Infrastruktur Melemah, Investasi Nihil Adanya

Maka seperti investor, infrastruktur akan memikat hatinya. Keputusan investasi dan penentuan lokasi strategis selayaknya akan membeli sebuah mobil, mereka akan mengecek setiap detail dan spesifikasi yang nantinya akan menjadi barang miliknya. Dari budget yang sesuai hingga fitur yang tersedia. Pastinya, mereka akan memilih yang nyaman dan andal, sehingga tidak membuat tuannya harus mengernyitkan kening saat melakukan pemeliharaan.

Begitulah infrastruktur memainkan peranan dalam menarik minat investor. Sang juragan akan melirik pada kualitas, itu sudahlah jelas. Mereka tak ingin rugi, infrastruktur yang yang menjadi perangkat usaha dalam menjalankan roda perekonomian harus mampu menghasilkan keuntungan yang maksimal. Dalam dunia bisnis, omzet dan profit ini penentunya. Nah, kedua faktor inilah yang menyebabkan infrastruktur yang disediakan harus mampu mengatur keduanya mencapai grafik yang maksimal.

Menjadi pertanyaan, sudah mampukah infrastruktur yang telah dibangun meningkatkan iklim usaha? Yang terpampang nyata, banyak infrastruktur yang telah ditumbuhi ilalang sepanjang lantai dan dindingnya, bak istana putri tidur. Belum lagi, beberapa bagiannya tercipta pola retak yang akan mahal jika itu adalah lukisan. Namun sayang ini hanyalah bangunan yang terdiam bisu menjadi saksi roman picisan dalam dunia birokrasi.

Percakapan dalam pers yang dirilis Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kemenetrian Perhubungan RI, Menteri Perhubungan mengutarakan bahwa di Tahun 2020, anggaran yang dialokasikan untuk infrastruktur naik 1 triliun dari tahun sebelumnya, difokuskan pada peningkatan konektivitas melalui pembangunan dan pengembangan infrastruktur transportasi dan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) sektor transportasi. Pemerintah tentu tidak tinggal diam, terus berupaya mewujudkan kesejahteraan.

Dengan anggaran yang sebesar ini, semestinya infrastruktur mulai memainkan perannya di dunia bisnis. Namun dilema tak kunjung berakhir, belum beberapa tahun, infrastruktur yang dibangun telah mengalami ‘gagal tulang’, entah osteoporosis atau reumatik. Mengapa bisa demikian?

Sebenarnya, sedikit berat untuk diutarakan, bagaimana tidak, beberapa tahun berselang, infrastruktur dikerjakan disitu-situ saja, yang retaknya, jalannya berlubang, kurang sana sini hingga akhirnya harus dihancurkan padahal belum mencapai umur bangunan.

Dalam aturan telah disebutkan, setiap pembangunan mutu beton itu telah ditentukan, misalnya bangunan yang diperuntukkan untuk gudang, stadion, tempat industri, dan lain-lain memiliki mutu beton yang berbeda-beda. Hasil itu tentunya didapatkan dalam perhitungan struktur secara kompleks, mustahil hanya menerka secara kasat mata atau sekedar pengalaman pekerjaan yang telah dilakukan.

Bukannya, beda lubuk beda belalang. Begitu pun faktor yang akan dihitung pada suatu struktur bangunan, setiap aspeknya harus dipertimbangkan, dari beban dinamis maupun statis, beban tambahan hingga faktor alam yang mempengaruhi. Semua harus diperhitungkan dan wajib ada masterplan (perencanaan). Tapi shortcut lebih menggiurkan, mengambil satu sampel untuk setiap proyek.

Ada lain yang mengharmonisasi kualitas struktur menjadi di bawah rata-rata. Birokrasi, bianglala yang dimainkan dengan nada yang bias dengan tempo yang tak beraturan serta panjang dan mengena pada ujungnya. Tepatnya, dipermainkan atau permainan. Pengurusan administrasi yang bertele-tele juga menyumbang potensi besar keterlambatan proyek. Yang pada ujungnya, kualitas bukanlah prioritas dan terpenting pekerjaan selesai tepat waktu, tidak ada yang mencoba harmonis dengan ‘denda’.

Kembali lagi pada pentingnya pembangunan infrastruktur yang berkualitas untuk investasi, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menyatakan saat infrastruktur suatu negara melemah, berarti perekonomian berjalan secara tidak efesien yang akan menurunkan daya saing dan ketidakadilan sosial. Indonesia Infrastructure Investment kembali menegaskan pembangunan fisik yang kualitasnya kurang baik juga dapat menyebabkan masalah yang lebih buruk.

Namun, inilah kesempatan bagi seluruh masyarakat Indonesia untuk menjadi partner pemerintah dalam memantau kualitas infrastruktur dengan kritikan yang mebangun. Karena ini bukan jamannya lagi menyalahkan, namun bangkit untuk berbenah dan bergerak maju. Ayo, kita bangun dari mimpi dan siap untuk menggapainya. (Misqul Syakirah)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Skip to content