Dishub

RAZIA ANGKUTAN ORANG DAN BARANG Tahun 2019

Aceh – Dalam rangka mencegah terjadinya kecelakaan lalu lintas dan menciptakan kenyamanan bagi para pengguna angkutan umum di Aceh, Dinas Perhubungan Aceh bersama Dinas Perhubungan Kab. Aceh Besar, POM Kodam Iskandar Muda, Balai Pengelola Transportasi Darat, dan Ditlantas Polda Aceh melakukan razia penertiban angkutan umum di  Terminal  Lintasan Jalan Nasional pada Kabupaten Aceh Besar baik lintas Timur  maupun Lintas Barat mulai tanggal 09   s/d  12  Oktober 2018. Dalam razia penertiban angkutan umum ini pemeriksaan yang dilakukan yakni meliputi pemeriksaan administrasi, pemeriksaan teknik  kendaraan bermotor, serta kelaikan jalan. Kepala Seksi Lalu Lintas dan Keselamatan Jalan, M. Hanung mengatakan, masyarakat harus memenuhi persyaratan administrasi, teknis, dan kelaikan jalan dalam berkendara agar terpenuhi keselamatan dalam berlalu lintas. Dari razia yang saat ini masih berlangsung, diketahui telah terdapat 73 kendaraan yang tidak mematuhi peraturan sehingga petugas melakukan tilang dan mengambil STNK, SIM atau administrasi  lainnya  sebagai barang bukti untuk diajukan ke Pengadilan Negeri Jantho. Kepala Bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Nizarli, juga mengatakan bahwa ini merupakan tindakan preventif dari pemerintah untuk melakukan pemeriksaan terhadap pelanggaran lalu lintas khususnya untuk angkutan umum dan darat dengan harapan secara pribadi tingkat pelanggaran teknis, maupun administrasi dapat diturunkan sehingga juga dapat menurunkan angka kecelakaan. (HS)

Trans Koetaradja Tidak Menghilangkan Peran Angkutan Lokal di Pelabuhan Ulee Lheue

Kehadiran Bus Trans Koetaradja diharapkan mampu membantu mewujudkan transportasi massal yang aman dan nyaman bagi penumpang. Hal ini diwujudkan  dengan pembangunan fasilitas untuk meningkatkan pelayanan Trans Koetaradja yang dilakukan dengan cepat dan maksimal. Keberadaan Trans Koetaradja pada Trayek 2B (Pelabuhan Ulee Lheue) menuai aksi protes dari pemilik angkutan umum lokal (awak becak dan taksi) yang diduga telah melanggar ketentuan dengan sering melakukan mangkal/ngetem (berhenti dan menunggu penumpang tiba dari Sabang) di pelabuhan, hal ini membuat kehilangkan mata pencaharian mereka di daerah pelabuhan Ulee Lheue. Aksi itu dilakukan kemarin (10/10/18) di area pelabuhan dan ditenggarai oleh Kepala Dinas Perhubungan Kota Banda Aceh Muzakir Tulod untuk meredam suasana. Muzakir telah menyurati Kepala Dinas Perhubungan Aceh untuk mengevaluasi kinerja operasional Trans Koetaradja pada trayek 2B. Keluhan awak becak dan taksi pelabuhan juga direspon melalui media massa dan media sosial lainya. Mereka meminta Kepala UPTD TransKoetaradja untuk melakukan tindakan. Dan pada pagi ini (11/10/18) Kepala UPTD Trans Koetaradja  T. Robby Irza telah melakukan pertemuan dengan Kepala UPTD Pelabuhan Ule Lheue Rusmansyah guna berdiskusi secara langsung tentang ada atau tidaknya batasan keberadaan dan layanan TransKoetaradja di Pelabuhan Ulee Lheue. Rusmansyah menjelaskan bahwa sampai dengan saat ini belum ada batasan keberadaan Trans Koetaradja di dalam pelabuhan, justru masyarakat khususnya penumpang dari Balohan Sabang sangat berterima kasih karena dengan keberadaan Trans Koetaradja dapat menghubungkan dari moda laut ke moda darat, bahkan ke moda udara. Kepala UPTD Trans Koetaradja juga mengadakan pertemuan dengan Ketua Perkumpulan Awak becak/taksi lokal Yayan di pelabuhan Ulee Lheue. Pada pertemuan tersebut  mereka tidak mengijinkan Trans Koetaradja untuk  masuk ke kawasan pelabuhan jika masih mengetem atau menunggu penumpang yang baru tiba dari Balohan Sabang, sampai pada akhirnya mereka menyetujui dengan syarat Trans Koetaradja hanya boleh menurunkan dan menaikkan penumpang yang ada di halte saja dan tidak ngetem/mangkal, sehingga angkutan lokal juga mempunyai peran untuk mengantarkan penumpang ke tujuan perjalanannya. Selain itu hasil kesepakatan menegaskan bahwa halte pelabuhan Ulee Lheue sebagai halte transisi, bukan sebagai halte asal keberangkatan. “Keberadaan angkutan lokal juga diharapkan dapat meningkatkan pelayanan masyarakat dan wisatawan yang datang dari Sabang, salah satunya dengan tarif yang jelas dan sesuai ketetapan, sehingga ada kepastian dan kenyamanan bagi penggunanya untuk memilih moda transportasi yang akan digunakan” harapan Robby selaku penanggung jawab Trans Koetaradja. (DW)

