Bosan tiap weekend cuma bolak balik café? Pengen cobain sesuatu yang inovatif di Banda Aceh ? Yuk cobain wisata yang isinya gak cuma kulineran aja, tapi juga wisata alam, edukasi dan sejarah. Layanan yang bikin pengguna ga cuma scrolling media sosial, melainkan strolling around this beautiful town.
Tahun 2022 yang lalu Dinas Perhubungan Aceh bekerjasama dengan Dinas Budaya dan Pariwisata Aceh telah mengusung layanan Trans Meudiwana sebagai layanan berwisata di wilayah Banda Aceh dan Aceh Besar. Trans Meudiwana menjadi pilihan layanan berwisata gratis yang membuat rakan moda ga melulu megang gadget saat weekend tiba.
Nah titik awal dari rute Trans Meudiwana pengguna akan berkumpul pada halte Mesjid Raya Baiturrahman. Beberapa bangunan yang dilewati Trans Meudiwana merupakan bangunan bersejarah dengan arsitektural yang legendaris. Pastinya dapat meninggalkan banyak cerita dan kejadian yang menarik untuk diceritakan kembali.
Di awal pemberhentian, pengguna akan menjumpai Museum Aceh. Museum yang mengambil prototipe Rumah Tradisional Aceh atau Rumoh Aceh. Selanjutnya melewati Gunongan sebagai salah satu landmark Kesultanan Aceh dan masih utuh hingga sekarang. Nah disini pengguna bisa menikmati taman yang asri dan instagramable dengan gunongan yang berada di tengahnya.
Selanjutnya terdapat Rumah Cut Nyak Dhien, terungkap bahwa arsiteknya adalah Cut Nyak Dhien sendiri. Rumah panggung dengan konstruksi kayu, atap rumbia dan setiap bagian dari bangunannya mengambil filosofi islam. Seperti tiang yang jumlahnya 65, 6 dan 5 yang merupakan lambang dari rukun iman dan rukun Islam.
Setelah menghabiskan waktu menilik wisata arsitektur dan sejarah Aceh, dilanjutkan dengan menikmati wisata alam yang terdapat di kampung Nusa. Pada Oktober tahun 2021 lalu, Menparekraf, Sandiaga Uno bahkan sempat mengunjungi kampung Nusa. Kampung yang terpilih dan masuk 50 besar dalam Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) tahun 2021 yang digelar oleh Kemenparekraf Republik Indonesia. Nah pastinya cukup menarik untuk dikunjungi.
Pemberhentian terakhir yaitu pantai Lampuuk sebagai primadona wisata Aceh Besar yang menawarkan keindahan pasir putih, deburan ombak, dan pemandangan yang memukau. Yang tidak kalah penting pengguna layanan bisa kulineran sepuasnya untuk mengisi perut setelah mengunjungi beberapa tempat sebelumnya.
Setelah bermain menghabiskan waktu di pantai pengguna layanan kembali kearah Kota Banda Aceh dan diberhentikan di Museum Tsunami Aceh yang menjadi saksi bisu tragedi Tsunami tahun 2004. Tak hanya menyimpan benda bersejarah, desain arsitektur Museum Tsunami Aceh ini sangat menakjubkan. Desain berjudul “Rumoh Aceh as Escape Hill” yang mengambil ide dasar Rumoh Aceh. Selain itu, museum ini juga menjadi tempat edukasi bagi pengunjung tentang bencana alam dan pentingnya kesiapsiagaan.
Nah sebagai informasi tambahan dari Dinas Budaya dan Pariwisata Aceh. Dalam kurun waktu tiga tahun terakhir jumlah wisatawan di Aceh mengalami peningkatan setiap tahunnya. Tahun 2020 sebanyak 1300 org wisatawan, 2021 sebanyak 1400 orang dan tahun 2022 meningkat 1700 orang wisatawan.
Meningkatnya jumlah wisatawan pastinya berdampak pada meningkatnya pendapatan bagi penduduk Aceh maupun bagi Kota sendiri. Namun di sisi lain memberikan dampak buruk karena adanya penambahan jumlah perjalanan.
Dengan menggunakan transportasi umum Trans Meudiwana artinya masyarakat telah mengurangi jumlah perjalanan, polusi udara dan emisi dari kendaraan pribadi yang beroperasi di jalan raya. Nah kapan lagi wisata yang bisa memberi impact positif gak cuma bagi fisik dan mental, tetapi juga bagi lingkungan dan isi dompet karena layanan Trans Meudiwana gratis tanpa pungutan biaya.(*)
Versi cetak digital dapat diakses di laman: