Dalops, Di Balik Layar PKA

Seharusnya kita memberikan penghargaan tinggi terhadap penyelenggaraan Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) ke-8 yang bisa dibilang berlangsung sukses. Keberhasilan itu dapat dilihat dari antusiasme masyarakat yang berbondong-bondong ke lokasi PKA, serta keterlibatan daerah kabupaten/kota yang secara serius mempersiapkan diri untuk berpartisipasi dalam berbagai lomba dan mendirikan stan di berbagai lokasi.


Kekhawatiran sebelumnya terkait potensi ketidakmeriahan PKA akibat cuaca hujan ternyata tidak terwujud. Hal ini tentu menjadi keberuntungan bagi panitia, sehingga hampir semua rangkaian perlombaan dapat berjalan sesuai jadwal yang telah ditetapkan. Secara keseluruhan, PKA ke-8 berjalan sukses sesuai rencana dan memenuhi harapan banyak masyarakat.


Pada acara penutupan PKA-8 di Taman Sulthanah Safiatuddin dan Lapangan Blang Padang, suasana berubah menjadi kerumunan manusia yang begitu padat. Pengunjung sudah memadati kedua area tersebut sejak sore hari. Para pengunjung datang dari berbagai daerah di Aceh untuk menyaksikan ajang lima tahunan tersebut satu kali lagi sebelum ditutup.


Keberhasilan penyelenggaraan event ini juga tidak terlepas dari koordinasi yang baik dari panitia dalam melayani kebutuhan pengunjung PKA. Baik yang bertugas mengamankan lokasi acara maupun yang mengatur kelancaran lalu lintas di sekitarnya berkolaborasi secara harmonis. Kerjasama yang baik ini benar-benar menghasilkan pencapaian maksimal, termasuk dalam mengatasi insiden-insiden kecil seperti tindakan pencopetan yang segera ditangani.


Di balik gemerlapnya Pekan Kebudayaan Aceh, ada orang-orang belakang layar yang menjadi pahlawan tak terlihat, Diantara ramainya aktor dibalik layar tersebut, salah satunya adalah rekan-rekan dari Dinas Perhubungan yang bertugas sebagai tim pengendalian dan operasional (Dalops). Hadirnya petugas Dalops pada event tersebut jadi kunci lancarnya arus perparkiran di tengah lautan pengunjung PKA.
Selain melakukan kegiatan Pengaturan, Pengawasan dan Pengendalian Lalu Lintas (P3L) dan perparkiran, tugas dari Dalops sendiri meliputi menyiapkan sistem informasi dan penanggulangan kecelakaan lalu lintas, menyiapkan bahan serta bimbingan/ penyuluhan di bidang lalu lintas sesuai peraturan perundangan yang berlaku. Lalu pengumpulan dan analisis data kecelakaan lalu lintas serta membuat usulan penanggulangannya. Kemudian juga menyiapkan bahan bimbingan teknis perparkiran.


Hari-hari saat PKA digelar, beriringan dengan matahari yang menyapa kota Banda Aceh, lalu lintas di sekitar lokasi Pekan Kebudayaan semakin menjadi hiruk-pikuk yang tak terkendali. Ratusan kendaraan memadati jalan-jalan sekitar acara, menciptakan simpul kemacetan yang menantang. Rahmad Satriawan, atau yang biasa disapa dengan panggilan Wawan, bersama tim Dalops lainnya, tidak hanya melihat kemacetan sebagai masalah, tetapi sebagai tantangan yang harus dipecahkan dengan strategi dan kehati-hatian. Dengan peta lalu lintas yang rinci, mereka merencanakan alur yang optimal, mengarahkan pengendara ke tempat parkir yang telah ditentukan. Komunikasi yang efektif dan sinkronisasi yang apik antarpetugas Dalops menjadi kunci mengurai simpul kemacetan tersebut.


Sementara itu, suasana keramaian di sekitar lokasi acara semakin terasa. Pengunjung dari berbagai penjuru mulai berdatangan, membawa semangat kebudayaan yang membara. Wawan dan rekan tidak hanya menjadi pengatur lalu lintas, tetapi juga jadi wajah-wajah ramah yang menyambut pengunjung. Dengan senyum di wajah dan isyarat tangan yang terampil, mereka memberikan arahan kepada pengendara, menciptakan suasana yang lebih teratur dan aman.


Tantangan sebenarnya dapat muncul ketika beberapa kendaraan mendadak mogok di tengah jalan, menciptakan hambatan tambahan. Wawan dengan cepat merespon, memanggil bantuan untuk mengevakuasi kendaraan yang macet dan mengarahkan lalu lintas di sekitarnya. Keahlian tim Dalops dalam menangani situasi kritis seperti ini menjadi penentu dalam menjaga kelancaran acara.
“Ada begitu banyak kesan saat bertugas, misalnya ya adu argumen dengan pengendara. Biasanya itu karena nggak mau diatur, maunya menang sendiri, “ ujarnya.


Wawan yang telah bertugas di Dinas Perhubungan Aceh sejak tahun 2003 ini mulai bertugas di Bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan sejak tahun 2010. Sudah banyak suka dan duka yang dialami selama masa bertugas tersebut.


“Pekerjaan pengamanan lalu lintas itu kan kadang berjalan 24 jam, jadi otomatis waktu sama keluarga jadi berkurang kalau sedang bertugas. Jadi, hari liburnya ya kadang nggak ada. Misal, kalau ada acara keluarga juga ya harus ditinggalkan kalau tugas,” tambahnya.


Bertugas sebagai Dalops pada Pekan Kebudayaan Aceh bukan hanya pekerjaan, tetapi sebuah perjalanan penuh makna yang mengajarkan nilai-nilai kekompakan, tanggung jawab, dan cinta terhadap kebudayaan lokal. Dari setiap pengalaman, Wawan membawa pulang pesan dan kesan yang melekat dalam hatinya, menjadikannya pribadi yang lebih kuat dan bermakna dalam menjalani tugas.
“Bertugas jadi dalops itu, kawan dan relasi jadi bertambah banyak. Karena saat tugas itu, kita kan kerjasama, koordinasi dengan stakeholder lainnya,” tutup Wawan.(*)

Versi cetak digital Tabloid Aceh TRANSit Edisi 15 dapat diakses di laman:

Skip to content