Aceh Wagub Fadhlullah Luncurkan Aplikasi Perjalanan Trans Koetaradja, Masuk Program 100 Hari Pemerintah Aceh Semarak HUT Ke-9 Trans Koetaradja: ASN Dishub Aceh Gelar Aksi Bersih-Bersih Halte

Mengeluh Tetapi Tidak Mengubah

Aceh TRANSit – Transportasi di negara maju ibarat sebuah simfoni yang berjalan harmonis—kereta tepat waktu, bus terjadwal, jalur pejalan kaki lebar dan nyaman. Sementara di Indonesia, transportasi lebih mirip permainan takdir: menunggu bus yang tak kunjung tiba, bertaruh nyawa di zebra cross, atau bersaing dengan pedagang kaki lima di trotoar. Teknologi canggih di luar negeri memudahkan pembayaran dan navigasi, sementara di sini, tukang parkir lebih akurat daripada GPS. Soalan aturan lalu lintas? Di luar negeri dihormati seperti layaknya kitab suci. Sementara di sini, lampu merah sering dianggap sebagai opsi, bukan keharusan. Perbedaan ini bukan sekadar ironi, tapi cerminan bagaimana sistem dibangun—apakah untuk kemudahan publik, atau sekadar ajang survival bagi warganya. Belum lagi jalan rusak, kemacetan, dan kurangnya kesadaran masyarakat untuk menggunakan transportasi publik menambah keluhan sehari-hari. Kita semua tahu, ketika hujan turun, beberapa ruas jalan berubah menjadi ‘kolam ikan dadakan’ yang menantang keberanian pengendara motor. Diperparah lagi dengan pengrusakan fasilitas publik seperti halte dan pencurian kabel listrik traffic light oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.Masih banyak yang malas menggunakan transportasi umum, lebih memilih kendaraan pribadi meski tahu akan semakin menambah kemacetan. Kesadaran berlalu lintas? Ah, itu hanya teori di ujian SIM. Masih banyak yang menerobos lampu merah, berhenti sembarangan, dan berkendara seolah jalanan adalah milik pribadi.Setiap hari, kita mengeluh tentang hal tersebut. “Pemerintah harus bertindak!” seru kita di warung kopi atau di jagat maya. Tapi, coba tanya diri sendiri—apa yang sudah kita lakukan untuk memperbaiki keadaan? Lalu, ketika ada inisiatif perubahan, seperti pembatasan kendaraan atau aturan baru, langsung muncul protes. “Menyusahkan masyarakat!” katanya. Padahal, yang menyusahkan kita selama ini bukan aturan baru—tapi kebiasaan buruk kita sendiri yang terus dipelihara. Jadi, sampai kapan kita hanya mengeluh tanpa bertindak? Mungkin sampai jalan berlubang itu membesar untuk jadi wisata air dadakan. Namun, bukan berarti Aceh harus terjebak dalam masalah ini selamanya. Ada berbagai solusi yang bisa diterapkan seperti peningkatan infrastruktur yang lebih modern, transportasi publik yang lebih terjangkau, serta peningkatan kesadaran masyarakat dalam berlalu lintas. Apalagi, dengan kemajuan teknologi, sistem transportasi berbasis digital bisa menjadi jawaban bagi mobilitas masyarakat yang lebih efisien. Peningkatan kesadaran masyarakat adalah kunci utama dalam menjalankan sistem transportasi dan menciptakan lingkungan jalan yang lebih aman dan tertib. Terutama kita juga perlu menjaga fasilitas publik untuk kepentingan bersama. Ketika kesadaran ini tumbuh secara kolektif, akan tercipta budaya berlalu lintas yang lebih beretika dan saling menghormati. Aceh memiliki potensi besar untuk memperbaiki sistem transportasinya. Yang dibutuhkan adalah keseriusan pemerintah dan dukungan serta kesadaran masyarakat untuk mewujudkan mobilitas yang lebih nyaman, aman, dan terjangkau. Mari mulai berbenah bersama, jika tidak, mengeluh akan terus membelenggu pikiran yang lahir dan batin.(Abu Joel)

