Operasional Angkutan Udara Perintis 2019 Di Bandara Kuala Batu Blang Pidie Berjalan Sesuai Jadwal

Bandara Kuala Batu Susoh, Blang Pidie, Aceh Barat Daya (Abdya) menjadi bandara umum sejak Tahun 2003 dimana sebelumnya merupakan airstrip untuk mendukung pembangunan jalan lintas Barat – Selatan. Setahun sebelum bencana gempa tsunami Aceh, bandara ini beroperasi untuk kepentingan umum. Operasional perdana pasca konstruksi bandara pada bulan April 2004 dengan pesawat jenis CASA 212 oleh operator penerbangan SMAC (Sabang Merauke Air Charter).

Pasca bencana tsunami Aceh Tahun 2004, kondisi landasan pacu Bandara Kuala Batu, Blang Pidie mengalami keretakan akibat pergeseran tanah (gempa –red) namun pesawat CASA 212 masih dapat beroperasi dengan kondisi setelah perbaikan. Dari laman Liputan6.com yang dilansir pada tanggal 23 Januari 2005 pukul 15.01 WIB memberitakan kondisi pengiriman logistik pada wilayah barat Aceh. Kutipan berita Menuju Calang, kru SCTV menumpang pesawat jenis Cassa milik TNI Angkatan Laut dari Bandar Udara Polonia, Medan, Sumatra Utara. Bandara Polonia adalah salah satu titik koordinasi transportasi dan distribusi segala macam bantuan yang akan dikirim ke Banda Aceh dan sekitarnya, untuk wilayah barat, distribusi logistik melalui udara hanya bisa dilakukan di Bandara Kuala Batu, Blang Pidie1).

Pada saat itu, pengirim logistik sebelum mencapai Kota Calang dengan menggunakan pesawat tersebut mendarat di Bandara Kuala Batu, Blang Pidie yang ditempuh selama satu jam dari Polonia. Bandara ini merupakan satu-satunya  lokasi yang memiliki fasilitas pendaratan pesawat pasca bencana. Sementara lanjutan perjalanan ke Calang dapat menggunakan helikopter.

Mengutip dari laman Serambi News yang dilansir pada hari Rabu, 20 Februari 2019 pukul 09.11 WIB yang menyatakan bahwa “Sekedar informasi, bandara yang dimiliki Kabupaten Aceh Barat Daya ini berperan besar saat musibah gempa dan tsunami Aceh pada Desember 2004. Saat itu berbagai bantuan kemanusiaan didistribusikan ke warga yang berdampak gempa dan tsunami di kawasan itu2).

Mengingat peran Bandar Udara Kuala Batu yang mendukung distribusi logistik pada saat bencana, masyarakat sangat berharap runway bandara dapat diperpanjang, sehingga dapat melayani pesawat yang lebih besar seperti Bandara Cut Nyak Dhien di Nagan Raya.

Pasca Tsunami, rehabilitasi dan rekonstruksi Bandara Kuala Batu dilakukan pada Tahun 2008 dengan perpanjangan runway sepanjang 450 meter sehingga menjadi 1200 meter dengan lebar 23 meter. Namun, sejak Tahun 2008 hingga 2018 (selama sepuluh tahun –red) tidak ada peningkatan dan pemeliharaan pada bandara tersebut, sehingga runway Bandara Kuala Batu membutuhkan pemeliharaan berupa overlay runway dan peningkatan shoulder.

Infografis perkembangan angkutan udara perintis 2019 di Bandara Kuala Batu, Blang Pidie.

Setelah dilakukan overlay dan peningkatan fasilitas lainnya, tepatnya April 2019 (awal kontrak dengan maskapai penerbangan perintis yang didanai APBN –red)  penerbangan pada bandara tersebut terlaksana sesuai jadwal pada rentang waktu Bulan April sampai Bulan Juli dengan akumulasi persentase peningkatan jumlah penumpang sebesar 66 persen dan bagasi meningkat signifikan dengan persentasi sebesar 34 persen. Puncak Kenaikan secara signifikan terjadi pada saat angkutan lebaran Idul Fitri.

Angkutan udara perintis di Bandara Kuala Batu sampai dengan akhir Juli 2019 telah berlangsung sesuai dengan rencana, berdasarkan jadwal sebanyak 15 kali penerbangan  terlaksana 100 persen tanpa adanya pembatalan penerbangan.

Angkutan udara perintis di Bandara Kuala Batu sampai dengan akhir Juli 2019 telah berlangsung sesuai dengan rencana, berdasarkan jadwal sebanyak 15 kali penerbangan  terlaksana 100 persen tanpa adanya pembatalan penerbangan. Dengan demikian, pekerjaan overlay runway bandara Kuala Batu secara teknis sudah memenuhi standar operasional bandar udara. Saat ini, pekerjaan masih dalam masa pemeliharaan untuk serah terima kedua, Apabila terdapat  kekurangan maka masih dapat ditindaklanjuti.

Berdasarkan kontrak Angkutan Udara Perintis pada Tahun 2019, frekuensi penerbangan hanya satu kali dalam seminggu pada Bandara Kuala Batu, Blang Pidie. Kondisi ini belum memberi dampak positif, paling tidak diharapkan frekuensi penerbangan menjadi dua kali dalam seminggu. Usulan penambahan frekuensi telah diusulkan oleh Gubernur Aceh ke Kementerian Perhubungan, termasuk penambahan berdasarkan kebutuhan pada bandara lainnya dalam wilayah Aceh. (MS)

 

1)Artikel ini telah tayang di Liputan6.com dengan judul Melongok Calang yang Lumpuh, https://m.liputan6.com/news/read/94258/melongok-kota-calang-yang-lumpuh.

2)Artikel ini telah tayang di serambinews.com dengan judul Bandara Kuala Batu Sepi, https://aceh.tribunnews.com/2019/02/20/bandara-kuala-batu-sepi.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Skip to content