Bersepeda – Sebuah olahraga yang sedang tren belakangan ini. Hampir seluruh kalangan baik dari anak-anak hingga orang dewasa memadati jalanan dengan sepedanya. “Bike Booming” ini mencuri perhatian setiap komunitas, akademisi dan juga instansi Pemerintahan, Terlebih bagian perhubungan yang bersentuhan langsung dengan tatanan lalu lintas yang digunakan.
Bersepeda di jalanan memberikan pola sendiri dalam penanganan pengaturan lalu lintas di jalan. Seperti diskusi yang dilakukan oleh Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK) Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) yang bekerjasama dengan Dinas Perhubungan Aceh membuka wawasan dan kendala-kendala yang dialami pesepeda di jalanan. Seminar yang dilakukan secara daring ini, Sabtu (22/08) dengan tema “Infrastruktur Transportasi Hijau – Bike Booming Selama Pandemi” juga dimaksudkan menjadi wadah diskusi dan pencari solusi bagi kepentingan umum, dalam hal ini khususnya pesepeda agar memiliki kenyamanan dan berkeselamatan di jalan raya.
“Dalam keselamatan bersepeda, ada hal teknis yang perlu diperhatikan seperti fasilitas keselamatan bagi pengguna harus menggunakan helm khusus sepeda, memakai alas kaki, penerangan saat malam dan mematuhi aturan berlalu lintas serta menghormati sesama pengguna jalan” papar Junaidi.
Junaidi melanjutkan, Rancangan Peraturan Menteri Perhubungan mengharuskan penyediaan fasilitas pesepeda pada tempat umum seperti pusat perbelanjaan, perkantoran, tempat ibadah, dan fasilitas umum lainnya. Pemerintah Daerah seharusnya menggali kebutuhan dan karakteristik lokal dalam pemenuhan fasilitas pesepeda.
Sebagai contoh, bahwa masyarakat Aceh mempunyai kebiasaan berkumpul di warong kopi, oleh karena itu perlu diteliti lebih lanjut Bersama Perguruan tinggi agar kita memiliki kebijakan yang mengatur pelanggan warong kopi yang bersepeda disiapkan fasilitas pendukungnya. Harapannya, semua pihak bersama-sama berbenah agar keselamatan dan kenyamanan dalam bersepeda.
Bercermin dari negara yang telah menerapkan bersepeda sebagai salah satu transportasi untuk melakukan perpindahan yang telah berhasil merubah paradigma masyarakat, Irin Caesarina, Dosen Jurusan PWK Unsyiah juga memberikan informasi yang begitu menginspirasi dan membuka wawasan untuk mengembangkan kegiatan bersepeda ini baik dari segi sarana dan prasarana bersepeda yang sebaiknya harus dipenuhi dan perilaku masyarakat dunia saat bersepeda.
Wawasan lain yang diutarakan oleh Oemar Riskov, Seorang penggiat sepeda dari komunitas Gari Off Road (GOR) Banda Aceh, “Hal yang sering terjadi saat mengayuh di jalanan tentang etika dalam bersepeda, merasa menjadi penguasa jalan raya, menerobos lampu merah, tidak memperhatikan fasilitas keselamatan yang harus disediakan bagi pesepeda dan sepeda itu sendiri menjadikan sebuah polemik besar yang perlu ditata dan diatur dalam sebuah kebijakan. Agaknya, banyak pesepeda sekarang acuh terhadap sense of crisis dalam bersepeda serta anggapan ‘pesepeda sebagai penguasa baru di jalan raya?”.
Dinas Perhubungan Aceh juga telah mulai mempersiapkan Hari Tanpa Kendaraan Bermotor yang diharapakan dapat dijadikan sebagai laboratorium dalam melakukan kajian dalam kegiatan ‘Bike To Work’ dan dapat direplikasi dalam kegiatan sehari-hari. Perguruan Tinggi memiliki dedikasi tinggi dalam melakukan penelitian terkait bersepeda sehingga uji coba yang dilakukan ini dapat diterapkan dengan kendala yang sangat minim.
Webinar seperti ini sangat bermanfaat untuk memperoleh solusi permasalahan-permasalahan yang dihadapi untuk dapat mengambil kebijakan yang memiliki keberpihakan pada kepentingan umum dan ramah lingkungan. (MS.RM)