Mahyuni, Putri Sang Nahkoda KMP. Gurita

Bu Yuyun, begitulah perempuan hebat bernama Mahyuni ini akrab disapa. Dia adalah putri dari nahkoda KMP Gurita yang mengalami musibah pada tanggal 19 Januari 1996, tenggelam antara 5 – 6 mil laut dari Perairan Teluk Balohan, Kota Sabang, Aceh.

Perempuan kelahiran Sabang 49 tahun yang lalu ini adalah salah satu dari tiga wanita hebat di Indonesia yang mengemban jabatan Supervisor di PT. ASDP Indonesia Ferry Cabang Banda Aceh. Sejak Januari 2021, Yuyun dipercaya menjabat sebagai supervisor lintasan Sabang – Banda Aceh dengan lokasi tugas di Pelabuhan Penyeberangan Balohan Sabang. Supervisor merupakan jabatan yang selama ini lazimnya hanya mampu diemban para pria.

Bertugas di pelabuhan, bukanlah sebuah suasana yang asing bagi Mahyuni. Karena sejak kecil dia sering ikut ayahnya, Zaini Djambek, yang merupakan nahkoda KMP Gurita. Maka, bukanlah sesuatu yang asing dan berat ketika Yuyun ikut bergabung dan bertugas di pelabuhan.
Yuyun memulai bergabung di ASDP pada tahun 1996 melanjutkan atau menggantikan posisi orang tuanya. Yuyun bergabung di ASDP usai meraih gelar sarjana ekonomi dari Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.

Sebagai wanita dan ibu rumah-tangga, Yuyun harus pintar-pintar membagi waktu untuk mengurus suaminya Alvian Hasibuan dan putri mereka, Devi Pratiwi. Setiap hari, Yuyun mengawali aktivitas selepas subuh, mempersiapkan keperluan suami dan putrinya sebelum memulai tugas di pelabuhan tepat pukul 8 pagi hingga pukul 6 sore.

“Saya juga harus pandai membagi waktu sebaik mungkin antara pekerjaan dan tanggung jawab saya sebagai ibu/istri dalam keluarga,” ungkap Yuyun.

Sebagai supervisor wanita di pelabuhan tentu mengalami berbagai suka duka. Dukanya saya sering beradu argumen dengan calon penumpang karena mereka ingin menyeberang tanpa memiliki tiket. “Saya harus menyadarkan penumpang bahwa tiket itu juga untuk pegangan bagi mereka selama dalam pelayaran. Jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan mereka bisa mengklaim asuransi, makanya tiket itu sangat berguna bagi penumpang,” ujar Yuyun.

Sementara sukanya, selaku supervisor, Yuyun bisa mengasah jiwa kepemimpinan dalam mengatur anggota, harus tegas dan lugas dalam memimpin. “Saya juga sering berjumpa langsung dengan pejabat di tempat saya bertugas,” ungkap Yuyun kepada Aceh TRANSit di Pelabuhan Penyeberangan Balohan Sabang pada Rabu, 3 November 2021 lalu.

Peristiwa tenggelamnya KMP Gurita di perairan Sabang pada tahun 1996 lalu cukup membekas di benak Yuyun. Saat itu Yuyun masih sering berjumpa ayahnya sang nahkoda kapal tersebut. Dalam kenangan Yuyun, pagi Jumat itu bapaknya pamit seperti biasa bertugas. Hingga sekitar pukul 8 malam, Yuyun mendapatkan kabar duka tentang musibah tenggelamnya KMP Gurita, beserta sang nahkoda.
Namun semua kenangan itu tidak membuat wanita tangguh ini ragu untuk bergabung pada perusahaan yang bergerak dalam sektor transportasi penyeberangan hingga saat ini. (Rizal Syahisa)

Download Tabloid Aceh TRANSit Edisi 8
Selengkapnya:

TRANSit

Skip to content