Flyers or Liars

Pernahkah kita menghitung berapa jumlah bandara di seluruh dunia saat ini? Ada berapa juta orang dalam satu tahun terbang dari satu tempat ke tempat lainnya? Memilih melakukan perjalanan dengan angkutan udara tentu dengan salah satu keunggulannya dapat menghemat banyak waktu untuk menjangkau jarak tempuh yang panjang. Perkembangan jumlah penumpang yang telah diangkut transportasi udara di seluruh dunia pada tahun 1970 berjumlah 1,7 milyar orang dan ternyata pada tahun 2018 mencapai 36 milyar orang (World Bank: 2019), merupakan “angka fenomenal” dengan lonjakan yang sangat drastis. Makanya, Industri penerbangan menjadi salah satu yang dilirik oleh mata dunia. Namun, revolusi penerbangan tidak serta merta masyhur tapi dimulai dari sebuah mimpi.

Revolusi sering terwujud karena sebuah dobrakan untuk mengubah alur sebuah kepercayaan “moyang” yang diakui kesakralannya bertahun-tahun dengan sebuah “ide gila” yang tidak masuk akal. Sebelum revolusi teknologi berkembang, mengangkasa seperti burung dianggap mustahil. Akan tetapi selalu ada sifat petualangan manusia yang menetang kebiasaan, berbuat diluar nalar yang biasa-biasa.

Seabad lalu, tepatnya tahun 1903, dua bersaudara yang mencoba ide gilanya di Pantai North Carolina membangunkan banyak orang menyaksikan sayap raksasa terbang mengangkasa di udara sejauh 30 meter selama 12 detik. Para penonton di lapangan meragukan apakah dua anak muda yang tidak banyak berpengalaman itu benar-benar terbang. “Flyers or liars”, demikian tulis sebuah surat kabar di tahun 1907. Maksudnya, kedua orang bersaudara itu “penerbang atau pembohong?”. (The Wright Brothers: A Biography Authorized by Orville Wright, 2016: Fred C. Kelly).

Kedua kata bagi bersaudara itu muncul dari penyunting yang tidak memberikan kepercayaannya terhadap penerbangan tersebut, sehingga ia berspekulasi tentang apa yang ada sekilas di pikirannya, “Ah, ini tidak mungkin, mana mungkin!” Padahal, ia tidak memahami semangat dan kegigihan yang sebenarnya terjadi, cerita telah melupakan fakta lapangan.

“Mimpi” yang bertatakan usaha dan “obsesi” Wright bersaudara terbang seperti burung tidak surut karena keraguan dan “olokan” yang dicuitkan kebanyakan orang. Namun mereka terus mengembangkan pesawat mereka. Pada tahun 1908 tiba-tiba mengejutkan masyarakat Perancis dengan melakukan demonstrasi terbang, yang meliputi gerakan akrobatik. Sejak itu, “kebohongan” yang ada dalam persepsi banyak orang berubah menjadi sebuah “keniscayaan” pada hari ini. Sekarang, saat dunia begitu manja dengan transportasi udara yang tercetus dari ide gila, keraguan dan bahkan cacian, adakah tersemat rasa terima kasih untuk Wright bersaudara?

Haluan kembali ke peradaban “serba digital” dimana kondisi dan situasi dunia dapat diketahui dengan posisi “one click” dan berpindah dari satu negara ke negara nun jauh di sana dalam hitungan jam. Itulah pengaruh teknologi yang telah dicanangkan dan dipikirkan seabad yang lalu menjadi kerajaan transportasi yang menaklukkan kepentingan masyarakat. Hal ini juga tidak lepas dari sebuah “ketidakwarasan” yang dianggap oleh publik.

Tanpa mengetahui akar dari sebuah problema, kita sering mengkritik sinis “ide” seseorang dan mengajak kawanan untuk mengangguk menyepakati. Namun, saat sebuah “bualan” itu diangkat dan dibicarakan kepada publik, maka tidak diherankan lagi jika itu akan menjadi sebuah trending topic. Menakjubkannya lagi, hal itu terserap cepat dan dijadikan sebagai suatu referensi obrolan. Kemudian massa dijaring “tanpa sadar” untuk percaya pada sebuah “fakta” dari satu sudut pandang saja tanpa mendobrak cara pandang lain yang mungkin berbeda.

Bagi sebagian, yang terpenting bukan fakta tapi berseberangan atau memaksakan kekuasaannya. Mempengaruhi massa “tanpa sadar” digiring untuk percaya pada sebuah “argumen” dari satu sudut pandang saja tanpa mendobrak cara pandang lain yang mungkin berbeda. Seringkali kali bualan atau kebohongan untuk mengendalikan situasi dan menggunakan pengaruh. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan keputusan atau reaksi yang mereka inginkan. Apalagi jika kebenaran dianggap sebuah ‘ketidaknyamanan’ yang tidak sesuai narasi mereka. Bahkan lebih menyayat hati, kebohongan disepuh logam mulia yang diperebutkan di pasaran dan berlaku hukum “jual beli”.

“Obsesi” transportasi semestinya tersemat dalam tata ruang dimana ia merupakan sebuah “cita” atau “mimpi” yang ditata serta diprediksikan untuk kebutuhan masa mendatang. Transportasi dan tata ruang merupakan dua senyawa yang tidak boleh dipisahkan. Seumpama, mengarahkan bandara sebagai hub bandara-bandara lainnya dianggap sebuah mimpi yang jauh. Memang, tanpa melakukan sesuatu atau bertindak dengan perkiraan yang tepat, tentu semua tidak akan berguna.
Namun, jangan sampai kita menjatuhkan diri sendiri karena pikiran “Ah itu tidak mungkin, buang-buang waktu percuma, nggak masuk di akal.” Sedangkan masyarakat di belahan dunia yang lain terus berinovasi pada hal yang tidak mungkin, jutaan dolar dikorbankan dalam sebuah penelitian. Haruskah terus mencemoohkan pemikiran tanpa fakta dan analisis terlebih dulu.

Tidak dapat dipungkiri, sejak dulu revolusi tercipta karena ide “kreatif” atau “ide gila” yang tidak masuk logika. Semua kalangan akan membicarakan rumor itu dan mengaitkannya dengan fenomena yang sedang terjadi, meski unsur tidak memiliki hal keterkaitan. Layaknya minyak dan air yang dipaksa menyatu dalam satu wadah. Kegagalan percobaan pesawat terbang tidak mengecilkan hati Wright bersaudara. Omongan para “tetangga” bukan suatu kendala, tapi suatu semangat lebih untuk mewujudkan “mimpi”. Jadi, apa yang membuat kita takut dengan semua rintangan ke depan ini? Saatnya kegagalan menjadi cerminan untuk kita berbenah diri. (Junaidi)

Versi cetak digital dapat diakses dilaman:

Tabloid ACEH TRANSit

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Skip to content