Pelabuhan Balohan Sebagai Pintu Gerbang Pariwisata

Keberadaan pelabuhan penyeberangan yang representatif menjadi syarat utama untuk memajukan wilayah kepulauan. Pelabuhan merupakan prasarana utama untuk mendukung perputaran roda perekonomian pada tiap kawasan di Aceh yang terpisah oleh laut.

Jika dilihat dari potensi, Sabang memiliki banyak hal yang dapat dikembangkan dan dioptimalkan. Di antaranya adalah fasilitas yang dapat mengoptimalkan potensi sekaligus mendatangkan penghasilan dan keuntungan bagi kawasan.

Revitalitasi Pelabuhan Penyeberangan Balohan Sabang dilakukan mengingat kondisi pelabuhan sudah tidak layak lagi. Kondisi pelabuhan semrawut dan sangat sempit, dengan infrastruktur dan areal parkir yang terbatas.

Infrastruktur Pelabuhan Penyeberangan Balohan yang telah diredesain menjadi public area, yang dapat dimanfaatkan bukan hanya oleh pengguna jasa pelabuhan, juga seluruh masyarakat Sabang.

Proyek ini meliputi pembangunan Gedung Kapal Lambat, Pembangunan Gedung Kapal Cepat, Pembangunan Gedung Souvenir dan Kafetaria, Jembatan Moveable Bridge (MB) untuk kapal lambat, pemancangan sheet pile, jembatan tipe A dan jembatan tipe B, jembatan tipe C, serta reklamasi dan pemagaran pada areal pelabuhan seluas 4,5 hektare.

Pembangunan pelabuhan ini menggunakan anggaran APBN melalui Multiyers Contract Tiga Tahun sejak tahun 2017 sampai tahun 2019. Revitalisasi ini seharusnya telah rampung pada tahun 2019 bila pengerjaan dimulai dari tahun 2017. Namun, dikarenakan pengerjaan dimulai pada pertengahan tahun 2018, maka waktu pengerjaannya ditambah hingga tahun 2020.

Upaya ini sejatinya memiliki tiga tujuan. Yaitu, sebagai upaya meningkatkan standar keamanan dan kenyamanan Pelabuhan Penyeberangan Balohan Sabang, memberikan image positif untuk Kota Sabang sebagai kawasan wisata dengan bangunan publik yang memiliki standar pelayanan yang baik. Terakhir, untuk memberikan alternatif pilihan yang lebih banyak bagi para penumpang atau pengunjung Pelabuhan Penyeberangan Balohan.

Beberapa waktu lalu, Pemerintah Kota Sabang melakukan rapat bersama Pemerintah Aceh melalui Dinas Perhubungan Aceh serta Badan Pengusahaan Kawasan Sabang (BPKS) terkait pengelolaan Pelabuhan Balohan. Pemkot Sabang menyatakan kesiapannya dalam mengelola Pelabuhan Penyeberangan Balohan Sabang sebagai upaya meningkatkan pelayanan publik.

Transportasi ke Sabang

Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata RI telah menetapkan Kota Sabang sebagai Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) pada tahun 2011. Oleh karena itu, hal utama yang perlu dibenahi adalah transportasi penyeberangan pada lintasan Ulee Lheue (Banda Aceh) ke Balohan (Sabang), begitu juga sebaliknya.

Transportasi penyeberangan pada lintasan ini dilayani oleh dua jenis angkutan penyeberangan, yaitu Kapal Motor Express dan Kapal Ferry. Kapal Motor Express atau lebih familiar dengan sebutan “kapal cepat” dioperasikan oleh dua perusahaan swasta dengan armada KM Express Bahari dan MV Putri Anggreni, dengan waktu tempuh sekitar 45 menit. Kedua operator transportasi penyeberangan tersebut hanya melayani penumpang saja.

Sedangkan Kapal Ferry, lebih akrab di telinga masyarakat dengan sebutan “kapal lambat”, dioperasikan oleh PT. ASDP Indonesia Ferry Cabang Banda Aceh. Perusahaan milik Negara ini mengoperasikan 2 armada penyeberangan, yaitu KMP BRR dan KMP Aceh Hebat 2, yang melayani angkutan penumpang dan kendaraan dengan waktu tempuh sekitar 1,5 jam.

KMP Aceh Hebat 2 yang berkapasitas 1186 GT tersebut baru hadir pada akhir Tahun 2020. Kapal ini lebih besar dari KMP BRR yang sedang beroperasi saat ini, sekaligus menjadi penyemangat sektor pariwisata Sabang. Kedua kapal ferry tersebut diproyeksikan untuk memperlancar transportasi penyeberangan Ulee Lheue – Balohan yang sebelumnya kerap terkendala karena keterbatasan kapasitas kapal pada musim liburan.

Menparekraf Dukung Pariwisata Sabang

Pada Sabtu, 1 Mei 2021, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia, Sandiaga Uno, melakukan kunjungan kerja ke Aceh. Sandiaga melakukan pertemuan dengan Gubernur Aceh, Nova Iriansyah di Meuligoe Gubernur.

Pada pertemuan tersebut, Sandiaga berharap agar pariwisata di Aceh pada masa pandemi Covid-19 tetap menerapkan protokol kesehatan CHSE (Cleanliness, Health, Safety & Environment Sustainability). Agar sektor pariwisata dapat tetap menggeliat di tengah gempuran Covid-19.

Saat mengunjungi destinasi wisata Pantai Teupin Layeu Sabang (2/5/2021), Sandiaga menyampaikan untuk mengambil langkah konkrit dan bergerak cepat berkoordinasi dengan beberapa investor yang potensial terutama yang berkaitan dengan penyediaan amenitas, fasilitas dan juga penyelenggaraan event.

“Kita harapkan dapat mempercepat kebangkitkan pariwisata dan ekonomi kreatif di kawasan ini, membuka lapangan kerja sebanyak-banyaknya dan seluas-luasnya,” harap pria penyuka triathlon ini. (Dewi Suswati)

Skip to content