Dishub

Bus Trans Koetaradja: Bukti Nyata Transportasi Publik Gratis itu Ada

Oleh Djoko Setijowarno

Bus Trans Koetaradja adalah sebuah sistem transportasi umum di Banda Aceh dan Aceh Besar yang menjadi solusi modern untuk mobilitas perkotaan. Bus Trans Koetaradja tidak hanya dibangun untuk mengatasi kemacetan, tetapi juga untuk memberikan layanan transportasi yang aman, nyaman, dan terjangkau bagi masyarakat .

Sejak kehadirannya, Trans Koetaradja telah menjadi bagian tak terpisahkan dari rutinitas harian banyak orang, terutama mahasiswa yang menjadikannya andalan untuk bepergian ke kampus atau ke pusat kota. Layanan gratis dan fasilitas yang nyaman, seperti pendingin udara, membuat Trans Koetaradja sangat populer dan selalu ramai penumpang. Meskipun sempat mengalami tantangan operasional dan revitalisasi, layanan ini terus berupaya memberikan yang terbaik untuk masyarakat, menjadikannya salah satu sistem transportasi publik yang sukses dan berkelanjutan di Indonesia.

Perkembangan Bus Trans Koetaradja menunjukkan komitmen pemerintah untuk menjadikan layanan bus ini sebagai tulang punggung transportasi publik yang terintegrasi di Banda Aceh. Penambahan rute feeder sangat penting karena memungkinkan penumpang dari area yang lebih jauh untuk terhubung ke koridor utama dengan mudah.

Program ini merupakan inisiasi pemerintah dengan tujuan utama untuk meningkatkan kualitas layanan transportasi publik di Aceh. Nama “Koetaradja” sendiri diambil dari nama lama Kota Banda Aceh, yakni Kutaraja, yang memberikan sentuhan lokal pada identitasnya.

Informasi Dinas Perhubungan Provinsi Aceh (2025), menyebutkan 2 Mei 2016, bus Trans Koetaradja resmi beroperasi, saat itu hanya satu koridor, yaitu Pusat Kota (Masjid Raya Baiturrahman) – Darussalam (Pusat Perkuliahan), dengan jumlah bus sebanyak 25 unit hibah dari Kementerian Perhubungan. Seiring berjalan waktu, saat ini Trans Koetaradja sudah memiliki 59 unit bus, 25 bus ukuran besar dan 34 bus ukuran sedang yang melayani 6 koridor utama dan 5 rute feeder di Kota Banda Aceh dan Kabupaten Aceh Besar.

Koridor 1 (Pusat Kota – Daerussalam), koridor 2 (Pusat Kota – Blang Bintang via Lambaro), koridor 2B (Pusat Kota – Ulee Lheue), koridor 3A (Pusat Kota – Mata le via Setul, koridor 3B (Pusat kota – Mata le via lampaeuneurut), dan koridor 5 (Pusat kota – Blang Bintang via Ulee Kareng). Sementara feeder 1 (Trans Campus/Darussalam), feeder 2 (Pusat Kota – Lambaro), feeder 3 (Pusat Kota – Lampuuk), feeder 4 (Simpang Rima – Lambung), feeder 5 (BKKBN – Serambi Indonesia), feeder 6 (Keudah – Pasar Al Mahirah), feeder 7 (Darussalam – Pasar Lam Ateuk), feeder 8 (Pusat Kota – Lampaseh) dan yang paling terbaru adalah feeder 9 (Sp Mesra – Kajhu).

Diskusi dengan Sekretaris Dinas Perhubungan Provinsi Aceh T. Rizki Fadhil, S.SiT, M.Si (23/09/2025), menyampaikan perdana tahun 2016 dioperasikan 10 unit bus besar untuk 1 rute, tahun 2017 untuk 3 rute (25 bus besar dan 5 bus sedang), tahun 2018 untuk 3 rute (25 bus besar dan 15 bus sedang), tahun 2019 untuk 5 rute (25 bus besar dan 27 bus sedang), tahun 2020 untuk 6 rute (25 bus besar dan 27 bus sedang), tahun 2021 untuk 6 rute (25 bus besar dan 27 bus sedang), tahun 2022 untuk 10 rute (6 koridor dan 4 feeder ) menggunakan 25 bus besar dan 27 bus sedang, tahun 2023 dan 2024 untuk 11 rute (6 koridor dan 6 feeder ) menggunakan 25 bus besar dan 34 bus sedang, tahun 2025 untuk 15 rute (6 koridor dan 9 feeder ) menggunakan 25 bus besar dan 34 bus sedang.

Tempat perhentian Bus Trans Koetaradja berupa halte (permanen dan portable ) dan shelter. Tahun 2016 disediakan 16 halte permanen dan 24 halte portable , tahun 2017 (45 halte permanen dan 38 halte portable ), tahun 2018 (85 halte permanen dan 38 halte portable ), tahun 2019 (90 halte permanen dan 54 halte portable ), tahun 2020 (91 halte permanen dan 76 halte portable ), tahun 2021 (91 halte permanen dan 83 halte portable ), tahun 2022 (94 halte permanen, 83 halte portable dan 7 shelter), tahun 2023-2024 (94 halte permanen, 85 halte portable dan 10 shelter) dan tahun 2025 (94 halte permanen, 87 halte portable dan 10 shelter).

Trans campus

Tersedia juga layanan Trans Campus yang melayani dua kampus negeri, yaitu Universitas Syah Kuala dan Universitas Islam Negeri Ar-Raniry. Jumlah bus feeder di jalur ini sebanyak 2 unit bus, mulai dari asrama mahasiswa melewati semua fakulltas dan berakhir di dekat halte Mesjid Jamik yang juga merupakan pemberhentian bus Koridor utama 1.

Bus feeder yang paling diminati khususnya mahasiswa baru ini memiliki kapasitas 16 tempat duduk dan 14 pegangan dengan panjang rute layanan sejauh 5,5 km. Dalam sehari ada 10 ritase, waktu layanan jam 07.30 – 17.05. Sekali ritase 35 menit, waktu tunggu 20 menit untuk kondisi on peak dan 35 menit untuk kondisi off peak. Dengan desain kaca lebar panoramic, bus ini juga dilengkapi dengan ramp untuk disabilitas di pintu belakang bus.

Trans Meudiwana

Setiap hari Minggu dioperasikan Trans Meudiwana. Trans Meudiwana merupakan layanan feeder Trans Koetaradja dikhususkan untuk melayani perjalanan masyarakat yang berpergian ke tempat-tempat wisata yang ada di Kota Banda Aceh dan Kabupaten Aceh Besar, seperti Museum, situs sejarah, situs tsunami dan pantai.

Program ini kolaborasi dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Aceh menggunakan 2 armada bus ukuran sedang. Ada dua rute, yaitu Mesjid Raya – Pelabuhan Penyeberangan Ulee Lheue dan Masjid Raya -Lampuuk. Rute Lampuuk merupakan rute favorit dimana masyarakat bisa menikmati keindahan pantai lampuuk secara gratis.

Anggaran operasional

Penyediaan anggaran melalui APBD merupakan wujud komitmen Pemerintah Aceh dalam memberikan pelayanan angkutan massal perkotaan yang berkelanjutan. Berdasarkan data dari Dinas Perhubungan Provinsi Aceh, alokasi anggaran tahun 2016 sebesar Rp 1,73 miliar, tahun 2017 (Rp 5,45 miliar), tahun 2018 (Rp 7,76 miliar), tahun 2019 (Rp 11,45 miliar), tahun 2020 (Rp 13,2 miliar), tahun 2021 (Rp 12,99 miliar), tahun 2022 (Rp 15,13 miliar), tahun 2023 (Rp 9,59 miliar), tahun 2024 (Rp 10,57 miliar), dan tahun 2025 (Rp 12,65 miliar).

Anggaran Pendapatan dan Belanja Pemerintah Prov. Aceh Tahun 2025 sebesar Rp 11 triliun, Anggaran Pendapatan dan Belanja Kota Banda Aceh (Rp 1,47 triliun), dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Kabupaten Aceh Besar (Rp 1,8 triliun). Menurut data dari Badan Pengelola Tabungan Perumahan Rakyat (BP Tapera) tahun 2024, kawasan perumahan yang harus dilayani di Kota Banda Aceh sebanyak 59 kawasan perumahan dan 113 kawasan perumahan di Kab. Aceh Besar. Sejumlah kawasan perumahan itu harus mendapat layanan transportasi umum.

Sejak awal dioperasikan, layanan Trans Koetaradja dikenal sebagai angkutan massal yang gratis bagi masyarakat. Biaya operasionalnya sepenuhnya ditanggung oleh APBA (Anggaran Pendapatan dan Belanja Aceh). Meskipun ada wacana untuk memberlakukan tarif, layanan gratis ini masih berlaku dan menjadi salah satu daya tarik utamanya.

Tantangan dan Harapan Masa Depan

Salah satu tantangan utama yang dihadapi adalah memastikan ketepatan waktu secara konsisten. Meskipun begitu, Trans Koetaradja telah membuktikan diri sebagai solusi transportasi publik yang efektif, aman, dan nyaman di Banda Aceh. Dengan terus berkembangnya layanan dan modernisasi sistem, diharapkan Trans Koetaradja dapat mendorong masyarakat untuk beralih dari kendaraan pribadi ke transportasi umum, yang pada akhirnya dapat mengurangi kemacetan dan menciptakan kota yang lebih ramah lingkungan.

Perkembangan ini menunjukkan komitmen pemerintah untuk menjadikan Trans Koetaradja sebagai tulang punggung transportasi publik yang terintegrasi di ibukota Provinsi. Penambahan rute feeder sangat penting karena memungkinkan penumpang dari area yang padat pemukiman dapat juga menikmati layanan transportasi gratis ini.

Minat masyarakat untuk menggunakan Trans Koetaradja cenderung tinggi, terutama di kalangan pelajar dan mahasiswa. Layanan ini menjadi pilihan utama bagi banyak orang karena beberapa faktor kunci yang membedakannya dari moda transportasi lain. Namun, ada juga beberapa tantangan yang memengaruhi minat masyarakat.

Faktor Pendorong Minat Penggunaan

Beberapa penelitian dan survei menunjukkan bahwa minat masyarakat untuk menggunakan Trans Koetaradja didorong oleh hal-hal berikut. Pertama, layanan gratis . Ini adalah faktor utama yang membuat Trans Koetaradja sangat diminati. Dengan tidak adanya tarif, masyarakat dapat menghemat biaya transportasi harian, yang sangat membantu terutama bagi pelajar dan mahasiswa yang memiliki anggaran terbatas.

Kedua, kualitas pelayanan. Secara umum, Trans Koetaradja dinilai memiliki kualitas pelayanan yang baik. Hal ini mencakup beberapa aspek, seperti (a) kenyamanan bus, bus dilengkapi dengan pendingin udara (AC) yang membuat perjalanan lebih nyaman, terutama di cuaca panas, (b) fasilitas khusus, adanya tempat duduk prioritas untuk wanita hamil, lansia, atau penyandang disabilitas menunjukkan perhatian terhadap kenyamanan semua penumpang, dan (c) keamanan, masyarakat merasa lebih aman menggunakan transportasi umum massal dibandingkan dengan kendaraan pribadi, terutama untuk perjalanan jauh.

Ketiga, jangkauan rute yang terus bertambah. Seiring perkembangannya, Trans Koetaradja terus menambah koridor dan rute feeder (pengumpan) yang menjangkau lebih banyak area strategis, seperti kampus, pusat perkantoran, dan pasar. Hal ini membuat aksesibilitas menjadi lebih mudah, sehingga meningkatkan minat masyarakat yang tinggal jauh dari rute utama.

Keempat, aplikasi digital. Kehadiran aplikasi yang memungkinkan pengguna melacak posisi bus secara real-time sangat membantu dalam merencanakan perjalanan. Penumpang tidak perlu menunggu terlalu lama di halte karena mereka bisa memprediksi waktu kedatangan bus dengan lebih akurat.

Faktor Penghambat dan Tantangan

Meskipun minatnya tinggi, ada beberapa hal yang masih menjadi kendala bagi sebagian masyarakat. Pertama, keterbatasan waktu dan jalur khusus . Salah satu keluhan utama adalah ketidaktepatan waktu bus, terutama karena tidak adanya jalur khusus. Trans Koetaradja harus berbagi jalur dengan kendaraan lain yang seringkali menyebabkan keterlambatan akibat kemacetan. Hal ini bisa mengurangi minat bagi mereka yang memiliki jadwal padat.

Kedua, akses ke halte. Meskipun rute terus diperluas, jarak halte yang jauh dari pemukiman masih menjadi masalah bagi sebagian orang. Masyarakat cenderung lebih memilih moda transportasi lain yang bisa langsung menjemput mereka di depan rumah. Disinilah dukungan Walikota Banda Aceh dan Bupati Aceh Besar sangat dibutuhkan seperti menghadirkan micro bus pengumpan.

Ketiga, adanya pilihan transportasi lain. Masyarakat dengan pendapatan lebih tinggi cenderung lebih memilih transportasi pribadi atau layanan ojek daring yang lebih fleksibel dan bisa menjangkau lokasi mana pun tanpa perlu menunggu.

Secara keseluruhan, minat masyarakat Banda Aceh dan Aceh Besar terhadap Trans Koetaradja sangat positif, terutama karena layanan ini gratis, nyaman, dan terus berinovasi. Namun, untuk semakin meningkatkan minat dan mengalihkan lebih banyak pengguna kendaraan pribadi, tantangan seperti ketepatan waktu dan aksesibilitas halte perlu terus diatasi.

*Djoko Setijowarno, Akademisi Prodi Teknik Sipil Unika Soegijapranata dan Wakil Ketua Pemberdayaan dan Pengembangan Wilayah Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Pusat.

Baca Berita Lainnya:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *