Dishub

Bagaimana Cara Kerja Sonar Pada Kapal?

Sonar atau Sound Navigation and Ranging merupakan salah satu alat sistem navigasi pada kapal yang betujuan untuk penginderaan jauh pencitraan bawah laut, kehadiran sonar merupakan salah satu bentuk nyata dalam perkembangan teknologi sistem navigasi laut. Mengingat jangkauan dan kemampuan yang terbatas pada penerapan visual lingkungan bawah air, maka sonar yang menjadi solusi pilihan untuk pengamatan dasar laut sejak dimulai pada tahun 1950-an.

Sonar sendiri adalah suatu sistem yang terdiri dari transduser dengan arah miring beserta unit perekamannya yang dapat digunakan untuk memberikan informasi citra bawah laut. Sistem sonar yang digunakan untuk mendeteksi suatu objek menggunakan frekuensi suara tinggi atau ultrasionik, frekuensi yang digunakan umumnya ada pada range yaitu 50 KHz karena pada rentang frekuensi ini tidak bisa terdengar oleh manusia dan panjang gelombangnya sangatlah kecil.

Prinsip kerja sistem sonar yaitu sebuah kapal memancarkan sinar kedalam air maka pantulan dari sinyal tersebut akan menimbulkan efek gema dan akan dipantulkan kembali kepada sistem penerima atau receiver lalu dilakukan pengkalkulasian mengenai jarak objek dari lokasi kapal dan juga informasi lainnya seperti pemetaan bawah air.

Untuk lebih jelasnya cara kerja sonar adalah sebagai berikut. Pertama, echosounder mengemisikan gelombang suara berfrekuensi tinggi. Gelombang suara ini akan merambat dalam air. Jika mengenai objek seperti ikan atau benda lain maka gelombang suara tersebut akan terpantul. Sinyal pantulan akan diterima oleh hidrofon dan ditampilkan oleh display yang menggambarkan karateristik objek dibawah air. Untuk mengetahui lokasi (jarak) dari objek dibawah air, maka waktu yang dibutuhkan gelombang suara tersebut dapat digunakan untuk mencari jarak yang ditempuh gelombang suara tersebut. Sedangkan jarak (posisi) aktual  dari objek tersebut diproleh dengan membagi dua panjang gelombang yang ditempuh. Maka dengan adanya sonar, dapat menghasilkan citra dasar laut secara jelas dan memudahkan kita dalam menginterfertasikan kondisi dasar laut dan objek yang ada.

Hasil pencitraan sonar dapat disajikan dalam bentuk 2 dimensi (2D) bahkan menjadi represtasi 3D dengan cara penambahan data kedalaman atau dengan cara algoritma menggunakan informasi intensitas gema yang terkandung dalam derajat kehitaman. Dengan tampilan model 3D bertujuan untuk meningkatkan visualisasi bawah laut sehingga akan memberikan informasi yang lebih jelas tentang objek bawah laut, topografi dasar laut dan untuk pembuatan jalur pelayaran.(AP)