Meng-elaborasi Riset dalam Spirit Kolaborasi

Oleh Diana Devi, M.T. (Kepala Bidang Pengembangan Sistem dan Multimoda Dinas Perhubungan Aceh)

DINAMIKA di sektor transportasi yang bergerak dan bertransformasi secara cepat telah berdampak pada kompleksnya kebutuhan dan variasi pelayanan publik. Pengayaan inovasi dan penguatan konsep pelayanan harus secara dinamis dikembangkan untuk menghadirkan kebijakan yang berorientasi pada pelayanan prima bagi masyarakat dalam kerangka acuan normatif.

Tentu saja dibutuhkan tahapan yang sistematis dan terukur untuk mewujudkannya, di mana tahapan perencanaan menjadi awal yang krusial. Keterbatasan internal serta kebutuhan jejaring, melahirkan inisiasi kolaborasi dalam memanfaatkan inovasi dan teknologi yang melayani seluruh lapisan masyarakat.

Bermula dari fakta maupun gagasan imajiner, sebuah keputusan yang berkualitas dan tepat dapat ditentukan melalui suatu proses riset yang akuntabel. Kehadiran suatu wadah riset yang representatif -dalam hal tempat, personil dan organisasi- sangat berpengaruh terhadap proses riset, serta akan menentukan kualitas output yang dihasilkan dari suatu riset.

Di sela-sela tuntutan pelayanan dan aktifitas rutin yang padat, Dinas Perhubungan Aceh berkomitmen mewujudkan pembangunan sektor transportasi yang berbasis pada data, riset dan perencanaan, serta mengedepankan kerjasama (partnership) dengan berbagai lembaga/instansi. Konsistensi terhadap komitmen tersebut dimulai dengan merintis sebuah wadah atau kelembagaan khusus yang akan fokus pada aktivitas-aktivitas riset serta kerja sama di sektor transportasi.

Secara seremonial, spirit ini ditandai dengan diresmikannya gedung Center for Transportation Research and Cooperation (CTRC) pada tanggal 18 September 2020 oleh Bapak Ir. H. Nova Iriansyah, M.T. selaku Plt. Gubernur Aceh sebagai rangkaian peringatan Hari Perhubungan Nasional 2020 (Harhubnas 2020) yang jatuh tepat sehari sebelumnya.

Momen historis ini berlangsung khidmat, meskipun pada jumát pagi yang berkah tersebut Dinas Perhubungan Aceh baru saja memberlakukan pembatasan/ pengetatan aktivitas perkantoran, seiring meningkatnya secara signifikan kasus Covid-19 di lingkungan keluarga besar insan transportasi ini.

Namun suasana yang menggelisahkan ini seolah tersemangati karena bersamaan pada momen tersebut Bapak Plt. Gubernur Aceh yang hadir ke kantor Dinas Perhubungan Aceh dengan melakukan gowes bersama istri (Ibu Dr. Ir. Dyah Erti Idawati, M.T.) juga me-launching Hari Bebas Kendaraan Bermotor dan Gerakan Pengurangan Sampah Plastik. Dua kegiatan yang diinisiasikan sebagai langkah-langkah kecil dalam bagian upaya merubah paradigma pelayanan melalui konsep Green and Smart Office menuju Sustainable Transportation Services.

Memanfaatkan bangunan eks gedung kantor Dinas Kelautan dan Perikanan Aceh yang bernuansa klasik, langkah-langkah strategis dan lompatan-lompatan kecil akan dirintis dan diinovasikan melalui riset-riset dan kerjasama terkait sektor transportasi. Hal ini sejalan dengan tema Harhubnas 2020 yaitu “Wujudkan Asa, Majukan Bangsa”.

Momen ini merupakan langkah nyata dalam membangun sinergisitas kolaboratif untuk mewujudkan transportasi yang berkeadilan dalam mengurangi kesenjangan antarwilayah di Aceh.

Mengapa CTRC? Karena melalui CTRC, Dinas Perhubungan Aceh berupaya mengelaborasi riset dan kerja sama sebagai elemen yang saling menguatkan dalam membangun sistem transportasi yang berkelanjutan (sustainable transport). Sejalan dengan fungsi pengembangan teknologi dan rekayasa di sektor transportasi yang diemban oleh Dinas Perhubungan Aceh, riset dibutuhkan sebagai tool dalam merumuskan dan menetapkan suatu kebijakan serta program yang akan dilaksanakan.

Gedung CTRC Dinas Perhubungan Aceh
Gedung CTRC Dinas Perhubungan Aceh

Kompleksitas pelayanan yang terdapat pada sektor transportasi menuntut cara pandang yang luas dalam menjangkau tatanan kehidupan masyarakat. Oleh karenanya perlu suatu pedoman ilmiah yang lahir dari pemikiran profesional, aplikatif, dan terukur yang teraktualisasi melalui riset yang berbasis pada keakuratan data, ketepatan metode, serta kecermatan analisis.

Pada tataran birokrasi, profesi peneliti cenderung belum diminati oleh para Aparatur Sipil Negara (ASN) dan tidak setenar profesi lainnya di lingkungan pemerintahan, namun tidak sedikit pula yang menekuninya. Begitu pula di lingkungan kerja Dinas Perhubungan Aceh, masih banyak keterbatasan yang dimiliki serta support yang dibutuhkan untuk mengoptimalkan capaian di bidang riset transportasi. Hadirnya CTRC diharapkan dapat menstimulasi dan mengeksplore potensi tersembunyi dari para insan perhubungan.

Talenta dan ASN millennial yang selama ini terpaku dengan rutinitas, dirangsang untuk membedah suatu fakta melalui analisis yang ilmiah, dan mampu melahirkan inovasi serta gagasan-gagasan yang aplikatif. Untuk mewujudkan ekspektasi tersebut, kelembagaan CTRC akan ditopang dan dibina melalui kerja sama dan kolaborasi peran akademisi serta pakar dari berbagai multidisplin ilmu, kompetensi, serta peran lembaga/instansi lainnya.

Keseriusan atas komitmen dan cita-cita ini telah dibuktikan dalam beberapa kegiatan yang pernah dilakukan, seperti Kerjasama antara Dinas Perhubungan Aceh dengan Fakultas Teknik Unsyiah berdasarkan Nota Kesepahaman antara Pemerintah Aceh dan Unsyiah tentang Kerjasama Pendidikan, Penelitian, Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi serta Pengembangan Sumber Daya Manusia, antara lain: Pembuatan Prototype dan Simulasi E-Ticketing Sistem Angkutan Massal Transkutaraja; Aplikasi Sapa Mudik; pelibatan beberapa akademisi dari Universitas Syiah Kuala sebagai Tenaga Ahli; serta beberapa studi di sektor transportasi.

Yang paling mutakhir adalah penandatanganan Nota Kesepahaman oleh Kepala Dinas Perhubungan Aceh bersama Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh dalam rangka melakukan kerja sama di bidang penyediaan dan pertukaran data, transfer knowledge, serta pengembangan riset dan teknologi pada awal November 2020.

Tak hanya mengawal kegiatan riset, CTRC juga akan mengambil peran dalam mensinergikan kerjasama program sektor perhubungan melalui Coorporate Social Responsibility (CSR). Sistem kemitraan ini dilakukan dengan menggandeng beberapa perusahaan BUMN, BUMD, swasta, maupun lembaga independen lainnya untuk mewujudkan tanggung jawab sosial mereka kepada lingkungan dan masyarakat di sektor transportasi. Bukan sekedar tren formalitas, CSR mampu memberikan kredibilitas yang baik terhadap perusahaan melalui kontribusi positif yang dilakukan dalam kemitraan tersebut.

Kontribusi CSR terhadap infrastruktur transportasi dapat bermanfaat secara langsung bagi masyarakat seperti pembangunan halte, pembangunan jalur bersepeda serta fasilitas layanan informasi dan fasilitas pendukung lainnya; seperti layanan ATM, mushalla dan pembangunan ruang hijau di lingkungan terminal/pelabuhan/ stasiun. Pembangunan beberapa Halte TransKutaraja di kota Banda Aceh, merupakan contoh nyata kegiatan CSR yang telah dirintis oleh Dinas Perhubungan Aceh dengan melibatkan Bank ternama di Aceh, seperti Bank Aceh, Bank BRI dan Bank BNI. Sistem kemitraan ini menjadi pola kolaborasi yang akan terus dikembangkan seiring upaya peningkatan pelayanan transportasi publik di Aceh.

Perwujudan transportasi yang beradilan pada haikkatnya adalah menghadirkan fungsi transportasi sebagai “penunjang” dalam mengimbangi pesatnya pertumbuhan suatu kawasan/ wilayah (transport follows the trade), serta secara seimbang juga dibina sebagai “pendorong” tumbuh kembangnya potensi pada wilayah terluar/terdepan dan terisolir melalui penyediaan akses transportasi dan peningkatan konektivitasnya dengan wilayah yang telah berkembang (transport attracts the trade). Insya Allah, CTRC akan menjadi ”rumah” bagi insan perhubungan dalam menumbuhkan dan mengaktualisasi gagasan-ide-inovasi bagi pelayanan transportasi yang berkeadilan, mereduksi dampak lingkungan, dan merangkul anak negeri tanpa diskriminasi.(*)

Selengkapnya cek di laman:

Tabloid ACEH TRANSit

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Skip to content