Mudik Gratis, Bahagia Bertemu Keluarga

Pada setiap momen lebaran, mudik telah menjadi tradisi tahunan yang ‘wajib’ bagi masyarakat kita saat menyambut hari raya, khususnya Idulfitri. Di mana jutaan orang melakukan pergerakan, pulang ke kampung halaman untuk berkumpul kembali dengan keluarga besar, mempererat tali silaturahmi, dan merayakan momen penting bersama orang-orang tercinta. Musim mudik tidak hanya berdampak pada naiknya inflasi di sejumlah daerah, tetapi juga meningkatkan risiko kecelakaan lalu lintas selama perjalanan. Oleh karena itu, Pemerintah Pusat melalui Kementerian Dalam Negeri mengambil langkah bijak mengenai tradisi mudik tahunan. Esensi inilah yang mendasari program mudik gratis untuk masyarakat Aceh harus diwujudkan. Pemerintah Aceh bergerak cepat bersama perusahaan BUMN, BUMD, dan Swasta berinisiatif menyelenggarakan program mudik gratis ini. Tentu, seyogianya untuk membantu memudahkan masyarakat pulang ke kampung halaman mereka selama musim mudik. Program ini juga bertujuan untuk mengurangi beban biaya transportasi bagi masyarakat dan mengurangi kemacetan di jalan raya dengan menyediakan moda transportasi yang aman dan nyaman bagi masyarakat. Atas inisiasi berbagai pihak ini pula Program Mudik Gratis Pemerintah Aceh pada 27-28 Maret 2025 menoreh kesuksesan yang nyata. Tercatat sebanyak 1.577 orang yang berhasil terlayani mudik gratis dengan selamat sampai ke kampung halaman. Dinas Perhubungan Aceh selaku leading sector pada program ini mengarahkan sebanyak 92 unit kendaraan baik bus dan minibus untuk mengantar para pemudik ke 16 Kabupaten/Kota tujuan. Adapun rutenya adalah Banda Aceh – Medan, Banda Aceh – Kuala Simpang, Banda Aceh – Langsa, Banda Aceh – Blangkejeren – Kutacane, Banda Aceh – Ketipis Bener Meriah, Banda Aceh – Takengon, Banda Aceh – Peureulak, Banda Aceh – Lhoksukon, Banda Aceh – Lhokseumawe, Banda Aceh – Bireuen, Banda Aceh – Meulaboh, Banda Aceh – Simpang Peut Jeuram, Banda Aceh – Blang Pidie, Banda Aceh – Tapak Tuan, Banda Aceh – Subulussalam, dan Banda Aceh – Rimo Singkil. Dengan segala manfaatnya, Program Mudik Gratis Pemerintah Aceh ini adalah contoh nyata dari kebijakan yang dapat membawa dampak positif dan manfaat langsung yang dapat dirasakan oleh masyarakat kita. Betapa tidak, mulai dari animo masyarakat yang tinggi saat pendaftaran untuk melakukan war ticket secara daring. Salah seorang pemudik Rahma (45) yang berhasil mendaftar pulang kampung dari Banda Aceh – Aceh Tamiang, menyambut positif program ini. Manfaat yang dapat dirasakan langsung yaitu terbantunya biaya transportasi yang sudah ditangani oleh Pemerintah, hingga ia bisa mudik bersama keluarga tahun ini. Pada akhirnya, pilihan untuk ikut atau tidak dalam program mudik gratis tergantung pada prioritas dan situasi masing-masing. Jika biaya menjadi perhatian utama, program mudik gratis jelas merupakan opsi yang sangat menguntungkan. Namun, jika fleksibilitas dan kenyamanan lebih diutamakan dari pada sekadar biaya, memilih transportasi pribadi mungkin menjadi pilihan yang lebih baik. Program Mudik Gratis Pemerintah Aceh telah menjadi solusi efektif untuk membantu masyarakat, terutama yang memiliki keterbatasan finansial, namun tetap dapat merayakan hari besar bersama keluarga di kampung halaman. Di samping itu, program ini juga mencerminkan bentuk kepedulian sosial sebagai upaya Pemerintah Aceh serta berbagai pihak dalam mendukung kesejahteraan masyarakat.(Fuji Lestari) Baca Selengkap Tulisan Aceh TRANSit lainnya klik di bawah ini:

