Jalin, Sosok yang Mengabdi Dalam Diam

Mengabdi kepada bangsa melalui pelayanan pada fasilitas publik bisa dilakukan oleh siapa saja. Asalkan memiliki kemauan dan ketekunan untuk melakukannya dengan sepenuh hati dalam melayani masyarakat.

Bekerja pada fasilitas publik pun bisa dilakukan oleh siapa saja, baik mereka yang “normal” secara fisik, maupun bagi mereka penyandang disabilitas. Sebab, bekerja pada sektor ini tidak memandang bentuk fisik, tapi kemauan, keterampilan, dan keikhlasan yang menjadi nilai penting dalam memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat.

Pak Jalin adalah salah satu contoh penyandang disabilitas tunawicara yang bekerja pada sektor pelayanan publik. Ia merupakan tenaga kebersihan di Terminal Tipe B Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya). Ia menjadi pegawai Dinas Perhubungan Aceh sejak terminal Abdya, sebelumnya dikelola oleh Dinas Perhubungan Kabupaten Abdya, dialihkan pengelolaannya ke Pemerintah Provinsi Aceh pada tahun 2018.

Di terminal Abdya, pria paruh baya ini telah bekerja sejak tahun 2016 sebagai pramu bakti. Setahun setelahnya, ia diangkat menjadi tenaga honorer/kontrak di bawah Dinas Perhubungan Kabupaten Abdya.

Pada Agustus yang lalu, Tim Aceh TRANSit sengaja mendatangi Pak Jalin di Abdya untuk mengetahui keluh kesahnya selama bekerja sebagai tenaga kebersihan di Terminal Tipe B Abdya. Saat bertemu dengannya, Tim Aceh TRANSit ditemani oleh rekan Pak Jalin yang sering berkomunikasi dengannya menggunakan bahasa isyarat.

Meskipun, rekan-rekannya di terminal sedikit kesulitan berkomunikasi dengannya karena Pak Jalin sendiri kurang menguasai bahasa isyarat yang lumrah digunakan oleh tunawicara lainnya.

Menurut cerita Pak Jalin, yang dibantu terjemahkan oleh rekannya, selama bekerja ia mendapat perlakuan baik dari rekan sesama pegawai terminal maupun masyarakat yang beraktifitas di terminal. Masyarakat menyambut kehadirannya di terminal dengan tangan terbuka. Membantunya berkomunikasi dengan yang lain hingga ikut bercengkerama dengannya yang terkenal santun.

Pak Jalin juga dikenal dengan sosok yang periang dan lucu. Tidak pernah merasa berbeda saat berada di tengah-tengah rekan kerja yang lain. Ia merupakan pribadi yang sungguh-sungguh dalam melakukan tugasnya. Selepas subuh, ia sudah berangkat dari rumahnya yang berjarak 15 kilometer dari terminal Abdya.

Walaupun menyandang disabilitas, Pak Jalin masih menjadi tulang punggung bagi keluarga. Ia memiliki istri dan dua anak yang menjadi tanggung jawabnya di rumah. Untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga, ia menyempatkan diri untuk bertani di desanya yang terletak di Gampong rumoh Panyang, Kecamatan Kuala Batee.

Pegawai Terminal Tipe B Abdya memang mempersilahkan Pak Jalin untuk mengurusi sawahnya di sela waktu luang bekerja. Mengingat bahwa ia adalah tulang punggung bagi anak-anak yang masih menduduki bangku sekolah.

Pak Jalin sedang membersihkan area Terminal Tipe B Aceh Barat Daya, 31/08/2021. Foto: Humas Dishub Aceh/Irfan Fuadi

Meski begitu, Pak Jalin tidak meninggalkan kewajibannya terhadap kebersihan terminal. Ia tetap bekerja dengan tekun sejak pagi hari, lalu menjelang siang, sore dan pukul 10 malam sebelum jam operasional terminal berakhir.

Kesungguhan dan ketekunannya dalam bekerja di Terminal Tipe B Abdya terbukti dengan dinobatkannya terminal tersebut sebagai terminal terbaik dan terbersih pada tahun 2019 oleh Kepala Dinas Perhubungan Aceh. Kala itu, Dinas Perhubungan Aceh membuat penilaian internal terhadap pelayanan fasilitas publik yang dikelola oleh Dinas Perhubungan.

Saat ditanya mengenai keluh kesah selama bekerja, Pak Jalin menggelengkan kepalanya lalu mengangkat jempol. lebih kurang, dari isyaratnya tersebut ia ingin menyampaikan bahwa ia senang-senang saja selama bekerja.

Sosok ini memang terkenal pantang menyerah dengan keadaan. Menurut penuturan salah satu petugas keamanan terminal, Jailani, Pak Jalin tetap bekerja meskipun cuaca sedang terik atau hujan.

“Bapak ini kalau kerja gak kondisi, kadang malah kita suruh berhenti karena lagi hujan, tapi dia gak mau sampai kerjaannya selesai,” ungkap Jailani.

Pegawai terminal lainnya turut memberi kesan positif terhadap kinerja Pak Jalin. Salah satunya adalah Bisra Isma, Aparatur Sipil Negara (ASN) di Terminal Tipe B Abdya sudah melihat kinerja Pak Jalin sejak dirinya masih bekerja di bawah Pemerintah Kabupaten Abdya. Ia sudah bersama Pak Jalin di terminal sejak tahun 2016.

M e n u r u t pengakuannya, pada tahun 2016, Pak Jalin tidak memperoleh gaji dari pemerintah karena statusnya sebagai pramu bakti. Namun, melihat kinerja yang ditunjukkan oleh Pak Jalin sangat bagus, petugas terminal membuat patungan untuk membayar jerihnya. “Kami merasa berhutang budi sama dia, makanya saat itu petugas di sini patungan dari gaji bulanan untuk dikasih ke Pak Jalin,” kenang Bisma saat ditanya Tim Aceh TRANSit.

Kisah singkat tentang Pak Jalin ini menjadi cerminan bagi pegawai Dinas Perhubungan Aceh lainnya. Bekerja dan mengabdi kepada bangsa haruslah diniatkan dengan ikhlas dan penuh kesungguhan. Lebih dari itu, segala kekurangan maupun hambatan yang dihadapi bukanlah suatu alasan untuk tidak memberikan kinerja yang optimal bagi masyarakat. Semoga menginspirasi! (Amsal Bunaiya)

Download Tabloid Aceh Transit Edisi 8

Selengkapnya cek di:

Tabloid ACEH TRANSit

Skip to content