ISKANDAR, DRIVER YANG HOBBY MERAJUT

Iskandar (38 tahun), Pria kelahiran 8 Agustus 1980 di Aceh Besar, adalah seorang driver bus Trans Koetaradja koridor 1 dengan rute Keudah – Darussalam. Beliau merupakan penerima Award Awak Kendaraan  Trans Koetaradja terbaik tahun 2018. Pria yang biasa disapa ‘Pak Is’ ini lahir dari seorang ayah yang berprofesi pegawai di Aceh Besar, yang mengutamakan Pendidikan. Setelah lulus dari pendidikan Pak Is memutuskan untuk menjadi supir angkutan umum (labi-labi) di seputaran Banda Aceh, profesi ini dijalaninya selama lebih kurang 17 tahun. Pada tahun 2016, Pak Is mencoba peruntungannya dengan mengikuti seleksi driver bus Trans Koetaradja yang dilaksanakan oleh Dinas Perhubungan Aceh bersama operator PT. Harapan Indah sebagai penyelenggara Trans Koetaradja. Berbekal pengalaman dan skill yang dimiliki, ayah dua anak ini dapat melewati setiap tahapan seleksi dengan baik, sehingga beliau resmi diterima bergabung menjadi driver bus Trans Kutaraja ke 10 (sepuluh) di PT Harapan Indah selaku operator Koridor I. Peralihan dari supir labi-labi menjadi driver Trans Koetaradja tentu memiliki tantangan tersendiri, ditambah lagi Trans Koetaradja di tahun itu menjadi buah bibir di seputaran kota Banda Aceh membuat semakin menambah tantangan bagi beliau, namun dengan semangat dan tekad yang kuat Pak Is berhasil melalui itu semua dan bertahan sebagai driver Trans Koetaradja hingga saat ini. Ketika ditanyakan apa pengalaman paling unik sejak menjadi driver Trans Koetaradja, pak Is bercerita “dulu pernah ada orang dengan gangguan mental naik ke bus yang saya bawa, dengan tenang saya menegur dan membujuk orang itu  untuk turun di halte selanjutnya karena dapat mengganggu keamanan dan kenyamanan penumpang yang lain” di akhir cerita orang dengan gangguan mental itu menuruti perkataan pak Is tanpa membantah sedikitpun. Walau terkesan garang, pria berkumis yang mempunyai hobby merajut di waktu senggang ini dikenal sebagai sosok yang ramah dan baik hati. Banyak testimoni positif terutama dari kalangan mahasiswa tentang ketepatan waktu dan juga tentang bagaimana kesediaan beliau untuk tetap mengoperasikan Bus Trans Koetaraja demi menunggu beberapa mahasiswa yang membutuhkan angkutan umum untuk pulang setelah menyelesaikan jam perkuliahannya walaupun sudah melewati jadwal kerja yang sudah ditentukan. Atas integritas, dedikasi, dan pelayanan sepenuh hati dari beliau, Dinas Perhubungan Aceh pada acara Malam Keakraban Perhubungan 2018, memberikan penghargaan Awak Kendaraan Trans Koetaradja Terbaik kepada pak Iskandar. Penghargaan ini diserahkan langsung oleh Kepala Dinas Perhubungan Aceh, Bapak Junaidi, ST,MT, dan didampingi oleh Kepala Bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Bapak Nizarli, S.SiT, MT. Penghargaan ini diharapkan dapat menjadi motivasi bagi pak Iskandar maupun driver Trans Koetaradja lainnya untuk dapat terus meningkatkan pelayanan kepada masyarakat khususnya pengguna Angkutan Massal Perkotaan. (S9)

HADAPI MUDIK LEBARAN, 3.833 UNIT ARMADA ANGKUTAN SIAP BEROPERASI

Dinas Perhubungan Aceh, senin (04/05) menggelar rapat koordinasi (rakor) persiapan penyelenggaraan angkutan Lebaran Tahun 2018. Rapat ini dihadiri oleh Dishub Kabupaten/Kota, BPTD-I, BPJN-I, PT. ASDP, PT. Angkasa Pura-II, SAR, Kodim, PT. Jasa Raharja, PMI, Ditlantas Polda. Rapat ini dilaksanakan guna mengantisipasi dampak dari meningkatnya Transportasi akibat Mudik dan Balik Lebaran. Tujuan dari Rapat Angkutan Lebaran ini adalah untuk mengkoordinasikan dan mempersiapkan transportasi  publik dalam rangka  mewujudkan keselamatan,  ketertiban dan kelancaran lalu lintas  mudik dan balik lebaran tahun 2018 M (1439 H ) secara nasional dan khususnya di Provinsi Aceh serta memberikan pelayanan dalam rangka peningkatan keselamatan/kenyamanan dan informasi kondisi lalu lintas Angkutan darat, laut dan udara serta hal lainnya kepada masyarakat pengguna angkutan pada masa lebaran 2018 (1439 H). Dalam kesempatan ini, Kepala Dinas Perhubungan Aceh Junaidi, ST, MT meminta kepada seluruh jajaran terkait seperti Kepolisian untuk menjadi koordinator pengaturan di lapangan pada masa angkutan Lebaran tahun ini. Tak terkecuali juga dari Badan Pelaksanaan Jalan Nasional wilayah I provinsi Aceh guna memberikan informasi tentang jaringan jalan alternatif untuk menghindari kemacetan atau jalan rusak/longsor. Dalam pemaparan teknis yang disampaikan oleh Kepala Bidang LLAJ selaku Penanggung jawab pelaksana kegiatan, Nizarli, S.SiT, MT menyampaikan ada beberapa titik posko angkutan lebaran yang tersebar di beberapa wilayah di Provinsi Aceh yaitu : Terminal Type A Batoh, Terminal Lueng Bata, Pelabuhan Ulee Lheue, Terminal Type B dan Seluruh Kantor Dishub Kabupaten / Kota (Koordinasi). Dari rapat evaluasi diketahui bahwa terdapat 7 titik longsor utama yaitu : Simpang KKA 2 lokasi, Bireun takengan 1 lokasi, Gayo Lues dan Nagan Raya 1 lokasi dan 2 lokasi lagi di Gempang- Tutut. Dan untuk itu pihak BPJN 1 akan memprioritaskan penempatan alat berat pada lokasi tersebut. Bahwa dipastikan juga untuk seluruh armada ASDP (Kapal Ferry) akan siap melayani dengan maksimal pada H-10 s.d H+7, baik di lintasan Singkil – Sinabang, Melaboh – Labuhan Haji – Singkil maupun Ulee Lheue – Balohan Sabang. Untuk mengantisipasi  kemungkinan kecelakaan, Kementerian Perhubungan telah melakukan rampchek untuk armada ASDP minggu lalu. Dishub dan Balai Pengelola Transportasi Darat juga telah melakukan rampchek sejak H-20 dan akan di lakukan secara terus menerus pada H-7 s.d H-1. Dengan harapan kendaraan yang melayani benar-benar layak secara teknis dan administrasi. Dalam pemeriksaan ini juga akan dilaksanakan uji test narkoba secara acak dalam periode tersebut pada pengemudi. Prediksi arus mudik puncak terjadi Pada H-3 yaitu Tanggal 12 Juni dan arus balik  terjadi Pada H+4 yaitu Tanggal 20 Juni 2018. Telah disiapkan armada transportasi untuk AKAP ada 19 perusahaan terdiri dari 602 armada dan 17.781 Seat. Armada tranportasi untuk AKDP ada 84 perusahaan, terdiri dari 3.231 armada dan 56.040 Seat. Untuk armada cadangan AKAP disediakan 30 armada dan 900 Seat, DAMRI menyediakan 10 armada dan 250 Seat serta Dishub Aceh menyediakan 3 armada dan 100 Seat. Dengan adanya posko pada tiap-tiap terminal dan pelabuhan penyeberangan ini diharapkan dapat memberikan pelayanan angkutan yang tertib, teratur, aman dan nyaman. (DW)