Dua puluh tahun telah berlalu sejak gelombang dahsyat tsunami menyapu pesisir Aceh, meninggalkan luka mendalam bagi ribuan jiwa. Namun, di balik tragedi itu, tersimpan kisah-kisah inspiratif tentang ketangguhan dan harapan, salah satunya adalah kisah Delisa Fitri Rahmadani.
Pada 26 Desember 2004, Delisa, seorang gadis kecil berusia tujuh tahun, tengah bermain di pantai bersama keluarganya. Hari itu, gempa bumi mengguncang, disusul dengan gelombang tsunami yang memorak-porandakan segalanya. Dalam kekacauan, Delisa terpisah dari keluarganya dan hanyut terbawa arus. Ia ditemukan dua hari kemudian, delapan kilometer dari rumahnya, dalam kondisi memprihatinkan.
Delisa harus merelakan kehilangan kedua kakinya. Tiga kali operasi amputasi ia jalani, diikuti dengan perjuangan panjang untuk belajar berjalan kembali dengan tongkat dan kaki palsu. Namun, keterbatasan fisik tak mematahkan semangatnya. Dengan dukungan penuh dari keluarga, Delisa tetap bersekolah di sekolah umum, berbaur dengan teman-teman sebayanya. Ia bahkan aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler, membuktikan bahwa keterbatasan bukanlah penghalang untuk meraih mimpi.
“Kaki saya memang hilang, tapi pikiran saya tetap utuh,” ujar Delisa, mengenang masa-masa sulit itu.

Waktu berlalu, Delisa tumbuh menjadi gadis remaja yang cerdas dan mandiri. Setelah lulus SMA, ia mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi. Ia memilih jurusan ilmu komunikasi, sebuah bidang yang sangat ia minati. Kini, Delisa telah meraih gelar sarjana dan bekerja di PT Bank Syariah Indonesia.
Kisah Delisa adalah cerminan dari kebangkitan Aceh pascatsunami. Dua dekade berlalu, Aceh telah berbenah. Gedung-gedung berstandar bencana berdiri kokoh, tempat-tempat wisata kembali ramai dikunjungi, dan layanan publik semakin membaik. Transportasi umum, seperti Transkutaraja, kini ramah disabilitas, memudahkan mobilitas penyandang disabilitas seperti Delisa.
“Ruang gerak boleh terbatas, sisanya lakukan sesuai kemampuan saya,” kata Delisa, menyuarakan semangatnya.
Delisa ingin menginspirasi penyandang disabilitas lainnya untuk tidak menyerah pada keadaan. Ia percaya bahwa setiap orang memiliki potensi untuk meraih kesuksesan, asalkan memiliki kemauan dan kerja keras. Kisah Delisa adalah bukti nyata bahwa harapan selalu ada, bahkan setelah badai terhebat sekalipun.(*)
Video selengkapnya bisa nonton di bawah ini: