Capt. Laode Mat Salim: “Tetap Berlayar dalam Cuaca Buruk”

Keberadaan kapal penumpang danpelabuhan yang representatif menjadi dambaan semua warga di Pulau Banyak, Aceh Singkil. Kelancaran transportasi laut akan berdampak langsung bagi perekonomian dan stabilitas harga bahan pokok dan bahan bangunan warga di sana. Lalu, bagaimana keadaan transportasi laut ke Pulau Banyak saat ini? Berikut wawancara reporter ACEH TRANSit, Misqul Syakirah, dengan Nahkoda Kapal Teluk Singkil, Capt. Laode Mat Salim, Kamis, 2 Mei 2019. Berikut petikannya.

 

Bagaimana kondisi transportasi laut di wilayah ini?

Wilayah operasional kita melingkupi tiga pelabuhan, pelabuhan Singkil, Pulau Banyak, dan Gunung Sitoli. Nah, untuk di Pelabuhan Singkil ini kebetulan terbuka, artinya kalau pasang surut ada benturan antara kapal dan dermaga, karena arusnya terus beralun.

 

Fasilitas apa yang dibutuhkan untuk memudahkan operasional?

Kalau untuk Pelabuhan Singkil perlu dipasang fender atau ban dapra, agar kapal tidak berbenturan dengan dermaga. Karena benturan itu bias membuat lambung kapal robek, sebab ada hentakan-hentakan karena dermaganya terbuka. Mungkin, kalau dibuat breakwater, seperti model di pelabuhan Ulee Lheue, biayanya terlalu besar. Jadi untuk alternatif sementara bias pakai ban-ban besar dulu. Tapi jangan model fender bentuk L, karena bannya hanya melindungi dermaga saja, sedangkan kapalnya nggak terlindungi. Kalau yang huruf L itu kan bannya di bagian dalam, itu bisa kalau dermaganya tenang,kalau terbuka gini agak riskan. Sudah pernah dipasang ban kecil biasa dari pihak pelabuhan, tapi sering terjadi hentakan, tali bannya putus. Kondisi ini terjadi berulang, karena memang besar hentakannya, meski kapal dalam posisi sandar di dermaga. Seperti minggu kemarin, karena cuacanya kurang bagus terjadi benturan-benturan sehingga memutuskan tali-tali pengikat ban. Akhirnya kita harus sandar ke pelabuhan Syahbandar (pelabuhan laut), sebagai alternatif untuk mencegah benturan. Di sana juga kena benturan, tapi agak ringan karena sudah ada ban yang menempel permanen. Kalau di pelabuhan ferry (pelabuhan penyeberangan) kan sementara nggak ada, kosong. Sebagai nakhoda, saya ambil alternatif ini untuk menghindari kerusakan kapal yang lebih parah lagi. Cari amanlah kita, sayang juga penumpang saat terjadi hentakan, bisa kebentur dengan pintu di dalam kapal. Atau bisa saja jatuh ke laut saat turun dari kapal. Maka, untuk keamanan dan kenyamanan penumpang, kita ambil risiko yang terkecil.

 

Bagaimana dengan pelabuhan di Pulau Banyak?

Kalau di Pulau Banyak, lampu suarnya sudah mati. Lampu penuntunnya nggak ada di sana. Kita sempat kesulitan saat kemarin beroperasi sampai malam di sana. Keputusan berlayar malam ini kita lakukan, karena sudah lama kapal nggak berlayar sehingga berpengaruh ke bahan pokok bagi warga di sana. Jadi, kita putuskan berlayar dan sampainya malam. Ya, risiko dan pertimbangan lainnya sudah kami pikirkan, saya lihat kondisi laut dan cuaca mulai bersahabat. Meskipun saat masuk alur jadi riskan, karena lampu-lampu penuntunnya nggak ada. Malam itu, saya juga enggak sandar di dermaga ferry, tapi ke pelabuhan Syahbandar. Karena pelabuhan ferry ini agak riskan, kapal lebih panjang daripada dermaganya. Prinsipnya, yang penting masyarakat bisa turun, kendaraan roda dua dan barang bawaan bisa turun. Jadi, saya sandarin di Syahbandar dulu. Besoknya sekitar pukul 9 pagi, baru kembali ke pelabuhan ferry untuk nurunin kendaraan roda empat.

 

Dengan jadwal seminggu dua kali, berapa rata-rata jumlah penumpang kendaraan dan penumpang?

Penumpang dan kendaraan yang mau menyeberang masih belum banyak. Kalau penumpang ke Pulau Banyak sekitar 50 orang, tapi kalau di hari libur lumayan paling banyak, mecapai 100 orang. Karena ada beberapa boat juga yang mengangkut penumpang. Pulau Banyak ini kan banyak pulaunya, jadi kalau dengan boat bisa langsung akses ke pulau-pulau tujuan. Kapal ferry ini cuma sandar di dermaga Pulau Balai saja, kemudian warga yang ingin ke pulau lain harus naik boat lagi ke pulau tujuan.

 

Menurut Bapak bagaimana peran pelabuhan penyeberangan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi?

Pelabuhan penyeberangan ini sangat mendukung sekali. Kapal ferry ini sebagai salah satu alternatif ataubisa dibilang sebagai jembatan. Selain jembatan bagi warga, kita juga melayani kebutuhan bahan pokok bagi warga kepulauan, agar jangan sampai jauh sekali perbedaan dengan harga di daratan. Kalau kapal nggak belayar, maka harga bahan pokok di kepulauan membengkak. Dari segi wisatawan juga sudah mulai berkembang. Pihak pemerintah Singkil juga mulai mempromosikan wisata Singkil. Setiap pelayaran, pasti ada wisatawan asing, sekitar 4-6 orang. Kalau hari libur mulai ada paket wisata ke Pulau Banyak, langsung dari agen travel Medan. Pihak travel Medan juga sering koordinasi. Pada akhir pekan, hotel dan homestay penuh, malahan ada yang numpang tidur di kapal.

 

Bagaimana orientasi atau kondisi pelayaran saat ini?

Alhamdulillah, untuk pelayaran kita terus berkoordinasi dengan pihak Syahbandar. Saya juga terus memonitor BMKG. Kadang dua hari sekali saya cek keadaan laut dan hal terkait lainnya untuk keselamatan kapal dalam pelayaran. Selama ini tidak ada kendala pelayaran. Kayak kemarin itu nggak bisa berlayar karena cuaca, kita terus koordinasi dan memantau terus keadaan. Kita upayakan jadwal keberangkatan tidak meleset jauh. Kita saling menjaga, karena nggakmungkin juga dipaksa karena cuaca memang tidak memungkinkan. Kirakira tidak memungkinkan, ya besok pagi saja, kita lihat lagi kondisinya. Ini semua untuk keselamatan kita juga.

 

Teknologi terbaru apa saja yang telah diaplikasikan dalam pengoperasional kapal?

Alhamdulillah, untuk pelayaran kita pihak ASDP, peralatan yang digunakan sudah mumpuni. Kapal KMP Teluk Singkil telah dilengkapi dengan 16 unit CCTV, jadi kita dapat mengontrol penumpang melalui ruangan komando atau ruang anjungan. Radar sudah dua unit, GPS dua unit, ada juga alat penghitung kecepatan angin dan peralatan lainnya. Kondisinya juga normal, bagus semuanya. Saya pusingnya bukan dalam pelayarannya. Biasanya orang pusingnya dalam pelayaran, ini pusingnya malah pas mau sampai. Pas mau sandar ke dermaga ada benturan-benturan. Untuk sementara, jadwal pun sudah pas.

 

Apa saran atau masukan Bapak untuk meningkatkan pelayanan?

Untuk keselamatan kita bersama, dermaga Singkil dipasang fender atau ban dapra dilengkapi ramburambu suar dan mooring dolphin. Keselamatan dan kenyamanan penumpang adalah hal yang utama. Semoga dengan dilengkapinya fasilitas pelayaran dan pelabuhan, pelayanan menjadi lebih baik.(*)

Versi cetak online sila akses dan unduh di laman ini

Tabloid ACEH TRANSit

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Skip to content