Tol Sibanceh Permudah Arus Mudik dan Balik Lebaran

Aceh TRANSit – Sejak awal keberadaanya Tol Sigli-Banda Aceh (Sibanceh) telah menghubungkan berbagai wilayah di Bumi Rencong. Salah satu ruas tolnya yaitu Seksi 1 Padang Tiji-Seulimeum yang menghubungkan Padang Tiji di Kabupaten Pidie dan Seulimeum di Kabupaten Aceh Besar. Ruas Tol Sibanceh Seksi 1 memiliki panjang 23,95 kilometer. Keberadaan Tol Sibanceh ini memiliki banyak manfaat, di antaranya dapat menghemat waktu tempuh perjalanan sehingga mobilitas pengguna jalan menjadi lebih cepat. Meningkatkan daya saing dan sistem logistik jalur perdagangan di Aceh, mendorong tumbuhnya pusat kegiatan ekonomi produktif baru, khususnya di koridor Banda Aceh-Sigli dan menghubungkan pusat ekonomi, industri, serta pasar. Secara umum keberadaan jalan tol di daerah diperlukan guna mempermudah distribusi logistik dan dapat mengurai kemacetan. PT Hutama Karya (HK) resmi membuka jalur fungsional Jalan Tol Sibanceh Seksi 1 Padang Tiji-Seulimeum pada tanggal 24 Maret hingga 10 April untuk kendaraan golongan 1 guna mendukung kelancaran arus mudik dan balik Lebaran 2025. Jalan Tol Sibanceh Seksi 1 ini dibuka tanpa tarif alias gratis mulai pukul 08.00-17.00 WIB. Sebelumnya, Kepala Dinas Perhubungan Aceh, Teuku Faisal telah melakukan peninjauan lapangan terkait rencana kesiapan pengaktifan jalan Tol Sigli – Banda Aceh Seksi 1 (Padang Tiji – Seulimuem). Menjelang mudik Lebaran 1446 H bersama Direktur Lalu Lintas Polda Aceh, Kepala Balai Pengelola Transportasi Darat (BPTD) Kelas II Aceh, dan Branch Manager Divisi Operasi dan Pemeliharaan jalan Tol Ruas Sigli – Banda Aceh pada Jumat, 14 Maret 2025. Pengoperasian ini sebagai langkah strategis untuk mengantisipasi lonjakan volume kendaraan. Lonjakan volume kendaraan diprediksi terjadi selama periode arus mudik H-7 dan arus balik H+7 Lebaran 2025. Untuk mendukung kelancaran arus mudik, PT Hutama Karya telah menyiagakan 280 petugas dan 39 unit kendaraan operasional. Selain itu, dua rest area, yakni rest area 37A dan 37B, beroperasi penuh selama 24 jam dari 20 Maret hingga 10 April 2025. Menurut data yang dihimpun dari e-Manifest Dishub Aceh, sejak H-7 Lebaran 2025 atau 24 Maret hingga 7 April, kendaraan yang melintas di jalan Tol Sibanceh untuk seksi Padang Tiji – Seulimuem selama periode tersebut tercatat sebanyak 63.537 kendaraan, didominasi golongan I sebesar 99 persen. Ini adalah gerbang tol (GT) yang paling ramai meski hanya dibuka fungsional selama sembilan jam per hari. Keberadaan Tol Sigli-Banda Aceh diharapkan dapat mendorong investasi pembangunan daerah sehingga masyarakat dan jasa logistik barang mendapat manfaat baik ekonomi maupun sosial. Kehadiran jalan tol dan berbagai sarana infrastruktur primer untuk pembangunan ekonomi wilayah memang diperlukan bagi daerah sehingga dapat dimanfaatkan untuk upaya pengembangan kawasan industri, mendorong pariwisata lokal, dan membantu para pelaku UMKM. Pemerintah sudah menyediakan infrastruktur yang mengoneksikan antardaerah secara lebih cepat dan mudah sehingga tinggal bagaimana Pemerintah Daerah bisa lebih cepat lagi memacu pertumbuhan ekonomi di daerah masing-masing agar produktif dengan memanfaatkan jalan tol yang sudah dibangun pemerintah.(Dewi Suswati) Baca Selengkap Tulisan Aceh TRANSit lainnya klik di bawah ini:

Doa dan Peusijuek Iringi Keberangkatan Jemaah Haji Dishub Aceh

Banda aceh – Dinas Perhubungan Aceh menyelenggarakan acara pelepasan jemaah calon haji Dishub Aceh di mushalla Baitul Muttaqin pada Jumat pagi, 9 Mei 2025. Pada tahun ini, sebanyak 8 ASN Dishub Aceh memperoleh kesempatan untuk melaksanakan ibadah haji ke baitullah. Kepala Dinas Perhubungan Aceh Teuku Faisal dalam sambutannya menyampaikan supaya para jemaah agar senantiasa fokus melaksanakan ibadah saat berada di tanah suci. “Kita doakan semoga bapak/ibu memperoleh pahala haji yang mabrur, amin ya rabbal ‘alamin,” ucapnya. Proses peusijuek bagi para jemaah calon haji yang dilakukan oleh Tgk Habibie Waly Al Khalidi, sekaligus menyampaikan tausiyah tentang keutamaan ibadah haji. Keluarga besar Dinas Perhubungan Aceh mengcapkan selamat menunaikan ibadah haji. Semoga Allah SWT memberikan kemudahan, kesehatan, dan kekuatan dalam menjalankan setiap rukun dan wajib haji. Semoga kembali ke tanah air dengan selamat dan menjadi haji yang mabrur, amin ya Rabbal ‘alamin.(AB)