Bandara Rembele, Permudah Akses Menuju Dataran Tinggi Gayo

Ketersediaan layanan transportasi udara yang memadai mampu mendongkrak berbagai sektor kegiatan di daerah, baik pembangunan, pariwisata, bisnis, ataupun urusan kepemerintahan. Transportasi udara juga menjadi urat nadi perekonomian karena dapat mempermudah aksesibilitas sehingga kunjungan orang atau distribusi barang bisa berjalan dengan lancar.

Di wilayah tengah Aceh, Bandara Rembele Bener Meriah menjadi salah satu pintu gerbang bagi pelaku perjalanan via udara. Bandara ini melayani penerbangan rutin setiap hari dengan rute Rembele – Kualanamu. Di masa pandemi sekalipun, bandara ini masih beroperasi dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat bagi pengguna jasa penerbangan. Namun, selama penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) aktivitas penerbangan komersial di bandara ini berhenti sementara.

Pengembangan Bandara Rembele perlu dipacu guna mendukung tumbuhnya perekonomian di wilayah tersebut. Pelaksana Tugas (Plt.) Bupati Bener Meriah, Dailami kepada Aceh TRANSit, menyebutkan bahwa Bandara Rembele telah mempunyai masterplan pengembangan bandara yang disahkan oleh Menteri Perhubungan RI, Budi Karya Sumadi pada 4 Juni 2021 yang lalu. “Ini sebuah keberuntungan bagi Aceh dan khususnya masyarakat Bener Meriah, kita sangat mendukung pengembangan Bandara Rembele”, ungkapnya.

Ditemui pada kesempatan yang sama, Kepala Unit Penyelenggara Bandar Udara (UPBU) Rembele, Faisal, S.T., M.T., menyebutkan, peran Bandara Rembele cukup strategis bagi kemudahan aksesibilitas wilayah tengah Aceh. Hal ini dikarenakan lokasi bandara terletak pada posisi sentris yang menghubungkan seluruh wilayah Aceh.

Secara geografis, Bandara Rembele berada di tengah-tengah Provinsi Aceh. Sebagaimana diketahui bentang jalur darat Banda Aceh ke batas perbatasan Tanah Karo Provinsi Sumatera Utara sepanjang 611 kilometer, dan bentang Aceh Utara ke pantai barat Meulaboh sepanjang kurang lebih 250 kilometer. “Benar-benar daerah ini bisa dikatakan sebagai simpul tengahnya ke berbagai jalur. Disisi lain, bandara ini juga berperan sebagai bandar udara mitigasi bencana di provinsi Aceh,” ungkap Faisal lebih lanjut.

Faisal menambahkan, melalui masterplan yang telah disahkan, Bandara Rembele diproyeksikan menjadi bandara yang representatif bagi kemudahan aksesibilitas transportasi udara di wilayah tengah Aceh. Selain itu, diharapkan pula dapat mendukung Pemerintah daerah dalam menunjang perekonomian dan kepariwisataan.

Salah satu pengembangan yang akan dilakukan adalah perpanjangan runway dari 2.250 x 30 meter menjadi 2.800 meter dan lebar 45 meter. Perpanjangan runway ini menurut Faisal untuk optimalisasi aksesibilitas transportasi udara sehingga ke depan mampu didarati oleh pesawat berbadan besar sekelas Boeing 737-800 dan sejenisnya.

Selain itu, Faisal menyebutkan bahwa saat ini pihaknya sedang membangun terminal kargo untuk mendukung pengiriman barang atau produk hasil alam dataran tinggi Gayo Aceh. Pengiriman barang hasil perkebunan dengan kargo udara dianggap lebih mudah dan cepat. Apalagi komoditi alam yang ada di daerah ini merupakan produk ekspor seperti Kopi Gayo, Pisang Cavendish ,dan palawija lainnya. “Harapan saya dengan adanya terminal kargo ini diharapkan segera dapat didukung stakeholder terkait seperti kehadiran Kantor Bea dan Cukai dan Karantina”, pungkasnya.

Sejak diresmikan oleh Presiden Jokowi pada Tahun 2016 lalu, Bandara Rembele rutin melayani  pendaratan pesawat ATR72 yang berkapasitas 72 penumpang. Secara teknis, dengan panjang runway mencapai 2.250 meter bandara ini mampu menampung pesawat terkritis (critical aircraft) dengan bobot mencapai 141.000 pounds, yaitu sekelas Boeing 737 classic atau C-130 Hercules.

Oleh karena itu, pendaratan pesawat tipe C-130 Hercules pada Senin, 25 Juli 2021 yang lalu merupakan sejarah baru bagi bandara ini karena telah berhasil dilakukan proving flight oleh pesawat Hercules Long Body dari Skadron Udara 31.

Seperti diketahui, pendaratan pesawat Hercules tipe C-130 di bandara ini untuk mendukung pemberangkatan 400-an pasukan Satgas Pamtas Penyangga (Mobile) Batalyon Infanteri (Yonif) Raider Khusus 114/Satria Musara ke Papua. (*)

Skip to content