Bandara SIM Perlu Segera Dibuka untuk Penerbangan Internasional

BANDA ACEH – Rakan harus tahu nih, Bandara Sultan Iskandar Muda (SIM) masih berstatus bandara internasional, lho. Memang, sejak Covid19 melanda Indonesia pada awal 2020, perjalanan dari/ke luar negeri melalui bandara di seluruh Indonesia dibatasi, termasuk melalui Bandara SIM.

Nah, pada tahun ini, sesuai SE Nomor 17 tahun 2022, Pemerintah Pusat kembali membuka 10 bandara sebagai entry point perjalanan internasional, salah satu tujuannya untuk mendukung pemulihan ekonomi nasional melalui sektor pariwisata. Kemudian, Pemerintah menambah 6 bandara lainnya untuk mendukung perjalanan haji yang dituang dalam SE Nomor 19 tahun 2022, salah satunya Bandara SIM.

Merespon tingginya permintaan penerbangan internasional via Bandara SIM oleh masyarakat, Pemerintah Aceh bergerak cepat dengan menyurati Kemenhub pada April lalu, meminta agar Bandara SIM dapat melayani kembali penerbangan internasional.

Tidak berhenti di situ, Pemerintah Aceh juga menyurati Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC-PEN) supaya Bandara SIM ditetapkan sebagai salah satu pintu masuk perjalanan internasional, baik untuk perjalanan umrah, pariwisata maupun akifitas sosial ekonomi lainnya.

Lantas, kenapa Bandara SIM perlu segera dibuka untuk penerbangan internasional? Yuk disimak.

Sebagai satu-satunya provinsi yang menerapkan syari’at islam, Aceh yang dikenal dengan julukan Serambi Mekah menjadi provinsi dengan jumlah jamaah haji dan umrah yang cukup signifikan. Data perjalanan umrah via Bandara SIM sejak tahun 2017 hingga 2020 menunjukkan peningkatan setiap tahunnya. Penerbangan langsung dari Aceh ke Arab Saudi dengan jarak relatif dekat tentunya membuat biaya haji dan umrah lebih murah dan jarak tempuh yang singkat.

Selain perjalanan ke tanah suci, masyarakat Aceh juga sangat antusias menantikan dibukanya kembali penerbangan langsung ke Malaysia, baik via Kuala Lumpur maupun Penang. Data menunjukkan bahwa sebelum pandemi covid-19 pelancong asal negeri jiran sangat ramai berkunjung ke Aceh, begitu pula sebaliknya. Hal ini disebabkan adanya ikatan historis yang kuat antara masyarakat Aceh dengan Malaysia.

Perlunya Bandara SIM ditetapkan kembali sebagai entry point bagi pelaku perjalanan luar negeri juga disebabkan posisi Aceh yang sangat strategis di ujung barat Sumatera dan dekat dengan negara-negara di Eropa, Timur Tengah, Asia Selatan dan kawasan ASEAN.

Pembukaan penerbangan internasional di Bandara SIM juga untuk mendukung kerjasama subregional antara Pemerintah Indonesia (Aceh) dengan sejumlah negara, seperti Indonesia – Malaysia – Thailand Growth Triangle (IMT-GT) serta kerjasama Aceh dengan India (Andaman-Nicobar).

Untuk mendukung dikembangkannya rute penerbangan domestik dan internasional dari Bandara SIM, Pemerintah Aceh telah mengadakan kerjasama dengan PT Indonesia AirAsia terkait dukungan penerbangan dan peningkatan kunjungan wisatawan di Aceh. (AM)

Skip to content