Tak akan ada habisnya jika membahas pesona Aceh. Terbentang paling ujung barat Pulau Sumatera, Aceh memiliki garis pantai yang sangat panjang dan didominasi wilayah perbukitan serta hutan tropis. Benar kata Koes Plus dalam lirik lagu “Kolam Susu” yang dirilis Tahun 1973. Petikan “Orang bilang tanah kita tanah surga. Tongkat kayu dan batu jadi tanaman. Orang bilang tanah kita tanah surga. Tongkat kayu dan batu jadi tanaman.”
Makna yang dalam lagu ini menggambarkan betapa kaya dan indah serta subur alam yang ada di Tanah Air tercinta ini. Melodi yang mengalun saat mendengar lagu ini begitu padan saat si roda empat menyusuri jalanan hitam yang diapit oleh rindangnya pepohonan, megahnya bukit hijau, hamparan ladang persawahan serta bunyi gemercik air mengenai batu cadas. Paduan ini membawa kesejukan dan kedamaian yang tak akan ada habisnya.
Kalau kata anak sekarang mah, “Healing kita healing”. Terkait istilah “healing” yang kerap dipakai orang-orang di media sosial, liburan bisa saja dikatakan sebagai self-healing. Sehingga, kata ini dapat dimaknai sebagai bentuk penyembuhan atau pemulihan. Hal itu dilakukan untuk memuaskan diri sendiri agar merasa bahagia dan nyaman kembali.
Di sini tempat yang sangat tepat, Di mulai dari Keumala hingga Tangse, berada di Kabupaten Pidie. Dua puluh menit berjarak dari Ibukota Pidie, Sigli. Rakan Moda bisa menikmati wisata air (waterpark) Keumala. Tempat ini berada di samping irigasi dan bendungan Keumala serta pemandangan sawah yang masih asri.
Menurut sejarah orang dulu, nama Keumala diberikan kepada kecamatan ini karena cahaya berwarna senja yang memantul ke langit yang keluar dari sebuah kolam di Desa Jijiem di sore hari setelah hujan. Karena Keumala itu sendiri berarti cahaya.
Keumala terkenal dengan sumber daya alam berupa beras dan air bersih. Kecamatan ini merupakan salah satu lumbung padi di Kabupaten Pidie. Sungai dan pegunungan di pemukiman Keumala Dalam juga sering dijadikan objek wisata. Tak ayal, jika Rakan ingin healing ala alam, Keumala wajib dikunjungi.
Melanjutkan lebih kurang satu setengah jam perjalan, Rakan akan sampe ke Wilayah Tangse. Mendengar kata “Tangse” ada panganan yang lekat dengan daerah ini. Siapa yang tak kenal dengan rajanya buah, yups, “Durian Tangse” sangatlah terkenal. Dagingnya yang berwarna kuning bak mentega serta rasa manis dan creamy begitu menggugah selera. Satu takkan akan cukup bagi Rakan pencinta durian. Sangatlah rugi, jika tidak menikmati durian khas Tangse ini. Durian ini biasanya panen setahun sekali sekitar Bulan Januari hingga Maret.
Selain durian yang terkenal, daerah ini juga terkenal dengan daging rusa. Tekstur daging yang begitu empuk dengan paduan rempah-rempah yang dianugerahi alam Indonesia, benar-benar melengkapi wisata di wilayah yang sejuk ini. Gurih dan menggiurkan pastinya. Tangse juga merupakan salah satu daerah dataran tinggi Aceh. Hampir seluruh wilayahnya diitari pegunungan. Jika Rakan menginap di Kawasan ini, akan merasakan asap keluar dari mulut, serasa seperti di Switzerland.
Salah satu tempat cita rasa Mie Aceh ternikmat juga berasal dari daerah ini. Paket yang lengkap, kuliner yang khas dan nikmat serta alam asri hanya berada dalam satu kawasan. Bak pepatah, sekali dayung, dua tiga pulau terlampaui. Dan lagi, masyarakat yang ramah dan bersahaja menambah kesan yang tak terlupakan dalam perjalanan ini. Tunggu apalagi, Rakan. Yuk, bergegas mengemasi barang dan seluruh perlengkapan wisata. Kita camping di Keumala dan Tangse. Wait! Ini kan lagi edisi Ramadan. Lupa deh sakingg semangatnya bahas wisata dan kulineran. Nggak sabar nunggu bedug untuk nyobain kolak durian dan Mie Aceh. Jangan pada ileran, Rakan. Perjalanan ini terpaksa kita pending dulu. Kita fokus dulu untuk meningkatkan amalan di bulan penuh berkah ini. Semangat untuk menjalani Ibadah Puasa, Rakan! (Misqul Syakirah)
Bacaan lainnya unduh di bawah ini: